Asuhan Kebidanan Nifas dan menyusui
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI
“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASA NIFAS DAN MENYUSUI”
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 5
Ø BORA DORTY MARINDA MALAU
Ø ADRI SUTRIANA SIANTURI
Ø DESI PUTRI UTAMI
DOSEN PEMBIMBING : SALAMAH, S.Si.T., M.Si
AKADEMI KEBIDANAN
PEMKO TEBING TINGGI
T.A 2015/2016
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI MASA NIFAS DAN MENYUSUI
A. FAKTOR INTERNAL
A.
ANATOMI DAN FISIOLOGI PAYUDARA
a. Anatomi payudara
Payudara yang
matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seorang gadis dan dan
merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu untuk
mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi
sumber utama dari kehidupan karena air
susu ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada
bulan-bulan pertama kehidupan.
payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram, dan saat menyusui 800 gram. Payudara disebut pula glandula mamalia yang ada baik pada wanita maupun pria. Pada pria secara normal tidak berkembang pada pubertas sedangkan selama kehamilan terutama berkembang pada masa menyusui.
payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram, dan saat menyusui 800 gram. Payudara disebut pula glandula mamalia yang ada baik pada wanita maupun pria. Pada pria secara normal tidak berkembang pada pubertas sedangkan selama kehamilan terutama berkembang pada masa menyusui.
1. Letak:
setiap payudara terletak pada setiap
sternum dan meluas setinggi costa kedua dan keenam. Payudara ini terletak pada
fascia superficialis dinding rongga dada yang disangga oleh ligamentum
suspensorium.
2. Bentuk:
masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor
(cauda) dari jaringan yang meluas keketiak atau aksila.
3. Ukuran:
ukuran payudara berbeda pada setiap individu, juga tergantung pada stadium
perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar
dari pada yang lainnya.
b.
Struktur Makroskopis
Struktur makroskopis dari payudara adalah sebagai berikut.
1. Cauda axilaris.
Adalah jaringan payudara yang meluas ke arah aksila.
2. Aerola
Adalah daerah lingkaran yang terdiri atas kulit yang longgar dan mengalami
pigmentasi. Areola pada masing-masing payudara memiliki garis tengah kira-kira
2,5 cm. Letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang
disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna
ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang corak
kulitnya kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan. Bila kulitnya
kehitaman, maka warnanya lebih gelap. Selama kehamilan, jadi tidak kembali lagi
seperti warna asli semula. Pada daerah
ini akan didapatkan kelnjar keringat, kelenjar lemak dari montgomery yang
membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan
menghasilkan suatu bahan dan dapat melicinkan kalang payudara selama menyusui.
Pada kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat
penampungan air susu. Sinus laktiferus,
yaitu saluran dibawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat
kedalam puting dan bermuara keluar. Didalam dinding alveolus maupun saluran-saluran
terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
3. Papila mammae(puting susu)
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk
dan ukuran payudara, maka letaknya akan berfariasi. Pada tempat ini terdapat
lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung
serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yang
tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi duktus laktiferus akan
memadat dan menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang
longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut. Bentuk puting ada empat
macam, yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang, dan terbenam(inverted).
c.
Stuktur mikroskopis
Payudara tersusun atas jaringan kelenjar,
tetapi juga mengandung sejumlah jaringan lemak dan ditutupi oleh kulit.
Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 15-20 lobus yang dipisahkan
secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran jaringan fibrosa. Struktur
dalam nya dikatakan menyerupai segmen buah anggur atau jeruk yang dibelah.
Setiap lobus merupakan satu unit fungsional yang berisi dan tersusun atas
bangunan-bangunan sebagai berikut.
1. Alveoli
Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari
alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos, dan
pembuluh darah. Payudara terdiri atas 15-20 lobus. Masing-masing lobus terdiri
atas 20-40 lobulus. Selanjutnya masing-masing lobulus terdiri atas 10-100
alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu (sistem duktus)
sehingga menyerupai suatu pohon. ASI saluran kecil (duktulus), kemudian
beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus
laktiferus).
2. Duktus laktiferus
Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus laktiferus.
3. Ampulla
Adalah bagian dari duktus laktiferus yang melebar, merupakan tempat
menyimpan air susu. Ampulla terletak dibawah areola.
4. Lanjutan setiap duktuslaktiferus.
Meluas dari ampulla sampai muara papilla mammae.
Fungsi payudara terutama dikendalikan oleh cabang-cabang nervus
toroklais. Selain itu juga terdapat sejumlah saraf simpatis, terutama
disekitar areola dan papila mammae.
Selama kehamilan, estrogen dan progesteron menginduksi perkembangan
alveolus dan duktus laktiferus didalam mammae, serta merangsang produksi
kolostrum. namun, produksi ASI tidak pun dimulai. produksi prolaktin secara berkesinambungan
disebabkan oleh proses menyusui yang
dilakukansecara berkesinambungan.
Pelepasan ASI berada dibawah kendali
neuroendokrin, rangsangan sentuhan pada payudara akan merangsang produksi
oksitosin yang menyebabkan kontraksi
sel-sel mioepitel . proses ini disebut sebagai refleks letdown atau pelepasan
ASI yang membuat ASI tersedia bagi bayi. Dalam hari-hari dini laktasi, refleks
pelepasan ASI yang membuat ASI ini tidak terpengaruh oleh kecemasan ibu.
Nantinya, proses pelepasan ASI dapat dihambat oleh kecemasan ibu bila dia
merasa sakit, lelah, malu, atau bila merasakan nyeri pada saat menyusui.
Isapan bayi memicu pelepasan ASI dari
alveolus mammae melalui duktus sinus laktiferus. Isapan merangsang produksi
oksitosin kelenjar hipofisis anterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan
kontraksi sel-sel khusus yang
mengelilingi alveolus dan duktus laktiferus. Kontraksi ini mendorong ASI keluar
dari alveolus melalui duktus laktiferus menuju sinus laktiferus dimana ia akan
tersimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI dalam sinus tertekan keluar kemulut
bayi. Gerakan ASI dari sinus dinamakan let down atau pelepasan. Pada akhirnya
let down dapat dipicu tanpa rangsangan isapan dapat terjadi bila ibu mendengar
bayi menangis atau sekedar memikirkan bayinya.
“pelepasan” penting sekali bagi pemberian ASI yang baik. Tanpa
“pelepasan” bayi dapat menghisap terus-menerus, tetapi hanya memperoleh dari
sebagian ASI yang tersedia dan tersimpan. Bila “pelepasan” gagal terjadi
berulang kali dan payudara berulang kali tidak dikosongkan pada waktu
pelepasan, refleks ini akan berhenti berfungsi dan laktasi akan berhenti.
B. FISIOLOGI PENGELUARAN ASI
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi
yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf, dan bermacam-macam
hormon. Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI, dapat dibedakan menjadi
tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
1)
Pembentukan
kelenjar payudara.
Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan
yang jelas dari duktus yang baru,
percabangan-percabangan dan lobulus, yang dipengaruhi oleh hormon-hormon
plasenta dan korpus luteum. Hormon-hormon yang ikut membantu mempercepat
pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen plasenta, karionik gonadotropin,
insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon paratoroid, dan hormon pertumbuhan.
Pada trimester pertama kehamilan, prolaktin
dari adenohipofisis/hipofisis anterior mulai merangsang kelenjar air
susu untuk mengahasilkan air susu
yang disebut kolostrum. Pada masa ini, pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh
estrogen dan progesteron, tetapi jumlah prolaktin meningkat, hanya aktivitas
adalah pembuatan kolostrum yang ditekan.
Pada trimester kedua kehamilan, laktogen
plasenta mulai merangsang untuk pembuatan kolostrum. Keaktifan dari rangsangan hormon-hormon terhadap pengeluaran
air susu telah didemonstrasikan kebenarannya bahwa seorang ibu yang melahirkan
bayi berumur empat bulan dimana bayi nya meninggal, tetap keluar kolostrum.
2)
Pembentukan air susu.
Pada ibu yang menyusui memiliki dua refleks yang masing-masing
berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu sebagai berikut.
a. Refleks prolaktin
Pada akhir kehamilan, hormon proklaktin
memegang peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas
karena aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya
memeng tinggi. Setelah paretus, lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya
korpus luteum membuat estrogen dan progesteron sangat berkurang, ditambah
dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara yang
akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor
mekanik.
Rangsangan ini dapat dilanjutkan ke
hipotalamus melalui medula spinalis hipotalamus yang akan menekan pengeluaran
faktor-faktor yang menghambat sekresi
prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu
sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofisis
anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang
berfungsi untuk membuat air susu
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan
menjadi normal pada tiga bulan setelah melahirkan sampai penyampihan anak dan
pada saat tersebut tidak akan ada peningakatan prolaktin walau ada isapan bayi,
namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu yang melahirkan anak, tetapi tidak
menusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke-2-3. Pada ibu yang
menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stres atau pengaruh
psikis, anastesi, operasi, dan rangsangan puting susu.
b. Refleks let down
Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh
hipofisis anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang
dilanjutkan ke hipofisis pposterior (neurhipofisis) yang kemudian dikeluarkan
oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkat menuju uterus yang dapat
menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ
tersebut. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah diproduksi keluar
dari alveoli dan masuk kesistem duktus laktiferus masuk kemulut bayi.
Faktor-faktor yang
meningkatkan refleks let down adalah sebagai berikut:
-
melihat
bayi
-
mendengarkan suara bayi
-
mencium bayi
-
memikirkan untuk mencium bayi
Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let
down adalah stres, seperti keadaan bingung/fikiran kacau, takut, dan cemas.
3)
Pemeliharaan pengeluaran air susu
Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan
hipofisis akan mengatur kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah.
Hormon-hormon ini sangat perlu untuk pengeluaran permulaan dan pemeliharaan
penyediaan air susu selama, menyusui. Bila susu tidak dikeluarkan akan
mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menybabkan terlambatnya
proses menyusui dan berkurangnya rangsangan menyusui oleh bayi misalnya
kekuatan isapan yang kurang, frekuensi isapan yang kuran, serta singkatnya
waktu menyusui. Hal ini berarti pelepasan prolaktin yang cukup diperlukan untuk
mempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak minggu pertama melahirkan.
4)
Mekanisme menyusui
a. Refleks mencari (rooting reflex)
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau
daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari
pada bayi. Keadaan ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang
menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian puting susu ditarik
masuk kedalam mulut.
b. Refleks menghisap (sucking refleks)
Puting susu yang sudah masuk kedalam mulut
dengan bantuan lidah ditarik lebih jauh dan rahang menekan kalang payudara
dibelakang puting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit-langit
keras. Tekanan bibir dan gerakan rahang yang terjadi secara berirama membuat gusi akan menjepit
kalang payudara dan sinis laktiferus sehingga air susu akan mengalir keputing
susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting susu pada langit-langit
yang mengakibatkan air susu keluar dari puting susu. Cara yang dilakukan oleh
bayi tidak akan menimbulkan cedera pada puting susu.
c. Refleks menelan (swllowing reflex)
Pada saat air susu keluar dari puting susu,
akan disusul dengan gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi
sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung. Keadaan
akan berbeda bila bayi diberi susu botol dimana rahang mempunyai peranan
sedikit saat menelan dot botol, sebab susu mengalir dengan mudah dari lubang
dot. Dengan adanya gaya berat, yang disebabkan oleh posisi botol yang dipegang
kearah bawah dan selanjutnya dengan adanya isapan pipi, keadaan ini akan
membantu aliran susu sehingga tenaga yang diperlukan oleh bayi untuk menghisap
susu menjadi minimal.
C.
MANFAAT PEMBERIAN ASI
ASI adalah makanan yang terbaik
untuk bayi. ASI tidak hanya memberikan manfaat untuk bayi saja, melainkan untuk
ibu, keluarga, dan negara.
Manfaat ASI untuk bayi adalah sebagai berikut :
1.
Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
Zat gizi yang terdapat dalam ASI antara lain
: lemak, karbohidrat, protein, garam, mineral, serta vitamin. ASI memberikan
seluruh kebutuhan nutrisi dan energi selama 1 bulan pertama, separuh atau lebih
nutrisi selama 6 bulan kedua dalam tahun pertama, dan 1/3 nutrisi ataulebih
selama tahun kedua.
2.
ASI mengandung zat protektif.
Dengan adanya zat protektif yang terdapat
dalam ASI, maka bayi jarang mengalami sakit. Zat-zat protektif tersebut antara
lain adalah sebagai berikut :
a.
Laktobasilus bifidus (mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat,
yang membantu memberikan keasaman pada pencernaan sehingga menghambat
pertumbuhan mikoorganisme)
b.
Laktoferin, mengikat zat besi sehingga membantu menghambat pertumbuhan
kuman.
c.
Lisozim, merupakan enzim yang memecahkan dinding bakteri dan anti
inflamatori bekerja sama dengan peroksida dan askorbat untuk E.coli dan Salmonella, serta
menghancurkan dinding sel bakteri yang terdapat dalam ASI dalam konsentrasi
5.000 kali lebih banyak dari susu sapi.
d.
Komplemen
C3 dan C4. Membuat daya opsenik.
e.
Imunoglobulin
(IgC, IgM, IgA, IgD, IgE). Melindungi tubuh dari infeksi, dari semua yang
paling penting adalah IgA, zat ini melindungi zat mukosa terhadap serangan
masuknya bakteri patogen serta virus. Zat ini memungkinkan masuknya masuknya
kuman-kuman E.coli, Salmonella, Shihela,
Steptococus, Stapphylococus, Pnemonococcus, Poliovirus, dan Rotavirus.
f.
Faktor-faktor
antialergi.
Mukosa usus bayi mudah ditembus oleh protein
sebelum bayi berumur 6-9 bulan, sedangkan protein dalam susu sapi bisa bekerja
sebagai alergen.
3.
Mempunyai
efek psikologis yang menguntungkan bagi ibu dan bayi. Pada saat bayi kontak
kulit dengan ibunya, maka akan timbul rasa aman dan nyaman bagi bayi. Perasaan
ini sangat penting untuk menimbulkan rasa percaya (basic sense of trust).
4.
Menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik. Bayi yang mendapatkan ASI akan
memiliki tumbuh kembang yang baik. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan berat
badan bayi dan kecerdasan otak bayi.
5.
Mengurangi
kejadian karies dentis.
Insiden karies
dentis yang terjadi pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi
dibanding bayi yang mendapat ASI. Kebiasaan menyusu dengan botol atau dot akan
menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu fomula sehinggagigi menjadi
lebih asam.
6.
Mengurangi
kejadian maloklusi.
Penyebab maloklusi
rahang adalah kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat menyusui dengan
botol dan dot.
D. KOMPOSISI GIZI DALAM ASI
ASI adalah makanan terbaik untuk
bayi. ASI khusus dibuat untuk bayi manusia. Kandungan gizi dari ASI sangat
khusus dan sempurna, serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi.
1.
Protein
Keistimewaan protein dalam ASI dapat dilihat dari rasio protein whey : kasein = 60:40, dibandingkan
dengan air susu sapi yang rasionya = 20:80. ASI mengandung alfa-laktabumin,
sedangkan air susu sapi mengandung beta-laktoglobulin dan bovine serum albumin.
ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi. Kadar methiolin dalam
ASI lebih rendah daripada susu sapi, sedangkan sistin lebih tinggi. Kadar
tirosin dan fenilalanin pada ASI rendah. Kadar poliamin dan nukleotid yang
penting untuk sintesis protein pada ASI lebih tinggi dibandingkan air susu
sapi.
2. Karbohidrat
ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi dari susu sapi (6,5-7 gram).
Karbohidrat yang utama adalah laktosa.
3. Lemak
Bentuk emulsi lebih sempurna. Kadar lemak tak jenuh dalam ASI 7-8 kali
lebih besar dari air susu sapi. Asam lemak rantai panjang berperan dalam
perkembangan otak. Kolestrol yang diperlukan untuk mielinisasi susunan safar
pusat dan diperkirakan juga berfungsi dalam perkembangan pembentukan enzim.
4. Mineral
ASI mengandung mineral lengkap. Total mineral selama laktasi adalah
konstan. Fa dan Ca paling stabil, tidak terpengaruh diet ibu. Garam organik
yang terdapat dalam ASI terutama kalsium, kalium, dan natrium dari asam klorida
dan fosfat. ASI memiliki kalsium, fosfor, sodium potasium, dalam tingkat yang
lebih rendah dibanding dengan susu sapi. Bayi yang diberi ASI tidak akan
menerima pemasukan suatu muatan garam yang berlebihan sehingga tidak memerlukan
air tambahan di bawah kondisi-kondisi umum.
5. Air
Kira-kira 88% ASI terdiri atas air yang berguna melarutkan zat-zat yang
terdapat di dalamnya sekaligus juga dapat meredakan rangsangan haus dari bayi.
6. Vitamin
Kandungan vitamin dalam ASI adalah letngkap, vitamin A, D, dan C cukup.
Sementara itu, golongan vitamin B kecuali riboflafin dan asam penthotenik lebih
kurang.
a.
Vitamin
A : air susu manusia yang sudah masak (dewasa mengandung 280 IU) vitamin A dan
kolostrum sejumlah dua kali itu. Susu sapi hanya mengandung 18 IU.
b.
Vitamin
D : vitamin D larut dalam air dan lemak,
dalam air susu manusia.
c.
Vitamin
E : kolostrum manusia kaya akan vitamin E, fungsinya adalah untuk mencegah
hemolitik anemia, akan tetapi juga membantu melindungi paru-paru dan retina
dari cedera akibat oxide.
d.
Vitamin
K : diperlukan untuk sintesis faktor-faktor pembekuan darah, bayi yang
mendapatkan ASI mendapat vitamin K lebih banyak.
e.
Vitamin
B kompleks : semua vitamin B ada pada tingkat yang diyakini memberikan
kebutuhan harian yang diperlukan.
f.
Vitamin
C : vitamin C sangat penting dalam sintesis kolagen, ASI mengandung 43mg/100 ml
vitamin C dibandingkan dengan susu sapi.
ASI dibedakan
menjadi tiga stadium yaitu sebagai berikut :
1.
Kolostrum
Cairan pertama yang diperoleh bayi dari ibunya adalah kolostrum, yang
mengandung campuran kaya akan protein, mineral, dan antibodi daripada ASI yang
telah matang. ASI mulai ada kira-kira pada hari ke-3 atau ke 4. Kolostrum
berubah menjadi ASI yang matang kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir. Bila ibu
menyusui sesudah bayi lahir dan bayi sering menyusui, maka proses adanya ASI
akan meningkat.
Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan
berwarna kekuningan. Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam,
vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI
matur. Selain itu, kolostrum rendah lemak dan laktosa.
Protein utama pada kolostrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM),
yang digunakan sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri,
virus, jamur, dan parasit. Meskipun kolostum yang keluar sedikit menurut ukuran
kita, tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas
lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300ml/24 jam.
Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak
terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan
makanan bagi makanan yang akan datang. ASI terdiri atas kira-kira 90% air
sehingga bayi yang menyusu tidak membutuhkan cairan lain bagi tubuhnya.
2. ASI Transisi/Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum
ASI matang, yaitu sejak har ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu, volume
air susu bertambah banyak dan berubah warna, serta komposisinya. Kadar
imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
3. ASI Matur
ASI matur disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya. ASI matur tampak
berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila
dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama
disebut foremilk. Foremilk lebih
encer, sera mempunyai kandungan rendah lemak, tinggi laktosa, gula, protein, mineral, dan air.
Selanjutnya,
air susu berubah menjadi hindmilk.
Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat
kenyang. Dengan demikian bayi akan membutuhkan keduanya, baik foremilk maupun
hindmilk. Pada Tabel 2.1 kita dapat melihat perbedaan komposisi antara kolostrum,
ASI transisi, dan ASI matur.
Tabel 2.1 Kandungan kolostrum, ASI transisi, dan ASI
matur
Kandungan
|
Kolostrum
|
ASI Transisi
|
ASI Matur
|
Energi (kkal)
|
57,0
|
63,0
|
65,0
|
Laktosa (gr/100 ml)
|
6,5
|
6,7
|
7,0
|
Lemak (gr/100 ml)
|
2,9
|
3,6
|
3,8
|
Protein (gr/100 ml)
|
1,195
|
0,965
|
1,324
|
Mineral (gr/100 ml)
|
0,3
|
0,3
|
0,2
|
IgA (mg/100 ml)
|
335,9
|
-
|
119,6
|
IgG (mg/100 ml)
|
5,9
|
-
|
2,9
|
IgM (mg/100 ml)
|
17,1
|
-
|
2,9
|
Lisosin (mg/100 ml)
|
14,2-16,4
|
-
|
24,3-27,5
|
Laktoferin
|
420-520
|
-
|
250-270
|
E.
HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI DALAM PEMBERIAN ASI
Pada ibu yang normal dapat
menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml setiap hari, jumlah ASI tersebut dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
1. Makanan
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan
yang dimakan ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi
yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI
tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk
produksi ASI yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein,
lemak dan vitamin derta mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum
lebih banyak kurang lebih 8-12 gelas/hari.
2. Bahan makanan yang dibatasi untuk ibu
menyusui :
a.
Yang merangsang, seperti : cabe, merica, jahe, kopi, alkohol.
b.
Yang membuat kembung, seperti : ubi, singkong, kool, sawi dan daun
bawang.
c.
Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak.
3. Ketenangan jiwa dan fikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor
kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri
dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan
tidak akan memproduksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan
tenang.
4. Penggunaan alat kontrasepsi
Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan
alat kontrasepsi hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak
tepat dapat mempengaruhi produksi ASI.
5. Perawatan payudara
Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi
hypofise untuk mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak lagi
dan hormon oxytocin.
6. Anatomi buah dada
Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang,
lobulus pun berkurang. Dengan demikian produksi ASI juga berkurang karena
sel-sel ini yang menghisap zat-zat makan dari pembuluh darah akan berkurang.
7. Fisiologi
Terbentuknya ASI dipengaruhi hormon terutama
prolaktin ini merupakan hormon laktogenik yang menentukan dalam hal pengadaan dan mempertahankan sekresi air
susu.
8. Faktor istirahat
Bila kurang istirahat akan mengalami
kelemahan dalam menjalankan fungsinya dengan demikian pembentukan dan
pengeluaran ASI berkurang.
9. Faktor isapan anak
Bila ibu menyusui anak segera jarang dan
berlangsung sebentar maka hisapan anak berkurang dengan demikian pengeluaran
ASI berkurang.
10. Faktor obat-obatan
Diperkirakan obat-obatan yang mengandung
hormon mempengaruhi hormon prolaktin dan oxytocin yang berfungsi dalam
pembentukan dan pengeluaran ASI. Apabila hormon-hormon ini terganggu dengan
sendirinya akan mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI.
F. ASI
EKSKLUSIF
ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai
usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan
sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dianjurkan
oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat
ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun negara.
Menurut penelitian yang dilakukan di Dhaka pada 1.667 bayi selama 12
bulan mengatakan bahwa ASI eksklusif dapat menurunkan resiko kematian akibat
infeksi saluran nafas akut dan diare. WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada
para ibu bila memungkinkan ASI eksklusif diberikan sampai 6 bulan dengan
menrapkan hal-hal sebagai berikut :
a.
Inisiasi menyusu dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi
b.
ASI eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan
atau minuman.
c.
ASI diberikan secara on-demand atau
sesuai kebutuhan bayi, setiap hari setiap malam.
d.
ASI diberikan tidak menggunakan botol, cangkir, maupun dot.
G. CARA MENYUSUI YANG BENAR
Teknik menyusui
yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi
ibu dan bayi dengan benar.
1.
Pembentukan dan persiapan ASI
Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada
kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak, serta
berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan sakit.
Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk
memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin menonjol,
pembuluh darah makin tampak, dan areola mamae makin hitam.
2.
Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan sebagai berikut.
a.
Membersihkan puting susu dengan air atau minyak sehingga epitel yang
lepas tidak menumpuk.
b.
Puting susu ditarik-tarik setiap mandi sehingga menonjol untuk
memudahkan isapan bayi.
c.
Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan
jalan operasi.
Posisi dan perleketan menyusui
Hal terpenting
dalam posisi menyusui adalah ibu merasa nyaman dan rileks. Terdapat berbagai
macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah
dengan duduk, berdiri, atau berbaring.
Beberapa
langkah-langkah menyusui yang benar adalah sebagai.
1)
Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan
disekitar puting, duduk dan berbaring dengan santai
2)
Ibu harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak ditempat
tidur/kursi. Ibu harus merasa rileks.
3)
Lengan ibu menopang kepala, leher, dan seluruh badan bayi (kepala dan
tubuh berada dalam garis lurus), Lengan ibu menopang kepala, leher, dan seluruh
badan bayi (kepala dan tubuh berada dalam garis lurus), muka bayi menghadap ke
payudara ibu, hidung bayi didepan puting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian
rupa sehingga perut bayi mengahadap perut ibu. Kepalanya harus sejajar dengan
tubuhnya, tidak melengkung kebelakang /menyamping, telinga, bahu, dan panggul
bayi berada dalam satu garis lurus.
4)
Ibu mendekatkan bayi ketubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan
mengamati bayi bayi yang siap menyusu: membuka mulut, bergerak mencari, dan
menoleh. Bayi harus berada dekat dengan payudara ibu. Ibu tidak harus
mencondongkan badan dan bayi tidak merenggangkan lehernya untuk mencapai puting
susu ibu.
5)
Ibu menyentuhkan puting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga mulut
bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke puting susu ibu hingga
bibir bayi dapat menangkap puting susu tersebut. Ibu memegang payudara dengan
satu tangan dengan cara meletakkan empat jari dibawah payudara dan ibu jari
diatas payudara. Ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf “C”. Semua jari
ibu tidak boleh terlalu dekat dengan areola.
6)
Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi. Dagu
rapat kepayudara ibu dan hidungnya menyentuh bagian atas payudara. Bibir bawah
bayi melengkung keluar.
7)
Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh
bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus,
hadapkan bayi ke dada ibu sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu,
dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi ke puting susunya dan
menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
8)
Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan puting dari mulut
bayi dengan cara memasukkan jari kelingking ibu diantara mulut dan payudara.
9)
Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi dipundak atau menelungkupkan
bayi melintang kemudian menepuk-nepuk punggung bayi
H. CARA MERAWAT PAYUDARA
Dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan
persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Perawatan payudara untuk ibu
menyusui merupakan salah satu dukungan terhadap pemberian ASI dan mengurangi
resiko luka saat menyusui.
Tujuan dari perawatan payudara adalah
1.
Untuk melancarkan
sirkulasi darah
2.
Mencegah tersumbatnya
saluran susu sehingga memperlancar pemberian ASI
3.
Menghindari penyulit
saat menyusui seperti putting susu lecet, asi tidak lancar berproduksi dan
pembengkakan payudara.
Pelaksanaan perawatan payudara dimulai
sedini mungkin yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan 2 kali
sehari.
A. Cara merawat payudara agar
berhasil:
-
Pengurutan harus diklakukan secara
sistematis dan teratur minimal 2 kali sehari
-
Memperhatikan makanan dengan menu seimbang
-
Memperhatikan kebersihan sehari-hari
-
Memakai BH yang bersih dan menyokong payudara
-
Menghindari rokok dan minuman beralkohol
-
Istirahat cukup
-
Jangan mengoleskan krim, minyak, alcohol, atau sabun
pada putting susu
B. Cara merawat Payudara
1.
Mengkompres kedua putting susu dan bagian hitam
sekitar putting dengan kapas baby oil kira-kira 3 menit.
2.
Melicinkan kedua tangan dengan baby oil.
3.
Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, Lakukan
gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan mulai dari pangkal
payudara dengan gerakan memutar dan berakhir pada daerang putting(dilakukan
20-30 kali)
4.
Membuat gerakan memutar sambil menekan dari pangkal
payudara dan berakhir pada putting susu (dilakukan 20-30 kali).
5.
Meletakkan kedua
tangan diantara payudara. Mengurut dari tengah keatas sambil mengangkat kedua
payudara dan lepaskan keduanya perlahan.
7. Mengompres payudara dengan air hangat 5 menit dan
dibilas air dingin.
I.
TANDA-TANDA BAYI CUKUP ASI
a.
BAK minimal 6 kali/hari.
b.
Warna seni biasanya tidak berwarna kuning pucat.
c.
Bayi sering BAB berwarna kekuningan berbiji.
d.
Bayi kelihatannya puas, sewaktu-waktu merasa lapar.
e.
bangun dan tidur dengan cukup.
f.
Bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam.
g.
Payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui.
h.
Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai
menyusui.
i.
Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI.
j.
Bayi bertambah berat badannya.
J. MASALAH DALAM PEMBERIAN ASI
Kegagalan dalam
proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik
masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah
ini, kegagalan menyusui sering dianggap masalah pada anak saja.
Masalah dari ibu
yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan lanjut.
Masalah pada bayi umumnya berkaitan
dengan manejemen laktasi sehingga
bayi b sering menjadi “bingung puting” atau sering menangis, yang sering di
inprestasikan oleh ibu dan keluarga
bahwa ASI tidak tepat untuk bayinya.
Masalah menyusui
dapat pula diakibatkan keadaan yang khusus. Selain itu, ibu sering sekali
mengeluhkan banyinya sering
menangis, “menolak” menyusu, dan
sebagainya sering diartikan bahwa ASI tidak cukup , atau ASI tidak enek, tidk
baik, atau apapun pendapatnya sehingga
sering memyebabkan diambilnya keputusan untuk menghentikan menyusui.
Kurang/Salah Informasi
Banyak ibu yang
merasa bahwa susu formula sama baiknya atau bahkan lebih baik dari ASI sehingga
cepat menanbah susu formula bila merasa
bahwa ASI kurang, petugas kesehatan pun
masih banyak yang tidak memberikan
informasikan pada saat
pemeriksaan kehamilan atau saat
memulangkan bayi. Sebagai contoh, banyak ibu/petugas kesehatan yang tidak
mengetahui hal-hal berikut.
1.
Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan sering
sehingga dikatakan bayi menderita diare
dan sering kali petugas kesehatan meminta untuk menghentikan menyusui. Padahal
sifat defekasi bayi yang mendapat kolostrum memang demikian karena kolostrum bersifat
sebagai laksan (zat pencahar).
2.
ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu
diberikan minuman lain, padahal bayi yang baru lahir cukup bulan dan sehat
mempunyai persediaan dan kalori dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman
selama beberapa hari. Disamping itu, pemberian minum sebelum ASI keluar akan
memperlambat pengeluaran ASI oleh bayi karena bayi menjadi kenyang dan malas
menyusu.
3.
Payudara berukuran kecil dianggap
kurang menghasilkan ASI padahal ukuran payudara tidak menentukan apakah
produksi ASI cukup atau kurang karena ukuran ditentukan oleh banyaknya lemak
pada payudara; sedangkan kelenjar penghasil ASI sama banyaknya walaupun payudara
kecil dan produksi ASI dapat tetap mencukupi apabila manajemen laktasi
dilaksanakan dengan baik dan benar.
4.
Informasi yang perlu diberikan kepada ibu hamil/menyusui antara lain
meliputi hal-hal sebagai berikut.
a.
Fisiologi laktasi
b.
Keuntungan pemberian ASI
c.
Cara menyusui yang baik dan benar
d.
Kerugai pemberian susu formula
e.
Menunda pemberian makanan lainnya paling kurang selama 6 bualan
Puting susu datar atau terbenam
Puting yang kurang
menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu menjadi masalah. Secara umum,
ibu tetap masih dapat menyusui bayinya dan upaya selama antenatal umumnya
kurang berguna, misalnya dengan memanipulasi Hofman, menarik-narik puting, ataupun penggunaan breast shield dan breast shell. Tindakan
yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah isapan langsung bayi
yang kuat. Oleh karena itu, sebaiknya tidak dilakukan apa-apa, tunggu saja
sampai bayi lahir.
Segera setelah pasca lahir lakukan
tindakan-tindakan sebagai nerikut.
1.
Skin-to-skin kontak dan biarkan bayi menghisap sedini mungkin.
2.
Biarkan bayi “mencari” puting kemudian menghisapnya. Bila perlu coba
bebagai posisi untuk mendapat keadaan yang paling menguntungkan. Rangsang
puting agar dapat “keluar” sebelum bayi “mengambil”-nya.
3.
Apabila puting benar-benar tidak bisa muncul, dapat “ditarik” dengan
pompa puting susu (nipple puller), atau yang paling sederhana dengan sedotan
spuit yang dipakai terbalik.
4.
Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap disusui dengan
sedikit penekanan pada areola mammae dengan jari sehingga terbentuk dot ketika
memasukan puting susu kedalam mulut bayi.
5.
Bila terlalu penuh ASI, dapat diperas terlebih dahulu dan diberikan
dengan sendok atau cangkir, atau teteskan langsung kedalam mulut bayi. Bila
perlu lakukan ini hingga 1-2 minggu.
Puting Susu Lecet (Abraded and or Cracked Nipple)
Puting susu lecet
dapat disebabkan oleh trauma saaat menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi
retak dan pembentukan celah-celah. Retakan
pada puting susu dapat sembuh sendiri
dalam waktu 48 jam.
Beberapa
penyebeb puting susu lecet adalah sebagai berikut.
1.
Teknik menyusui yang tidak benar
2.
Puting susu terpapar oleh sabun
,krim,alkohol, apapun zat iritan lain saat ibu membersihkan puting susu
3.
Monoliasis pada mulut bayi yang menular
pada puting susu ibu
4.
Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue)
5.
Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat
Tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi puting susu lecet adalah sebagai berikut.
1.
Cari penyebab puting susu lecet
2.
Selama puting susu diostirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, dan tidak
dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri atau bayi disusunkan lebih dulu pada
puting susu yang normal atau lectnya
sedikit
3.
Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk) , tidak menggunakan sabun,
krim,alkohol, ataupun zat iritan lain saat membersihkan payudara.
4.
Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam )
5.
Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1x24 jam , dan biasanya
akan sembuh sendiri dalam waktu
sekitar 2 x24 jam
6.
Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan sabun
7.
Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai kelalang payudara dan susukan
secara bergantian diantara kedua
paayudara
8.
Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet dan biarkan kering
9.
Pergunakan bra yang menyangga
10.
Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang rasa sakit
11.
Jika penyebab nya monilia, diberi
pengobatan dengan tablet nystatin.
Puting melesak (masuk ke dalam)
Jika puting
susu melesak diketahui sejak masa kehamilan, hendaknya puting susu
ditarik-tarik dengan menggunakan minyak kelapa
setiap mandi 2-3 kali sehari.
Jika puting susu melesak diketahui setelah melahirkan , dapat dibantu dengan tudung
puting (nipple hoot)
Payudara bengkak
Bedakan antara
payudara penuh karena berisi ASI dengan payudara bengkak. Pada
payudara penuh terasa berat pada payudara, panas,dan keras, bila diperiksa ASI keluar
dan tidak ada demam . pada payudara
bengkak, payudara udem, sakit,
puting kencang, kulit mengkilap walau
tidak merah, dan bila diperiksa /diisap
ASI tidak keluar. Badan bisa demam
setelah 24 jam.
Penyebab
payudara bengkak disebabkan karena
menyusui yang tidak kontinu sehinggga
sisa ASI terkumpul pada daerah diutus.
Hal ini terjadi karna antara lain produksi ASI meningkat , terlambat
menyusukan dini, perlekatan kurang baik, mungkin kurang sering ASI dikeluarkan,
dan mungkin juga ada pembatasan waktu menyusui . hal ini dapat terjadi pada
hari ketiga setelah melahirkan ` selain itu,
penggunaan bra yang ketat serta
keadaan yang puting susu yang tidak
bersih dapat menyebabkan sumbatan pada
duktus.
Gejalanya perlu
dibedakan antara payudara bengkak dengan
payudara penuh . pada payudra bengkak:
payudara udem, sakit, puting susu kencang , kulit mengkilap walau
tidak merah, dan ASI tidak keluar kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam. Sementara pada payudara penuh:
payudara terasa berat, panas, dan keras; bila ASI dikeluarkan tidak ada
demam .
beberapa tindakan yang dapt dilakukan untuk
mencegah payudara bengkak adalah sebagai berikut.
1.
Menyusui bayi segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang
benar Menyusui bayi tanpa jadwal
2.
Keluarkan asi dengan tangan
/pompa bila produksi melebihi kebutuhan
3.
Jangan memberikan minuman lain
pada bayi
4.
Lakukan perawatan payudara
pasca-persalinan (massase dan sebagainya)
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi payudara bengkak adalah berikut :
1.
Setiap 2 jam sekali sebelum menyusui kompreslah payudara dengan lap
bersih dengan daun pepaya basah.
2.
Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek
sehingga lebih mudah memasukkannya kedalam mulut bayi
3.
Bila bayi belum dalam menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan diberikan pada bayi dengan
cangkir/sendok.
4.
Tetap mengeluarkan ASI, sesering yang diperlukan sampai bendungan
teratasi.
5.
Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi kompres hangat dan dingin.
6.
Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang sakit.
7.
Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat untuk
membantu memperlancar pengeluaran ASI
8.
Pada saat menyusui, sebaiknya ibu tetap rileks.
9.
Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan perbanyak
minum.
10.
Jika ibu yang sedang menyusui terserang penyakit seperti misalnya pilek,
usahakan tetap memberikan ASI dengan menutup mulutdan hidung dengan masker.
Abses payudara (Mastitis)
Mastitis adalah
peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak, terkadang diikuti
rasa nyeri dan panas, serta suhu tubuh meningkat. Pada bagian dalam terasa ada
masa padat (lump), dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah
persalinan yang diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan
ini disebabkan kurangnya ASI diisap/
dikeluarkan atau pengiapan yang tidak efektif, dapat juga karena kebiasaan
menekan payudara dengan jari atau tekanan baju/bra, serta pengeluaran ASI yang
kurang baik pada payudara yang besar, terutama pada bagian bawah payudara yang
menggantung.
Ada dua jenis mastitis, yaitu yang terinfeksi bakteri:
infective mastitis. Lecet pada puting dan mastitis dan yang telah terinfeksi
bakteri. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
1.
Kompres hangat/panas dan pemijatan.
2.
Rangsang oksitosin; dimulai pada payudara yang tidak sakit, yaitu stimulasi puting,
pijat, leher –punggung, dan lain-lain
3.
Pemberian antibiotik: fluclocaxilin atau erythromicin selama 0-7 hari
4.
Bila perlu bisa diberikan istrahat total dan obat untuk penghilang rasa
nyeri.
5.
Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh
disusukan karena mungkin memerlukan tindakan bedah.
Sindrom ASI kurang
Pada
kenyataannya sering ASI tidak benar-benar kurang. Tanda-tanda yang “mungkin
saja” ASI benar kurang antara lain sebagai berikut.
1.
Bayi tidak puas setiap setelah menyusui, sering kali menyusu, menyusu
dengan waktu yang sangat lama. Akan tetapi, terkadang juga bayi lebih cepat
menyusu. Disangka produksinya berkurang padahal dikarenakan bayi telah pandai
menyusu.
2.
Bayi sering menangis atau bayi menolak susu
3.
Tinja bayi keras, kering atau berwarna hijau.
4.
Payudara tidak membesar selama kehamilan (keadaan yang jarang), atau ASI
tidak keluar pasca-kelahiran
5.
Berat badan (BB) bayi meningkat berkurang dari rata-rata 500 gr per
bulan
6.
BB lahir dalam waktu 2 minggu
belum kembali.
7.
Mengompol rata-rata kurang dari 6 kali 24 jam : cairan urine pekat, bau,
dan warna kuning
Cara mengatasinya
disesuaikan dengan penyebab, terutama
dicari pada empat kelompok faktor penyebab, yaitu sebagai berikut.
1.
Faktor teknik menyusui, keadaan ini yang paling sering dijumpai, yang
dapat disebabkan oleh masalah frekuensi, perlekatan, penggunaan dot/botol dan
lain-lain.
2.
Faktor psikologis, juga sering terjadi.
3.
Faktor fisik ibu, (jarang) antara lain dikarenakan oleh KB, kontrasepsi,
diuretik, hamil, merokok, kurang gizi, dan lain-lain
4.
Sangat jarang, adlah faktor kondisi bayi, misal; penyakit, abnormalitas
dan lain-lain
Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI
meningkat dan bayi terus memberikan isapan efektifnya. Pada keadaan-keadaan
tertentu dimana produksi ASI memang tidak memadai, maka perlu yang lebih,
misalnya pada relaktasi.
Bila perlu dapat dilakukan pemberian ASI
dengan suplementer dengan yaitu dengan pipa
nasogastrik atau pipa halus lainnya yang ditempelkan pada puting untuk
diisap bayi dan ujung lainnya dihubungkan dengan ASI atau formula.
Bayi sering menangis
Perhatikan sebab
bayi menangis, jangan biarkan bayi menangis terlalu lama, puaskan menyusu.
Beberapa penyebab bayi menangis antara lain sebagai berikut.
1.
Bayi merasa tidak aman
2.
Bayi merasa sakit
3.
Bayi basah
4.
Bayi kurang gizi
Tindakan yang dapat
dilakukan oleh ibu antara lain ibu tidak perlu cemas karena akan mengganggu
proses laktasi, perbaiki posisi menyusui , periksa pakaian bayi: apakah basah,
jangan biarkan bayi menangis terlalu lama.
Bayi bingung puting
Nipple confusion
adalah keadaan yang terjadi karena bayi mendapat susu formula dalam botol
berganti-ganti dengan menyusu pada ibu. Terjadi karena mekanisme menyusu pada
puting berbeda dengan botol. Tanda-tanda bayi bingung puting antara lain:
menghisap puting seperti mnghisap dot, menghisap terputus-putus dan sebentar, serta bayi menolak dan menyusu.
Tindakan bayi yang dapat dilakukan anatra lain jangan mudah memberi
PASI, jika terpaksa berikan dengan sendok atau pipet.
Bayi prematur
Pada bayi prematur
susui dengan sering, walau pendek-pendek, rangsang dengan sentuh langit-langit
bayi dengan jari ibu yang bersih, jika tidak dapat mengisap berikan dengan pipa
nasogastrik, tangan, dan sendok teh. Uraian sesuai dengan umur bayi adalah
sebagai berikut.
1.
Bayi umur kehamilan < 30 minggu : BBL <1.250 gr. Biasanya
diberi cairan infus selama 24-48 jam.
Lalu diberikan ASI menggunakan pipas nasogastrik.
2.
Usia 30-32 minggu : BBL 1.250-1500 gram. Dapat menerima ASI dari sendok,
2 kali sehari, namun masih menerima
makanan lewat pipa, namun lama kelamaan makanan pipa makin berkurang dan ASI
ditingkatkan.
3.
Usia 32-34 minggu : BBL 1.500-1800 gr. Bayi mulai menyusui langsung dari
payudara namun perlu kesabaran.
4.
Usia > 34 minggu: BBL > 1800 gr. Mendapatkan semua kebtuhan dari
payudara.
Bayi kuning
Pencegahan: segera
menyusui setelah lahir dan jangan dibatasi atau susui sesering mungkin. Berikan
bayi kolosturm, kolostrum mengandung purgatif ringan, yang membantu bayi untuk
mengeluarkan mekonium. Bilirubin dikeluarkan melalui feses, jadi kolostrum berfungsi
mencegah dan menghilangkan bayi kuning.
Bayi kembar
Ibu optimis ASI-nya
cukup, susui dengan football position, susui pada payudara dengan bergantian
untuk variasi bayi, dan kemampuan menghisap mungkin berbeda. Yakinkan ibu bahwa
alam telah menyiapkan air susu bagi semua makhluk, sesuai dengan kebutuhan.
Oleh karena itu semua ibbu sebenarnya sanggup menyusui bayi kembar.
Bayi sakit
Tidak ada alasan
untuk menghentikan pemberian ASI. Untuk bayi dengan keadaan tertentu seperti
diare, justru membutuhkan lebih banyak ASI untuk rehidrasi.
Bayi sumbing
Bayi tidak akan
mengalami kesulitan menyusui, cukup dengan berikan posisi yang sesuai untuk
sumbing pallatum molle ( langit-langit) dan pallatum durum (langit-langit
keras).
K. UPAYA MEMPERBANYAK ASI
ASI adalah cairan kehidupan
terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung berbagai zat yang
penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya. Meski
demikian, tidak semua ibu mau menyusui bayinya karena berbagai alasan, seperti
contoh : takut gemuk, sibuk, payudara kendor, dan sebagainya. Pada lain pihak,
ada juga ibu yang mau menyusui bayinya, tetapi mengalami kendala. Biasanya ASI
tidak mau keluar atau produksinya kurang lancar.
Produksi dan pengeluaran ASI
dipengaruhi oleh dua hormon, yaitu prolaktin dan oksitosin. Prolaktin
mempengaruhi jumlah produksi ASI, sedangkan oksitosin mempengaruhi proses
pengeluaran ASI. Prolaktin berkaitan dengan nutrisi ibu, semakin baik asupan
nutrisinya makna produksi yang dihasilkan juga banyak. Namun demikian, untuk
mengeluarkan ASI diperlukan hormon oksitosin yang kerjanya dipengaruhi oleh
proses isapan bayi. Semakin sering puting susu dihisap oleh bayi, maka semakin
banyak pula pengeluaran ASI. Hormon oksitosin sering disebut sebagai hormon
kasih sayang. Hal ini disebabkan karena kadarnya sangat dipengaruhi oleh
suasana hati, rasa bahagia, rasa dicintai, rasa aman, ketenangan, dan relaks.
Beberapa hal yang mempengaruhi
produksi ASI adalah sebagai berikut :
1. Makanan
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui
sangat berpengaruh terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan
mengandung cukup gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan
berjalan dengan lancar.
2. Ketenangan jiwa dan pikiran
Untuk memproduksi Asi yang baik,
maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang
tertekan, sedih dan tegang akan menurunkan volume ASI.
3. Pengunaan alat kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi pada
ibu menyusui, perlu diperhatikan agar tidak mengurangi produksi ASI. Contoh
alat kontrasepsi yang bisa digunakan adalah kondom, IUD, pil khusus menyusui,
atau suntik hormonal 3 bulanan.
4. Perawatan payudara
Perawatan payudara bermafaat
merangsang payudara sehingga memengaruhi hipofisi untuk mengeluarkan hormon
prolaktin dan oksitosin.
5. Anatomi payudara
Jumlah lobus pada payudara juga
mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomi
papila mamae atau puting susu ibu.
6. Faktor fisiologi
ASI terbentuk oleh karena pengaruh
dari hormon prolaktin yang menentukan produksi dan mempertahankan sekresi air
susu.
7. Pola istirahat
Faktor istirahat mempengaruhi
produksi dan pengeluaran ASI. Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang
istirahat, maka ASI juga berkurang.
8. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan
Semakin sering bayi menyusu pada
payudara ibu, maka produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan
tetapi, frekuensi penyusuan pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda. Studi
mengatakan bahwa pada produksi ASI bayi prematur akan optimal dengan pemompaan
ASI lebih dari 5 kali perhari selama bulan pertama setelah melahirkan.
Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu. Sementara itu,
pada bayi cukup bulan frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali per hari selama 2 minggu
pertama setelah melahirkan, berhubungan dengan produksi ASI yang cukup. Oleh
karena itu, direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali per hari pad
periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan
kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
9. Berat lahir bayi
Bayi berat lahir rendah (BBLR)
mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah mempunyai kemampuan
menghisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal
(>2.500 gr). Kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah ini meliputi
frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir
normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam
memproduksi ASI.
10.
Umur kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir
mempengaruhi produksi ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur
kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara
efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir cukup
bulan. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat
badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
Komentar
Posting Komentar