Asuhan Kebidanan Nifas dan menyusui

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI
“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASA NIFAS DAN MENYUSUI”

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

KELOMPOK 5
Ø BORA DORTY MARINDA MALAU
Ø ADRI SUTRIANA SIANTURI
Ø DESI PUTRI UTAMI

DOSEN PEMBIMBING : SALAMAH, S.Si.T., M.Si


AKADEMI KEBIDANAN PEMKO TEBING TINGGI

T.A 2015/2016
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASA NIFAS DAN MENYUSUI

A. FAKTOR INTERNAL

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI PAYUDARA
a.      Anatomi payudara
Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seorang gadis dan dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber  utama dari kehidupan karena air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.
payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk  nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram, dan saat menyusui 800 gram. Payudara disebut pula glandula mamalia yang ada baik pada wanita maupun pria. Pada pria secara normal tidak berkembang pada pubertas sedangkan selama kehamilan terutama berkembang pada masa menyusui.
1.    Letak:  setiap payudara terletak pada setiap sternum dan meluas setinggi costa kedua dan keenam. Payudara ini terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada yang disangga oleh ligamentum suspensorium.
2.    Bentuk:  masing-masing payudara berbentuk  tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas keketiak atau aksila.
3.    Ukuran: ukuran payudara berbeda pada setiap individu, juga tergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar dari pada yang lainnya.

b.      Struktur Makroskopis

Struktur makroskopis dari payudara adalah sebagai berikut.
1.      Cauda axilaris.
Adalah jaringan payudara yang meluas ke arah aksila.

2.      Aerola
Adalah daerah lingkaran yang terdiri atas kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi. Areola pada masing-masing payudara memiliki garis tengah kira-kira 2,5 cm. Letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan. Bila kulitnya kehitaman, maka warnanya lebih gelap. Selama kehamilan, jadi tidak kembali lagi seperti warna  asli semula. Pada daerah ini akan didapatkan kelnjar keringat, kelenjar lemak dari montgomery yang membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan dan dapat melicinkan kalang payudara selama menyusui. Pada kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu. Sinus laktiferus,  yaitu saluran dibawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat kedalam puting dan bermuara keluar. Didalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

3.      Papila mammae(puting susu)
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya akan berfariasi. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut. Bentuk puting ada empat macam, yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang, dan terbenam(inverted).



c.       Stuktur mikroskopis
Payudara tersusun atas jaringan kelenjar, tetapi juga mengandung sejumlah jaringan lemak dan ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 15-20 lobus yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran jaringan fibrosa. Struktur dalam nya dikatakan menyerupai segmen buah anggur atau jeruk yang dibelah. Setiap lobus merupakan satu unit fungsional yang berisi dan tersusun atas bangunan-bangunan sebagai berikut.

1.      Alveoli
Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah. Payudara terdiri atas 15-20 lobus. Masing-masing lobus terdiri atas 20-40 lobulus. Selanjutnya masing-masing lobulus terdiri atas 10-100 alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga menyerupai suatu pohon. ASI saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
2.      Duktus laktiferus
Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus laktiferus.
3.      Ampulla
Adalah bagian dari duktus laktiferus yang melebar, merupakan tempat menyimpan air susu. Ampulla terletak dibawah areola.
4.      Lanjutan setiap duktuslaktiferus.
Meluas dari ampulla sampai muara papilla mammae.
Fungsi payudara terutama dikendalikan oleh cabang-cabang nervus toroklais. Selain itu juga terdapat sejumlah saraf simpatis, terutama disekitar   areola dan papila mammae.
Selama kehamilan, estrogen dan progesteron menginduksi perkembangan alveolus dan duktus laktiferus didalam mammae, serta merangsang produksi kolostrum.  namun,  produksi ASI tidak pun dimulai.  produksi prolaktin secara berkesinambungan disebabkan oleh proses  menyusui yang dilakukansecara berkesinambungan.

Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuroendokrin, rangsangan sentuhan pada payudara akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan  kontraksi sel-sel mioepitel . proses ini disebut sebagai refleks letdown atau pelepasan ASI yang membuat ASI tersedia bagi bayi. Dalam hari-hari dini laktasi, refleks pelepasan ASI yang membuat ASI ini tidak terpengaruh oleh kecemasan ibu. Nantinya, proses pelepasan ASI dapat dihambat oleh kecemasan ibu bila dia merasa sakit, lelah, malu, atau bila merasakan nyeri pada saat menyusui.
Isapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae melalui duktus sinus laktiferus. Isapan merangsang produksi oksitosin kelenjar hipofisis anterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel  khusus yang mengelilingi alveolus dan duktus laktiferus. Kontraksi ini mendorong ASI keluar dari alveolus melalui duktus laktiferus menuju sinus laktiferus dimana ia akan tersimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI dalam sinus tertekan keluar kemulut bayi. Gerakan ASI dari sinus dinamakan let down atau pelepasan. Pada akhirnya let down dapat dipicu tanpa rangsangan isapan dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan bayinya.
“pelepasan” penting sekali bagi pemberian ASI yang baik. Tanpa “pelepasan” bayi dapat menghisap terus-menerus, tetapi hanya memperoleh dari sebagian ASI yang tersedia dan tersimpan. Bila “pelepasan” gagal terjadi berulang kali dan payudara berulang kali tidak dikosongkan pada waktu pelepasan, refleks ini akan berhenti berfungsi dan laktasi akan berhenti.





B.     FISIOLOGI PENGELUARAN ASI

Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf, dan bermacam-macam hormon. Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI, dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut.

1)        Pembentukan  kelenjar payudara.
Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang  jelas dari duktus yang baru, percabangan-percabangan dan lobulus, yang dipengaruhi oleh hormon-hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon-hormon yang ikut membantu mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen plasenta, karionik gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon paratoroid, dan hormon pertumbuhan.
Pada trimester pertama kehamilan, prolaktin dari adenohipofisis/hipofisis anterior mulai  merangsang kelenjar  air  susu untuk mengahasilkan  air susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini, pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh estrogen dan progesteron, tetapi jumlah prolaktin meningkat, hanya aktivitas adalah pembuatan kolostrum yang ditekan.
Pada trimester kedua kehamilan, laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan kolostrum. Keaktifan dari  rangsangan hormon-hormon terhadap pengeluaran air susu telah didemonstrasikan kebenarannya bahwa seorang ibu yang melahirkan bayi berumur empat bulan dimana bayi nya meninggal, tetap keluar kolostrum.

2)        Pembentukan air susu.
Pada ibu yang menyusui  memiliki dua refleks yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu sebagai berikut.
a.       Refleks prolaktin
Pada akhir kehamilan, hormon proklaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memeng tinggi. Setelah paretus, lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum membuat estrogen dan progesteron sangat berkurang, ditambah dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara yang akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan ini dapat dilanjutkan ke hipotalamus melalui medula spinalis hipotalamus yang akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat  sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofisis anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal pada tiga bulan setelah melahirkan sampai penyampihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningakatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu yang melahirkan anak, tetapi tidak menusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke-2-3. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stres atau pengaruh psikis, anastesi, operasi, dan rangsangan puting susu.

b.      Refleks let down
Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke hipofisis pposterior (neurhipofisis) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkat menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah diproduksi keluar dari alveoli dan masuk kesistem duktus laktiferus masuk kemulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah sebagai berikut:
-           melihat  bayi
-           mendengarkan suara bayi
-           mencium bayi
-           memikirkan untuk mencium bayi
Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah stres, seperti keadaan bingung/fikiran kacau, takut,  dan  cemas.
3)                  Pemeliharaan pengeluaran air susu
Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofisis akan mengatur kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah. Hormon-hormon ini sangat perlu untuk pengeluaran permulaan dan pemeliharaan penyediaan air susu selama, menyusui. Bila susu tidak dikeluarkan akan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menybabkan terlambatnya proses menyusui dan berkurangnya rangsangan menyusui oleh bayi misalnya kekuatan isapan yang kurang, frekuensi isapan yang kuran, serta singkatnya waktu menyusui. Hal ini berarti pelepasan prolaktin yang cukup diperlukan untuk mempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak minggu pertama melahirkan.

4)                  Mekanisme menyusui

a.    Refleks mencari (rooting reflex)
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Keadaan ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian puting susu ditarik masuk kedalam mulut.


b.    Refleks menghisap (sucking refleks)
Puting susu yang sudah masuk kedalam mulut dengan bantuan lidah ditarik lebih jauh dan rahang menekan kalang payudara dibelakang puting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit-langit keras. Tekanan bibir dan gerakan rahang yang terjadi  secara berirama membuat gusi akan menjepit kalang payudara dan sinis laktiferus sehingga air susu akan mengalir keputing susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting susu pada langit-langit yang mengakibatkan air susu keluar dari puting susu. Cara yang dilakukan oleh bayi tidak akan menimbulkan cedera pada puting susu.



c.    Refleks menelan (swllowing reflex)
Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan  mekanisme menelan masuk ke lambung. Keadaan akan berbeda bila bayi diberi susu botol dimana rahang mempunyai peranan sedikit saat menelan dot botol, sebab susu mengalir dengan mudah dari lubang dot. Dengan adanya gaya berat, yang disebabkan oleh posisi botol yang dipegang kearah bawah dan selanjutnya dengan adanya isapan pipi, keadaan ini akan membantu aliran susu sehingga tenaga yang diperlukan oleh bayi untuk menghisap susu menjadi minimal.


C.  MANFAAT PEMBERIAN ASI

            ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. ASI tidak hanya memberikan manfaat untuk bayi saja, melainkan untuk ibu, keluarga, dan negara.
Manfaat ASI untuk bayi adalah sebagai berikut :
1.    Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
Zat gizi yang terdapat dalam ASI antara lain : lemak, karbohidrat, protein, garam, mineral, serta vitamin. ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi selama 1 bulan pertama, separuh atau lebih nutrisi selama 6 bulan kedua dalam tahun pertama, dan 1/3 nutrisi ataulebih selama tahun kedua.
2.    ASI mengandung zat protektif.
Dengan adanya zat protektif yang terdapat dalam ASI, maka bayi jarang mengalami sakit. Zat-zat protektif tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
a.         Laktobasilus bifidus (mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat, yang membantu memberikan keasaman pada pencernaan sehingga menghambat pertumbuhan mikoorganisme)
b.         Laktoferin, mengikat zat besi sehingga membantu menghambat pertumbuhan kuman.
c.         Lisozim, merupakan enzim yang memecahkan dinding bakteri dan anti inflamatori bekerja sama dengan peroksida dan askorbat untuk E.coli dan  Salmonella, serta menghancurkan dinding sel bakteri yang terdapat dalam ASI dalam konsentrasi 5.000 kali lebih banyak dari susu sapi.
d.        Komplemen C3 dan C4. Membuat daya opsenik.
e.         Imunoglobulin (IgC, IgM, IgA, IgD, IgE). Melindungi tubuh dari infeksi, dari semua yang paling penting adalah IgA, zat ini melindungi zat mukosa terhadap serangan masuknya bakteri patogen serta virus. Zat ini memungkinkan masuknya masuknya kuman-kuman E.coli, Salmonella, Shihela, Steptococus, Stapphylococus, Pnemonococcus, Poliovirus, dan Rotavirus.
f.          Faktor-faktor antialergi.
Mukosa usus bayi mudah ditembus oleh protein sebelum bayi berumur 6-9 bulan, sedangkan protein dalam susu sapi bisa bekerja sebagai alergen.

3.    Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi ibu dan bayi. Pada saat bayi kontak kulit dengan ibunya, maka akan timbul rasa aman dan nyaman bagi bayi. Perasaan ini sangat penting untuk menimbulkan rasa percaya (basic sense of trust).
4.    Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik. Bayi yang mendapatkan ASI akan memiliki tumbuh kembang yang baik. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan berat badan bayi dan kecerdasan otak bayi.
5.    Mengurangi kejadian karies dentis.
Insiden karies dentis yang terjadi pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi dibanding bayi yang mendapat ASI. Kebiasaan menyusu dengan botol atau dot akan menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu fomula sehinggagigi menjadi lebih asam.
6.    Mengurangi kejadian maloklusi.
Penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat menyusui dengan botol dan dot.








D. KOMPOSISI GIZI DALAM ASI

            ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI khusus dibuat untuk bayi manusia. Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna, serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi.
1.      Protein
Keistimewaan protein dalam ASI dapat dilihat dari rasio protein whey : kasein = 60:40, dibandingkan dengan air susu sapi yang rasionya = 20:80. ASI mengandung alfa-laktabumin, sedangkan air susu sapi mengandung beta-laktoglobulin dan bovine serum albumin. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi. Kadar methiolin dalam ASI lebih rendah daripada susu sapi, sedangkan sistin lebih tinggi. Kadar tirosin dan fenilalanin pada ASI rendah. Kadar poliamin dan nukleotid yang penting untuk sintesis protein pada ASI lebih tinggi dibandingkan air susu sapi.
2.      Karbohidrat
ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi dari susu sapi (6,5-7 gram). Karbohidrat yang utama adalah laktosa.
3.      Lemak
Bentuk emulsi lebih sempurna. Kadar lemak tak jenuh dalam ASI 7-8 kali lebih besar dari air susu sapi. Asam lemak rantai panjang berperan dalam perkembangan otak. Kolestrol yang diperlukan untuk mielinisasi susunan safar pusat dan diperkirakan juga berfungsi dalam perkembangan pembentukan enzim.
4.      Mineral
ASI mengandung mineral lengkap. Total mineral selama laktasi adalah konstan. Fa dan Ca paling stabil, tidak terpengaruh diet ibu. Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama kalsium, kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat. ASI memiliki kalsium, fosfor, sodium potasium, dalam tingkat yang lebih rendah dibanding dengan susu sapi. Bayi yang diberi ASI tidak akan menerima pemasukan suatu muatan garam yang berlebihan sehingga tidak memerlukan air tambahan di bawah kondisi-kondisi umum.
5.      Air
Kira-kira 88% ASI terdiri atas air yang berguna melarutkan zat-zat yang terdapat di dalamnya sekaligus juga dapat meredakan rangsangan haus dari bayi.
6.      Vitamin
Kandungan vitamin dalam ASI adalah letngkap, vitamin A, D, dan C cukup. Sementara itu, golongan vitamin B kecuali riboflafin dan asam penthotenik lebih kurang.
a.    Vitamin A : air susu manusia yang sudah masak (dewasa mengandung 280 IU) vitamin A dan kolostrum sejumlah dua kali itu. Susu sapi hanya mengandung 18 IU.
b.    Vitamin D : vitamin D larut dalam air dan  lemak, dalam air susu manusia.
c.    Vitamin E : kolostrum manusia kaya akan vitamin E, fungsinya adalah untuk mencegah hemolitik anemia, akan tetapi juga membantu melindungi paru-paru dan retina dari cedera akibat oxide.
d.   Vitamin K : diperlukan untuk sintesis faktor-faktor pembekuan darah, bayi yang mendapatkan ASI mendapat vitamin K lebih banyak.
e.    Vitamin B kompleks : semua vitamin B ada pada tingkat yang diyakini memberikan kebutuhan harian yang diperlukan.
f.     Vitamin C : vitamin C sangat penting dalam sintesis kolagen, ASI mengandung 43mg/100 ml vitamin C dibandingkan dengan susu sapi.



ASI dibedakan menjadi tiga stadium yaitu sebagai berikut :
1.      Kolostrum
Cairan pertama yang diperoleh bayi dari ibunya adalah kolostrum, yang mengandung campuran kaya akan protein, mineral, dan antibodi daripada ASI yang telah matang. ASI mulai ada kira-kira pada hari ke-3 atau ke 4. Kolostrum berubah menjadi ASI yang matang kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir. Bila ibu menyusui sesudah bayi lahir dan bayi sering menyusui, maka proses adanya ASI akan meningkat.
Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan berwarna kekuningan. Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI matur. Selain itu, kolostrum rendah lemak dan laktosa.
Protein utama pada kolostrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM), yang digunakan sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur, dan parasit. Meskipun kolostum yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300ml/24 jam. Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi makanan yang akan datang. ASI terdiri atas kira-kira 90% air sehingga bayi yang menyusu tidak membutuhkan cairan lain bagi tubuhnya.

2.      ASI Transisi/Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak har ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna, serta komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.

3.      ASI Matur
ASI matur disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya. ASI matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer, sera mempunyai kandungan rendah lemak, tinggi laktosa, gula,  protein, mineral, dan air.
            Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang. Dengan demikian bayi akan membutuhkan keduanya, baik foremilk maupun hindmilk. Pada Tabel 2.1 kita dapat melihat perbedaan komposisi antara kolostrum, ASI transisi, dan ASI matur.





Tabel 2.1 Kandungan kolostrum, ASI transisi, dan ASI matur

Kandungan
Kolostrum
ASI Transisi
ASI Matur
Energi (kkal)
57,0
63,0
65,0
Laktosa (gr/100 ml)
6,5
6,7
7,0
Lemak (gr/100 ml)
2,9
3,6
3,8
Protein (gr/100 ml)
1,195
0,965
1,324
Mineral (gr/100 ml)
0,3
0,3
0,2
IgA (mg/100 ml)
335,9
-
119,6
IgG (mg/100 ml)
5,9
-
2,9
IgM (mg/100 ml)
17,1
-
2,9
Lisosin (mg/100 ml)
14,2-16,4
-
24,3-27,5
Laktoferin
420-520
-
250-270







E.  HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI DALAM PEMBERIAN ASI


          Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml setiap hari, jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :

1.      Makanan
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak dan vitamin derta mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8-12 gelas/hari.
2.      Bahan makanan yang dibatasi untuk ibu menyusui :
a.       Yang merangsang, seperti : cabe, merica, jahe, kopi, alkohol.
b.      Yang membuat kembung, seperti : ubi, singkong, kool, sawi dan daun bawang.
c.       Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak.
3.      Ketenangan jiwa dan fikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan memproduksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.
4.      Penggunaan alat kontrasepsi
Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat mempengaruhi produksi ASI.
5.      Perawatan payudara
Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hypofise untuk mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak lagi dan hormon oxytocin.



6.      Anatomi buah dada
Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobulus pun berkurang. Dengan demikian produksi ASI juga berkurang karena sel-sel ini yang menghisap zat-zat makan dari pembuluh darah akan berkurang.
7.      Fisiologi
Terbentuknya ASI dipengaruhi hormon terutama prolaktin ini merupakan hormon laktogenik yang menentukan dalam hal  pengadaan dan mempertahankan sekresi air susu.
8.      Faktor istirahat
Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam menjalankan fungsinya dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang.
9.      Faktor isapan anak
Bila ibu menyusui anak segera jarang dan berlangsung sebentar maka hisapan anak berkurang dengan demikian pengeluaran ASI berkurang.
10.  Faktor obat-obatan
Diperkirakan obat-obatan yang mengandung hormon mempengaruhi hormon prolaktin dan oxytocin yang berfungsi dalam pembentukan dan pengeluaran ASI. Apabila hormon-hormon ini terganggu dengan sendirinya akan mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI.





F.  ASI EKSKLUSIF

ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun negara.
Menurut penelitian yang dilakukan di Dhaka pada 1.667 bayi selama 12 bulan mengatakan bahwa ASI eksklusif dapat menurunkan resiko kematian akibat infeksi saluran nafas akut dan diare. WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada para ibu bila memungkinkan ASI eksklusif diberikan sampai 6 bulan dengan menrapkan hal-hal sebagai berikut :
a.    Inisiasi menyusu dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi
b.    ASI eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan atau minuman.
c.    ASI diberikan secara on-demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap hari setiap malam.
d.   ASI diberikan tidak menggunakan botol, cangkir, maupun dot.







            G.   CARA MENYUSUI YANG BENAR
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.
1.      Pembentukan dan persiapan ASI
Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak, serta berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan areola mamae makin hitam.
2.      Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan  sebagai berikut.
a.    Membersihkan puting susu dengan air atau minyak sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk.
b.    Puting susu ditarik-tarik setiap mandi sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi.
c.    Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi.


Posisi dan perleketan menyusui
Hal terpenting dalam posisi menyusui adalah ibu merasa nyaman dan rileks. Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring.

Beberapa langkah-langkah menyusui yang benar adalah sebagai.
1)             Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar puting, duduk dan berbaring dengan santai
2)             Ibu harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak ditempat tidur/kursi. Ibu harus merasa rileks.
3)             Lengan ibu menopang kepala, leher, dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada dalam garis lurus), Lengan ibu menopang kepala, leher, dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada dalam garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu, hidung bayi didepan puting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi mengahadap perut ibu. Kepalanya harus sejajar dengan tubuhnya, tidak melengkung kebelakang /menyamping, telinga, bahu, dan panggul bayi berada dalam satu garis lurus.


4)             Ibu mendekatkan bayi ketubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan mengamati bayi bayi yang siap menyusu: membuka mulut, bergerak mencari, dan menoleh. Bayi harus berada dekat dengan payudara ibu. Ibu tidak harus mencondongkan badan dan bayi tidak merenggangkan lehernya untuk mencapai puting susu ibu.


5)             Ibu menyentuhkan puting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke puting susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap puting susu tersebut. Ibu memegang payudara dengan satu tangan dengan cara meletakkan empat jari dibawah payudara dan ibu jari diatas payudara. Ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf “C”. Semua jari ibu tidak boleh terlalu dekat dengan areola.


6)             Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi. Dagu rapat kepayudara ibu dan hidungnya menyentuh bagian atas payudara. Bibir bawah bayi melengkung keluar.

7)             Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus, hadapkan bayi ke dada ibu sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
8)             Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan puting dari mulut bayi dengan cara memasukkan jari kelingking ibu diantara mulut dan payudara.

9)             Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi dipundak atau menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk-nepuk punggung bayi


         


          H.   CARA MERAWAT PAYUDARA
Dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Perawatan payudara untuk ibu menyusui merupakan salah satu dukungan terhadap pemberian ASI dan mengurangi resiko luka saat menyusui. 

Tujuan dari perawatan payudara adalah 

1.         Untuk melancarkan sirkulasi darah
2.         Mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pemberian ASI
3.         Menghindari penyulit saat menyusui seperti putting susu lecet, asi tidak lancar berproduksi dan pembengkakan payudara.
Pelaksanaan perawatan payudara dimulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari. 

A. Cara merawat payudara agar berhasil: 
-   Pengurutan harus diklakukan secara sistematis dan teratur minimal 2 kali sehari
-   Memperhatikan makanan dengan menu seimbang 
-   Memperhatikan kebersihan sehari-hari
-   Memakai BH yang bersih dan menyokong payudara
-   Menghindari rokok dan minuman beralkohol
-   Istirahat cukup
-   Jangan mengoleskan krim, minyak, alcohol, atau sabun pada putting susu

          B. Cara merawat Payudara
1.        Mengkompres kedua putting susu dan bagian hitam sekitar putting dengan kapas baby oil kira-kira 3 menit.
2.        Melicinkan kedua tangan dengan baby oil.
3.        Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan mulai dari pangkal payudara dengan gerakan memutar dan berakhir pada daerang putting(dilakukan 20-30 kali)

4.        Membuat gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan berakhir pada putting susu (dilakukan 20-30 kali).


5.        Meletakkan kedua tangan diantara payudara. Mengurut dari tengah keatas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan keduanya perlahan.


6.                  Mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal kearah putting susu.


7.      Mengompres payudara dengan air hangat 5 menit dan dibilas air dingin.






            I.   TANDA-TANDA BAYI CUKUP ASI
a.       BAK minimal 6 kali/hari.
b.      Warna seni biasanya tidak berwarna kuning pucat.
c.       Bayi sering BAB berwarna kekuningan berbiji.
d.      Bayi kelihatannya puas, sewaktu-waktu merasa lapar.
e.       bangun dan tidur dengan cukup.
f.       Bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam.
g.      Payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui.
h.      Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusui.
i.        Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI.
j.        Bayi bertambah berat badannya.



J.   MASALAH DALAM PEMBERIAN ASI

Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan menyusui sering dianggap masalah pada anak saja.
Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan lanjut. Masalah pada bayi umumnya berkaitan  dengan manejemen  laktasi sehingga bayi b sering menjadi “bingung puting” atau sering menangis, yang sering di inprestasikan oleh ibu dan  keluarga bahwa ASI tidak tepat untuk bayinya.
Masalah menyusui dapat pula diakibatkan keadaan yang khusus. Selain itu, ibu sering sekali mengeluhkan banyinya  sering menangis,  “menolak” menyusu, dan sebagainya sering diartikan bahwa ASI tidak cukup , atau ASI tidak enek, tidk baik, atau apapun pendapatnya sehingga  sering memyebabkan diambilnya keputusan untuk menghentikan menyusui.

Kurang/Salah Informasi
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula sama baiknya atau bahkan lebih baik dari ASI sehingga cepat menanbah susu formula bila merasa  bahwa ASI kurang, petugas kesehatan pun  masih banyak yang tidak memberikan  informasikan  pada saat pemeriksaan  kehamilan atau saat memulangkan bayi. Sebagai contoh, banyak ibu/petugas kesehatan yang tidak mengetahui hal-hal berikut.
1.         Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan sering sehingga  dikatakan bayi menderita diare dan sering kali petugas kesehatan meminta untuk menghentikan menyusui. Padahal sifat defekasi bayi yang mendapat kolostrum memang demikian karena kolostrum bersifat sebagai laksan (zat pencahar).
2.         ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu diberikan minuman lain, padahal bayi yang baru lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan dan kalori dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman selama beberapa hari. Disamping itu, pemberian minum sebelum ASI keluar akan memperlambat pengeluaran ASI oleh bayi karena bayi menjadi kenyang dan malas menyusu.
3.         Payudara  berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI padahal ukuran payudara tidak menentukan apakah produksi ASI cukup atau kurang karena ukuran ditentukan oleh banyaknya lemak pada payudara; sedangkan kelenjar penghasil ASI sama banyaknya walaupun payudara kecil dan produksi ASI dapat tetap mencukupi apabila manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik dan benar.
4.         Informasi yang perlu diberikan kepada ibu hamil/menyusui antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut.
a.              Fisiologi laktasi
b.              Keuntungan pemberian ASI
c.              Cara menyusui yang baik dan benar
d.             Kerugai pemberian susu formula
e.              Menunda pemberian makanan lainnya paling kurang selama 6 bualan

Puting susu datar atau terbenam
Puting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu menjadi masalah. Secara umum, ibu tetap masih dapat menyusui bayinya dan upaya selama antenatal umumnya kurang berguna, misalnya dengan memanipulasi Hofman, menarik-narik puting, ataupun penggunaan breast shield dan breast shell. Tindakan yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah isapan langsung bayi yang kuat. Oleh karena itu, sebaiknya tidak dilakukan apa-apa, tunggu saja sampai bayi lahir.
Segera setelah pasca lahir lakukan tindakan-tindakan sebagai nerikut.
1.    Skin-to-skin kontak dan biarkan bayi menghisap sedini mungkin.
2.    Biarkan bayi “mencari” puting kemudian menghisapnya. Bila perlu coba bebagai posisi untuk mendapat keadaan yang paling menguntungkan. Rangsang puting agar dapat “keluar” sebelum bayi “mengambil”-nya.
3.    Apabila puting benar-benar tidak bisa muncul, dapat “ditarik” dengan pompa puting susu (nipple puller), atau yang paling sederhana dengan sedotan spuit yang dipakai terbalik.
4.    Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap disusui dengan sedikit penekanan pada areola mammae dengan jari sehingga terbentuk dot ketika memasukan puting susu kedalam mulut bayi.
5.    Bila terlalu penuh ASI, dapat diperas terlebih dahulu dan diberikan dengan sendok atau cangkir, atau teteskan langsung kedalam mulut bayi. Bila perlu lakukan ini hingga 1-2 minggu.


Puting Susu Lecet (Abraded and or Cracked Nipple)
Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saaat menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan  pada puting susu dapat sembuh sendiri  dalam waktu 48 jam.
Beberapa penyebeb  puting susu lecet  adalah sebagai berikut.
1.    Teknik menyusui  yang tidak benar
2.    Puting susu terpapar  oleh sabun ,krim,alkohol, apapun zat iritan lain saat ibu membersihkan puting susu
3.    Monoliasis pada mulut bayi yang menular  pada puting susu ibu
4.    Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue)
5.    Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat

Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi puting susu lecet adalah sebagai berikut.
1.    Cari penyebab puting susu lecet
2.    Selama puting susu diostirahatkan, sebaiknya ASI  tetap dikeluarkan dengan tangan, dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri atau bayi disusunkan lebih dulu pada puting susu yang normal  atau lectnya sedikit
3.    Olesi puting susu dengan  ASI  akhir (hind milk) , tidak menggunakan sabun, krim,alkohol, ataupun zat iritan lain saat membersihkan payudara.
4.    Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam )
5.    Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara  waktu kurang lebih 1x24 jam , dan biasanya akan sembuh  sendiri  dalam waktu  sekitar 2 x24 jam
6.    Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan  untuk menggunakan sabun
7.    Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu  sampai kelalang payudara dan susukan secara  bergantian diantara  kedua  paayudara
8.    Keluarkan  sedikit  ASI dan oleskan  ke puting yang lecet dan biarkan kering
9.    Pergunakan bra yang menyangga
10.     Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang rasa sakit
11.     Jika  penyebab nya monilia, diberi pengobatan dengan tablet nystatin.

Puting melesak (masuk ke dalam)
Jika puting susu  melesak diketahui  sejak masa kehamilan, hendaknya puting susu ditarik-tarik dengan menggunakan minyak kelapa  setiap mandi  2-3 kali sehari. Jika puting susu melesak diketahui setelah melahirkan , dapat dibantu dengan tudung puting (nipple hoot)

Payudara bengkak
Bedakan antara payudara  penuh karena  berisi ASI dengan payudara bengkak. Pada payudara penuh terasa berat pada payudara, panas,dan keras, bila diperiksa  ASI keluar  dan tidak ada demam . pada payudara  bengkak,  payudara udem, sakit, puting kencang, kulit  mengkilap walau tidak merah,  dan bila diperiksa /diisap ASI tidak keluar. Badan bisa demam  setelah 24 jam.
            Penyebab  payudara bengkak disebabkan karena menyusui  yang tidak kontinu sehinggga sisa ASI terkumpul pada  daerah diutus. Hal ini terjadi karna antara lain produksi ASI meningkat , terlambat menyusukan  dini, perlekatan  kurang baik, mungkin kurang sering ASI dikeluarkan, dan mungkin juga ada  pembatasan  waktu menyusui . hal ini dapat terjadi pada hari ketiga setelah melahirkan ` selain itu,  penggunaan bra yang ketat  serta keadaan yang puting susu  yang tidak bersih  dapat menyebabkan sumbatan pada duktus.
Gejalanya perlu dibedakan antara payudara bengkak  dengan payudara penuh . pada  payudra bengkak: payudara udem, sakit, puting susu kencang , kulit mengkilap  walau  tidak merah, dan ASI tidak keluar kemudian badan menjadi demam  setelah 24 jam. Sementara pada payudara  penuh:  payudara terasa berat, panas, dan keras; bila ASI dikeluarkan tidak ada demam .
 beberapa tindakan yang dapt dilakukan untuk mencegah payudara bengkak adalah sebagai berikut.
1.    Menyusui bayi segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang benar Menyusui bayi tanpa  jadwal
2.    Keluarkan asi  dengan tangan /pompa bila produksi melebihi  kebutuhan
3.    Jangan memberikan  minuman lain pada bayi
4.    Lakukan perawatan  payudara pasca-persalinan (massase dan sebagainya)
                                               
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi payudara bengkak adalah berikut :
1.         Setiap 2 jam sekali sebelum menyusui kompreslah payudara dengan lap bersih dengan daun pepaya basah.
2.         Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek sehingga lebih mudah memasukkannya kedalam mulut bayi
3.         Bila bayi belum dalam menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau  pompa dan diberikan pada bayi dengan cangkir/sendok.
4.         Tetap mengeluarkan ASI, sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi.
5.         Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi kompres hangat dan dingin.
6.         Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang sakit.
7.         Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat untuk membantu memperlancar pengeluaran ASI
8.         Pada saat menyusui, sebaiknya ibu tetap rileks.
9.         Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan perbanyak minum.
10.     Jika ibu yang sedang menyusui terserang penyakit seperti misalnya pilek, usahakan tetap memberikan ASI dengan menutup mulutdan hidung dengan masker.
Abses payudara (Mastitis)
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak, terkadang diikuti rasa nyeri dan panas, serta suhu tubuh meningkat. Pada bagian dalam terasa ada masa padat (lump), dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini  terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan yang diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini  disebabkan kurangnya ASI diisap/ dikeluarkan atau pengiapan yang tidak efektif, dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau tekanan baju/bra, serta pengeluaran ASI yang kurang baik pada payudara yang besar, terutama pada bagian bawah payudara yang menggantung.
Ada dua jenis mastitis, yaitu yang terinfeksi bakteri: infective mastitis. Lecet pada puting dan mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
1.         Kompres hangat/panas dan pemijatan.
2.         Rangsang oksitosin; dimulai pada payudara  yang tidak sakit, yaitu stimulasi puting, pijat, leher –punggung, dan lain-lain
3.         Pemberian antibiotik: fluclocaxilin atau erythromicin selama 0-7 hari
4.         Bila perlu bisa diberikan istrahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri.
5.         Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh disusukan karena mungkin memerlukan tindakan bedah.

Sindrom ASI kurang
 Pada kenyataannya sering ASI tidak benar-benar kurang. Tanda-tanda yang “mungkin saja” ASI benar kurang antara lain sebagai berikut.
1.         Bayi tidak puas setiap setelah menyusui, sering kali menyusu, menyusu dengan waktu yang sangat lama. Akan tetapi, terkadang juga bayi lebih cepat menyusu. Disangka produksinya berkurang padahal dikarenakan bayi telah pandai menyusu.
2.         Bayi sering menangis atau bayi menolak susu
3.         Tinja bayi keras, kering atau berwarna hijau.
4.         Payudara tidak membesar selama kehamilan (keadaan yang jarang), atau ASI tidak keluar pasca-kelahiran
5.         Berat badan (BB) bayi meningkat berkurang dari rata-rata 500 gr per bulan
6.         BB  lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali.
7.         Mengompol rata-rata kurang dari 6 kali 24 jam : cairan urine pekat, bau, dan warna kuning

Cara mengatasinya disesuaikan  dengan penyebab, terutama dicari pada empat kelompok faktor penyebab, yaitu sebagai berikut.
1.         Faktor teknik menyusui, keadaan ini yang paling sering dijumpai, yang dapat disebabkan oleh masalah frekuensi, perlekatan, penggunaan dot/botol dan lain-lain.
2.         Faktor psikologis, juga sering terjadi.
3.         Faktor fisik ibu, (jarang) antara lain dikarenakan oleh KB, kontrasepsi, diuretik, hamil, merokok, kurang gizi, dan lain-lain
4.         Sangat jarang, adlah faktor kondisi bayi, misal; penyakit, abnormalitas dan lain-lain

Ibu dan bayi  dapat saling membantu agar produksi ASI meningkat dan bayi terus memberikan isapan efektifnya. Pada keadaan-keadaan tertentu dimana produksi  ASI  memang tidak memadai, maka perlu yang lebih, misalnya pada relaktasi.
Bila perlu dapat dilakukan pemberian ASI dengan suplementer dengan yaitu dengan pipa  nasogastrik atau pipa halus lainnya yang ditempelkan pada puting untuk diisap bayi dan ujung lainnya dihubungkan dengan ASI atau formula.

Bayi sering menangis
Perhatikan sebab bayi menangis, jangan biarkan bayi menangis terlalu lama, puaskan menyusu. Beberapa penyebab bayi menangis antara lain sebagai berikut.
1.         Bayi merasa tidak aman
2.         Bayi merasa sakit
3.         Bayi basah
4.         Bayi kurang gizi

Tindakan yang dapat dilakukan oleh ibu antara lain ibu tidak perlu cemas karena akan mengganggu proses laktasi, perbaiki posisi menyusui , periksa pakaian bayi: apakah basah, jangan biarkan bayi menangis terlalu lama.

Bayi bingung puting
Nipple confusion adalah keadaan yang terjadi karena bayi mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu pada ibu. Terjadi karena mekanisme menyusu pada puting berbeda dengan botol. Tanda-tanda bayi bingung puting antara lain: menghisap puting seperti mnghisap dot, menghisap terputus-putus  dan sebentar, serta bayi menolak dan menyusu. Tindakan bayi yang dapat dilakukan anatra lain jangan  mudah memberi  PASI, jika terpaksa berikan dengan sendok atau pipet.

Bayi prematur
Pada bayi prematur susui dengan sering, walau pendek-pendek, rangsang dengan sentuh langit-langit bayi dengan jari ibu yang bersih, jika tidak dapat mengisap berikan dengan pipa nasogastrik, tangan, dan sendok teh. Uraian sesuai dengan umur bayi adalah sebagai berikut.
1.         Bayi umur kehamilan < 30 minggu : BBL <1.250 gr. Biasanya diberi  cairan infus selama 24-48 jam. Lalu diberikan ASI menggunakan pipas nasogastrik.
2.         Usia 30-32 minggu : BBL 1.250-1500 gram. Dapat menerima ASI dari sendok, 2 kali sehari,  namun masih menerima makanan lewat pipa, namun lama kelamaan makanan pipa makin berkurang dan ASI ditingkatkan.
3.         Usia 32-34 minggu : BBL 1.500-1800 gr. Bayi mulai menyusui langsung dari payudara namun perlu kesabaran.
4.         Usia > 34 minggu: BBL > 1800 gr. Mendapatkan semua kebtuhan dari payudara.

Bayi kuning
Pencegahan: segera menyusui setelah lahir dan jangan dibatasi atau susui sesering mungkin. Berikan bayi kolosturm, kolostrum mengandung purgatif ringan, yang membantu bayi untuk mengeluarkan mekonium. Bilirubin dikeluarkan melalui feses, jadi kolostrum berfungsi mencegah dan menghilangkan bayi kuning.
Bayi kembar
Ibu optimis ASI-nya cukup, susui dengan football position, susui pada payudara dengan bergantian untuk variasi bayi, dan kemampuan menghisap mungkin berbeda. Yakinkan ibu bahwa alam telah menyiapkan air susu bagi semua makhluk, sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu semua ibbu sebenarnya sanggup menyusui bayi kembar.

Bayi sakit
Tidak ada alasan untuk menghentikan pemberian ASI. Untuk bayi dengan keadaan tertentu seperti diare, justru membutuhkan lebih banyak ASI untuk rehidrasi.

Bayi sumbing
Bayi tidak akan mengalami kesulitan menyusui, cukup dengan berikan posisi yang sesuai untuk sumbing pallatum molle ( langit-langit) dan pallatum durum (langit-langit keras).



            K.  UPAYA MEMPERBANYAK ASI

              ASI adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya. Meski demikian, tidak semua ibu mau menyusui bayinya karena berbagai alasan, seperti contoh : takut gemuk, sibuk, payudara kendor, dan sebagainya. Pada lain pihak, ada juga ibu yang mau menyusui bayinya, tetapi mengalami kendala. Biasanya ASI tidak mau keluar atau produksinya kurang lancar.
              Produksi dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua hormon, yaitu prolaktin dan oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI, sedangkan oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Prolaktin berkaitan dengan nutrisi ibu, semakin baik asupan nutrisinya makna produksi yang dihasilkan juga banyak. Namun demikian, untuk mengeluarkan ASI diperlukan hormon oksitosin yang kerjanya dipengaruhi oleh proses isapan bayi. Semakin sering puting susu dihisap oleh bayi, maka semakin banyak pula pengeluaran ASI. Hormon oksitosin sering disebut sebagai hormon kasih sayang. Hal ini disebabkan karena kadarnya sangat dipengaruhi oleh suasana hati, rasa bahagia, rasa dicintai, rasa aman, ketenangan, dan relaks.

              Beberapa hal yang mempengaruhi produksi ASI adalah sebagai berikut :
1.    Makanan
              Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan mengandung cukup gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar.

2.    Ketenangan jiwa dan pikiran
              Untuk memproduksi Asi yang baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang akan menurunkan volume ASI.

3.    Pengunaan alat kontrasepsi
              Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui, perlu diperhatikan agar tidak mengurangi produksi ASI. Contoh alat kontrasepsi yang bisa digunakan adalah kondom, IUD, pil khusus menyusui, atau suntik hormonal 3 bulanan.

4.    Perawatan payudara
              Perawatan payudara bermafaat merangsang payudara sehingga memengaruhi hipofisi untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin.

5.    Anatomi payudara
              Jumlah lobus pada payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomi papila mamae atau puting susu ibu.

6.    Faktor fisiologi
              ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin yang menentukan produksi dan mempertahankan sekresi air susu.

7.    Pola istirahat
              Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat, maka ASI juga berkurang.

8.    Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan
              Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi, frekuensi penyusuan pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda. Studi mengatakan bahwa pada produksi ASI bayi prematur akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali perhari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu. Sementara itu, pada bayi cukup bulan frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali per hari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan, berhubungan dengan produksi ASI yang cukup. Oleh karena itu, direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali per hari pad periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.

9.    Berat lahir bayi
              Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (>2.500 gr). Kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.

10.              Umur kehamilan saat melahirkan
              Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir cukup bulan. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.









Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH

Pentingnya "DOKUMENTASI"