Pentingnya "DOKUMENTASI"
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pelayanan
kebidanan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan secara
profesional, tersedia selama 24 jam dan berkelanjutan selama seorang pasien
kebidanan menjalani perawatan. Dengan demikian, pelayanan kebidanan memegang
peranan penting dalam upaya menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan di institusi tempat bidan tersebut memberikan pelayanan kebidanan.
Dokumentasi kebidanan tidak hanya merupakan dokumen sah, tetapi juga instrumen
untuk melindungi para pasien dan bidan. Atas dasar itu, dalam memberikan
pelayanan kebidanan, bidan diharapkan mampu bekerja sesuai dengan standar
profesi yang telah ada.
B. Rumusan
Masalah
-
Apa
saja tujuan dari dokumentasi ?
-
Apa
fungsi dari dokumentasi ?
-
Apa
prinsip dokumentasi ?
-
Bagaimana
pendokumentasian manajemen kebidanan pada ibu bersalin ?
-
Bagaimana
pendokumentasian pada bayi baru lahir ?
C. Tujuan
-
Mahasiswa
mampu mengetahui tujuan dari dokumentasi
-
Mahasiswa
mampu mengetahui fungsi dari dokumentasi
-
Mahasiswa
mampu mengetahui prinsip dokumentasi
-
Mahasiswa
mampu mengetahui pendokumentasian manajemen asuhan kebidanan pada ibu bersalin
-
Mahasiswa
mampu mengetahui pendokumentasian manajemen kebidanan pada bayi baru lahir
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN DOKUMENTASI
Istilah dokumentasi
berasal dari bahasa Inggris, yaitu document,
yang berarti satu atau lebih kertas resmi (official) dengan tulisan di atasnya. Dalam bahasa Indonesia,
dokumen berarti semua warkat asli/catatan otentik yang dapat dibuktikan atau
dijadikan bukti dalam persoalan hukum.
Dokumen juga
dikenal dengan istilah charting,
recording, dan recort keeping. Chart adalah sebuah dokumen yang menberikan
informasi yang berguna bagi pasien dan informasi tentang perawatan
kesehatannya. Pengertian lain dari chart adalah sebuah grafik yang terdapat pada suatu
papan yang memperlihatkan suatu pertukaran dan variasi dari temperatur, nadi,
pernafasan, dan tekanan darah.
Dalam pelayanan
kebidanan dokumentasi merupakan bagian dari kegiatan bidan setelah memberikan asuhan
kebidanan. Dokumen asuhan kebidanan antara lain meliputi : kondisi kesehatan
pasien, kebutuhan pasien, rencana asuhan, kegiatan asuhan kebidanan serta
respon pasien terhadap asuhan kebidanan yang telah di terima.
B.
TUJUAN DOKUMENTASI
Tujuan dari kegiatan pendokumentasian asuhan kebidanan,
antara lain :
1.
Sebagai sarana komunikasi
Dokumentasi yang dibuat dengan lengkap dan akurat sangat
berguna dalam membantu mengkomunikasikan asuhan kebidanan yang diberikan oleh
anggota tim kesehatan. Dengan adanya dokumentasi ini akan mencegah terjadinya
pengulangan informasi bagi pasien maupun bagi anggota tim kesehatan, mencegah
tumpang tindihnya informasi, serta bidan akan lebih teliti dalam memberikan
asuhan kebidanan.
2.
Sebagai sarana tanggung jawab dan tanggu gugat
Salah satu upaya untuk melindungi pasien serta menjamin
keamanan bidan ditempuh melalui pelayanan asuhan kebidanan yang berkualitas.
Hendaknya bidna mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan terhadap
pasien. Hal ini penting sebagai langkah antisipatif terhadap ketidakpuasan
pasien terhadap pelayanan yang telah diterima terutama berkaitan dengan masalah
hukum. Dengan demikian secara hukum, dokumentasi dapat dijadikan alat untuk
melindungi tenaga kesehatan dalam menjawab ketidakpuasan pasien terhadap
pelayanan yang diterima.
3.
Sebagai sarana informasi statistik
Data statistik yang tercantum dalam dokumentasi kebidanan
dapat membantu merencanakan kebutuhan institusi dimasa yang akan datang, antara
lain : sumber daya manusia, sarana prasarana, dan kebutuhan teknis.
4.
Sebagai sarana pendidikan
Dokumentasi asuhan kebidanan di institusi pelayanan yang
dilaksanakan secara baik dan benar akan membantu peserta didik/mahasiswa
kebidanan maupun mahasiswa kesehatan yang lain untuk mendapatkan pengetahuan dan
membandingkan pengetahuan yang diperoleh di institusi pendidikan maupun di
tempat praktik (institusi pelayanan).
5.
Sebagai sumber data penelitian
Informasi yang ditulis dalam dokumentasi asuhan kebidanan
dapat digunakan sebagai sumber data penelitian. Hal ini erat kaitannya dengan
asuhan kebidanan yang telah diberikan. Melalui kegiatan penelitian ini,
diharapkan akan tercipta suatau bentuk asuhan kebidanan yang efektif, aman, dan
etis.
6.
Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan
Melalui dokumentasi asuhan kebidanan yang baik dan benar,
diharapkan akan mencapai asuhan kebidanan berkualitas. Suatu perbaikan kualitas
pelayanan kesehatan tidak dapat diperoleh tanpa dokumentasi yang kontinu dan
akurat, baik oleh bidan maupun tenaga kesehatan yang lain.
7.
Sebagai sumber data perencanaan asuhan kebidanan
berkelanjutan
Melalui asuhan kebidanan yang baik dan benar, akan
didapatkan data aktual dan konsisten mencakup seluruh kegiatan yang dilakukan
oleh bidan melalui langkah-langkah manajemen asuhan kebidanan.
C.
FUNGSI DOKUMENTASI
1.
Bentuk tanggung jawab profesi bidan
Responsibilitas dan akuntabilitas
profesi merupakan salah satu alasan diadakannya dokumentasi asuhan kebidanan.
2.
Perlindungan hukum
Informasi dalam dokumentasi
kebidanan dapat digunakan pada saat terjadi kasus malpraktik yang menyangkut
pemberian asuhan kebidanan oleh bidan. Dokumentasi dapat bersifat kritis dalam
menetukan apakah asuhan kebidanan yang telah diberiakan telah memenuhi standar
atau tidak. Dokumentasi yang dibuat tepat waktu, akurat dan lengkap akan
melindungi diri bidan dari adanya gugatan hukum.
3.
Mematuhi standar pelayanan
Sebuah institusi pelayanan
kebidanan harus mematuhi standar-standar tertentu untuk mendapatkan ijin
operasional dan kualitas tertentu (akreditasi). Institusi yang telah
terakreditasi baik, tentu saja memiliki sistem pendokumentasian yang baik.
Sistem pendokumentasian yang dipakai juga sesuai dengan standar/peraturan yang
dikeluarkan oleh pihak pembuat kebijakan (pemerintah).
4.
Efisiensi
kegiatan dan pembiayaan asuhan
Dokumentasi
merupakan sumber data dan informasi untuk menyusun rencana kegiatan yang
berhubungan dengan aspek efisiensi dan pembiayaan, selain itu dokumentasi juga
merupakan sumber data dan informasi untuk pendidikan lainnya khususnya riset.
Pada akhirnya dokumentasi pun dapat dipergunakan sebagai alat untuk
mempertanggungjawabkan pelaksanaan suatu pekerjaan/kegiatan.
D.
PRINSIP-PRINSIP DOKUMENTASI
Ditinjau dari segi isi, dokumentasi harus mengandung
nilai administrasi, nilai hukum, nilai keuangan, nilai riset dan nilai edukasi.
1. Nilai administrasi
Sebuah dokumentasi harus dapat dijadikan pegangan hukum bagi RS, petugas
kesehatan, maupun pasien.
2. Nilai hukum
Rangkaian pendokumentasian kegiatan pelayanan kebidanan merupakan alat
pembelaan yang sah apabila terjadi gugatan.
3. Nilai keuangan
Semua kegiatan pelayanan medis dan pelayanan kebidanan akan menggambarkan
tinggi rendahnya biaya yang dikeluarkan pasien dan rumah sakit.
4. Nilai riset data
Informasi serta bahan yang dapat
dipergunakan sebagai objek penelitian.
5. Nilai edukasi
Informasi yang terdapat dalam dokumentasi harus dapat dipergunakan sebagai
referensi atau bahan pengajaran sesuai profesi masing-masing, khususnya bidan.
Menurut Carpenito (1991), tiga
prinsip yang harus diperhatikan dalam sebuah dokumentasi adalah keakuratan
data, keringkasan dan kemudahan untuk dibaca.
Ditinjau dari
segi teknik pencatatan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan
pendokumentasian, antara lain:
1.
Menulisakan nama pasien pada setiap halaman catatan
bidan.
2.
Hendaknya tulisan mudah dibaca. Sebaiknya tulisan
menggunakan tinta warna hitam atau biru, sehingga apa bila hendak digandakan
tulisan akan tampak jelas.
3.
Dokumentasi segera dilaksanakan setelah dilakukan
pengkajian pertama dan selesai melakukan setiap langkah asuhan kebidanan.
4.
Apabila memungkinkan kutip semua kalimat atau kata
yang diungkapkan oleh pasien.
5.
Pastikan kebenaran dari setiap data yang akan ditulis.
6.
Bedakan antara informasi yang objektif dan penafsiran.
7.
Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi hal-hal
sebagai berikut :
a. Perubahan kondisi pasien atau
muncul masalah baru.
b. Respon pasien terhadap tindakan
yang diberikan bidan.
c. Respon pasien terhadap kegiatan
konseling oleh bidan.
8.
Hindari dokumentasi yang bersifat baku.
9.
Hindari penggunaan istilah yang tidak jelas dan
pergunakan singkatan yang sudah biasa dipakai dan dapat diterima.
10.
Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan maka tulisan
yang salah tersebut jangan dihapus. Pada tulisan yang salah, coret satu kali,
kemudian tulis kata “salah” diatasnya, serta bubuhkan paraf. Selanjutnya
tuliskan informasi yang benar.
11. Setiap kegiatan dokumentasi
cantumkan waktu (tanggal dan jam), serta tanda tangan dan nama terang.
12.
Bila pencatatan bersambung pada halaman berikutnya,
bubuhkan tanda tangan dan cantumkan kembali waktu pada bagian halaman
berikutnya.
E.
METODE PENDOKUMENTASIAN
1.
SOAP
S ® Subjektif
-
Menggambarkan
pendokumentasian hanya pengumpulan data klien melalui anamnese
-
Tanda
gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya dari pasien, suami atau keluarga
( identitas umum, keluhan, riwayat menarche, riiwayat perkawinan, riwayat
kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, penyakit, riwayat penyakit keluarga,
riwayat penyakit keturunan, riwayat psikososial, pola hidup.)
-
Catatan
ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai
kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan
yang berhubungan dengan diagnosa. Pada orang yang bisu, dibagian data
dibelakayng” S” diberi tanda” 0” atau” X” ini menandakan orang itu bisu. Data
subjektif menguatkan diagnosa yang akan dibuat
O ® Objektif
-
Menggambarkan
pendokumentasian hasil analaisa dan fisik klien, hasil lab, dan test diagnostic
lain yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung assessment.
-
Tanda
gejala objektif yang diperolah dari hasil pemeriksaan ( tanda KU, Fital sign,
Fisik, khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam, laboratorium dan pemeriksaan
penunjang.)Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi .
-
Data
ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan
diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur, informasi kajian
teknologi (hasil Laboratorium, sinar X, rekaman CTG, dan lain-lain) dan
informasi dari keluarga atau orang lain dapat dapat dimasukkan dalam kategori
ini. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yangberarti dari
diagnosa yang akan ditegakkan.
A ® Assesment
-
Masalah
atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif maupun
objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah
dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif, dan sering
diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian adalah suatu proses
yang dinamik. Sering menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti
perkembangan pasien dan menjamin suatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat
diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
P ®Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan
evaluasi berdasarkan Assesment.
-
Perencanaan
Membuat rencana
tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk mengusahakan tercapainya kondisi
pasien yang sebaik mungkin atau menjaga mempertahankan kesejahteraannya.
Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang
harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu
pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus sesuai dengan instruksi
dokter.
-
Implementasi
Pelaksanaan rencana
tindakan untuk menghilangkan dan mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus
disetujui oleh klien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan
keselamatan klien. Oleh karena itu klien harus sebanyak mungkin menjadi bagian
dari proses ini. Bila kondisi klien berubah, intervensi mungkin juga harus
berubah atau disesuaikan
-
Evaluasi
Tafsiran dari efek
tindakan yang telah diambil merupakan hal penting untuk menilai keefektifan
asuhan yang diberikan. Analisis dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari
ketepatan nilai tindakan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi
dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga mencapai
tujuan.
2.
SOAPIER
S®Subjektif
Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang
pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai
kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. Pada orang
yang bisu, dibagian data dibelakang” S” diberi tanda” 0” atau” X” ini
menandakan orang itu bisu. Data subjektif menguatkan diagnosa yang akan dibuat
O ® Objektif
Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta
yang berhubungan dengan diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur,
informasi kajian teknologi (hasil Laboratorium, sinar X, rekaman CTG, dan
lain-lain) dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dapat dimasukkan
dalam kategori ini. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang
berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.
A® Analisa/Assesment
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data
atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan.
Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik
subjektif maupun objektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka
proses pengkajian adalah suatu proses yang dinamik. Sering menganalisa adalah
sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin suatu
perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil
tindakan yang tepat.
P®Perencanaan/Planning
Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan
datang. Untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau
menjaga mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan
tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu,
tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan
dan harus sesuai dengan instruksi dokter.
I®Implementasi
Pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan
mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien kecuali bila
tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan klien. Oleh karena itu klien
harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini. Bila kondisi klien
berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan.
E® Evaluasi
Tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil
merupakan hal penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisis
dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari ketepatan nilai tindakan. Jika
kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk
mengembangkan tindakan alternatif sehingga mencapai tujuan.
R®Revisi
Komponen evaluasi tindakan dapat menjadi petunjuk
perlunya perbaikan dari perubahan intervensi dan tindakan atau menunjukkan
perubahan dari rencana awal atau perlu suatu kolaborasi baru atau rujukan. Implementasi
yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat berdasarkan
prioritas dan kebutuhan akan mengoptimalkan hasil yang dicapai. Target dan
waktu penting untuk diperhatikan dalam proses ini.
3.
SOAPIE
S®Subyektif
Catatan yang berhubungan dengan masalah dari sudut
pandang pasien, ekspresi pasien mengenaikekhawatiran dan keluhannya dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungandengan diagnosa (data
subyektif). Pada orang yang bisu dibagian data dibelakang S diberi tanda”Nol”
atau “X”, sedangkan pada bayi atau anak kecil data subyektif ini dapat
diperoleh dari orangtua. Data subyektif ini dapat digunakan untuk menguatkan
diagnosa yang akan dibuat.Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesasebagai langkah I Varney.
O®Obyektif
Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta
yang berhubungan dengan diagnosa. Dataphisiologi, hasil observasi yang jujur,
informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar X,rekaman CTG, USG, dll)
dapat digolongkan kategori ini.Apa yang diobservasi oleh bidan akanmenjadi
komponen penting dari diagnosa yang akan ditegakkan.Catatan ini menggambarkan
pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaanlaboratorium
dan test diagnostic lainnya yang dirumuskan dalam data focus untuk
mendukungasuhan atau menegakkan diagnosa sebagai langkah I Varney.
A®Assesment
Analisa atau assesmen pengkajian yaitu masalah atau
diagnosa yang ditegakkan berdasarkan dataatau informasi subyektif dan obyektif
yang dikumpulkan dan disimpulkan. Karena keadaan pasienterus berubah dan selalu
ada informasi baru baik subyektif dan obyektif, dan sering diungkapkansecara
terpisah-pisah, maka proses pengkajian addalah sesuatu yang penting dalam
mengikutiperkembangan pasien dan menjamin sesuatu perubahan baru cepat
diketahui dan dapat diikutisehingga dapat diambil tindakan yang tepat. Catatan
ini menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subyektif dan data obyektif dalam suatu identifikasi :
a. Diagnosa/masalah.
b. Antisipasi diagnosa/masalah.
c.
Perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi dan atau
rujukan.Sebagai langkah II, III dan IV Varney
P®Plan/ Planning
Plan/planning/perencanaan yaitu membuat rencana
tindakan saat itu atau yang akan datang iniuntuk mengusahakan mencapai kondisi
pasien sebaik mungkin atau menjaga/mempertahankankesejahteraannya. Proses ini
termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harusdicapai dalam
batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien
mencapaikemajuan dalam kesehatan dan atau proses persalinannya dan harus
mendukung rencana dokter bila itu dalam manajemen kolaborasi atau
rujukan.Catatan ini menggambarkan pendokumentasian tindakan (Implentasi) dan evaluasi
perencanaanberdasarkan assessment, sebagai langkah V Varney. Perencanaan ini
meliputi :
a.
Rencana konsultasi
b.
Rencana tes diagnostic/laboratorium.
c.
Rencana rujukan (bila diperlukan).
d.
Rencana pemberian pendidikan kesehatan/konseling.
e.
Rencana follow up/tindak lanjut.
I®Intervensi/implementasi
Catatan ini merupakan pelaksanaan rencana tindakan
untuk mengatasi masalah, keluhan atau mencapai tujuan pasien (persalinan).
Tindakan ini harus disetujui oleh pasien kecuali bila tidak dilaksanakan
akan membahayakan keselamatan pasien. Oleh karena itu, pilihan pasien harus sebanyak
mungkin menjadi bagian dari proses ini. Apabila kondisi pasien berubah,
intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan.Catatan ini sebagai
langkah VI Varney
E® Evaluasi
Catatan ini merupakan tafsiran/ penilaian dari efek
tentang tindakan yang telah diambil yaitupenting untuk menilai keefektifan
asuhan yang diberikan. Analisa dari hasil yang dicapai menjadifokus dari
penilaian ketepatan tindakan.Kalau kriteria tujuan tidak tercapai, proses
evaluasi dapatmenjaddi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga
dapat mencapai tujuan.Catatanini sebagai langkah VII Varney.
4.
HELEN VARNEY
Langkah 1 : Tahap Pengumpulah Data Dasar
Pada langkah
pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan
dengan cara :
- Anamnesis.
Dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat
kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas,
bio-psiko-sosial-spiritual, serta pengetahuan klien.
- Pemeriksaan
fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi
:
a.
Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auscultasi, dan
perkusi )
b.
Pemeriksaan penunjang ( laboratorium, radiologi/USG,
dan cacatan terbaru serta catatan sebelumnya ).
Tahap
ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah
berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang
akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap
selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data
subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi
pasien yang sebenarnya dan valid.
Kaji ulang data yang sudah
dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.
Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah
ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan
interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang
spesifik. Rumusan diagnosis dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak
dapat didefinisikan seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan penanganan.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering
menyertai diagnosis.
Diagnosis kebidanan adalah
diagnose yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi
standar nomenklatur diagnose kebidanan.
Standar
nomenklatur diagnosis kebidanan :
1. Diakui dan telah disahkan oleh
profesi.
2. Berhubungan langsung dengan
praktek kebidanan.
3. Memiliki cirri khas kebidanan.
4. Didukung oleh clinical
judgement dalam praktek kebidanan.
5. Dapat diselesaikan dengan
pendekatan manajemen kebidanan.
Langkah 3 : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya.
Pada langkah
ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial
berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan
diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah
potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam
melakukan asuhan yang aman.
Pada langkah ketiga ini bidan
dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan
masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi
agar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar
merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis.
Kaji ulang apakah diagnosis atau
masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.
Langkah 4 : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera untuk Melakukan
Konsultasi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan Kondisi Klien.
Mengindentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau tenaga konsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien.
Langkah
keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal
saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya
pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru
mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengidentifikasi
situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu atau anak.
Data baru
mungkin saja dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan
tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang
dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi
atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian
juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari preeclampsia, kelainan panggul,
adanya penyakit jantung, diabetes, atau masalah medic yang serius, bidan
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam
kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli
gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini
bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada
siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan
kebidanan.
Kaji ulang apakah tindakan segera
ini benar-benar dibutuhkan.
Langkah 5 : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.
Pada langkah
ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau
diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini
informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah terindentifikasi
dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling
dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan
dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologis. Dengan kata lain,
asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan
setiap aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh
kedua pihak, yaitu oleh bidan dank lien agar dapat dilaksanakan dengan efektif
karena klien juga akan melaksanakan rencana asuhan bersama klien kemudian
membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua
keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan
benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta
sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
Langkah 6 : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.
Pada langkah
keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah
kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan
seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab
untuk mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah tersebut
benar-benar terlaksana.
Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi
dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka
keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap
bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dan asuhan klien.
Kaji ulang
apakah semua rencana asuha telah dilaksanakan.
Langkah 7 : Mengevaluasi
Pada langkah
ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose dan masalah.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya.
Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum
efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan
yang berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang
tidak efektif melalui manajemen tidak efektif serta melakukan penyusaian
terhadap rencana asuhan tersebut.
CONTOH PENDOKUMENTASIAN MENURUT HELEN VARNEY
Tanggal /
jam
: 22 Januari 2011 / 08.15 WIB
Tempat
praktek : RS Umi
Barokah
I.
PENGKAJIAN DATA
A.
Data subyektif
1. Biodata:
|
Nama
klien: Ny. W
Umur: 22 th
Suku/Bangsa: Jawa/Indonesia
Agama: Islam
Pendidikan: SMA
Pekerjaan: ibu rumah tangga
Alamat: Lanjaran, Musuk, Boyolali
|
Nama Suami: Tn. G
Umur: 22 Th
Suku/Bangsa: Jawa/Indonesia
Agama: Islam
Pendidikan: SMA
Pekerjaan: Swasta
|
2. Keluhan utama: ibu
mengatakan bahwa ia merasakan perutnya mules dan kenceng-kenceng sejak tadi
malam (23.00 wib) dan mengeluarkan lender darah.
3. Riwayat haid
Menarche :
13 tahun
Lamanya
: 6 hari
Siklus
: 28 hari
Banyak
: 2 kali ganti pembalut perhari
Keluhan
: tidak ada
4. Riwayat kehamilan
sekarang
a.
GPA : G2P0A1
b.
HPHT :
18 April 2010
HPL
: 25 Maret 2011
c.
Umur kehamilan :
39 minggu 6 hari
d.
Gerakan janin :
15 x/hari, gerakan terakhir: 3x/10 menit
e.
ANC :
4 x di bidan
f.
Imunisasi TT
-
TT I : 8 Agustus
2010
UK : ± 16 minggu
-
TT II : 8
September 2010 UK : ± 20
minggu
g. Keluhan-keluhan pada:
Trimester I :
Mual-mual
Trimester II :
Tidak ada
Trimester III :
Sering kencing
5. Riwayat
kehamilan/persalinan dan nifas yang lalu:
|
No
|
G
P
A
|
Umur kehamilan
|
Jenis kelamin
|
Jenis persalinan
|
Komplikasi/ Penyulit
|
penolong
|
Keadaan nifas
|
|
1.
|
G1
|
± 6 mggu
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
2.
|
G2
|
Hamil sekarang
|
|||||
6. Riwayat kesehatan
a. Riwayat
kesehatan yang lalu : ibu mengatakan tidak pernah merasakan gejala
|
Jantung: berdebar-debar dan mudah lelah
TBC: batuk terus menerus lebih dari 2 minggu
Ashma: sesak nafas
DM: luka yang tidak sembuh-sembuh
Hipertensi: pusing sekali
Hepatitis: kuku, mata dan kulit berwarna kuning
|
Epilepsy: kejang-kejang
Penyakit kelamin
GO: kencing nanah
HIV-AIDS: mudah sakit, diare,
berat badan turun drastis
Lain-lain: tidak ada
|
b. Riwayat kesehatan
sekarang: ibu mengatakan bahwa saat ini dirinya tidak sedang menderita
penyakit apapun
c. Riwayat
penyakit keluarga: ibu mengatakan bahwa,
a.
Penyakit/kelainan dlm keluarga: tidak ada riwayat
penyakit menular seperti TBC, hepatitis, PMS dan penyakit menurun seperti
Diabetes militus dan jantung
b.
Keturunan kembar: tidak ada
c.
Lain-lain: tidak ada
7. Pola kebiasaan
sehari-hari
a. Nutrisi
|
Frekuensi
Porsi
Jenis makanan
Keluhan
Makanan pantang
|
2 x/hari
1 piring
Nasi, sayur, lauk
Tidak ada
Tidak ada
|
b. Eliminasi
|
Frekuensi BAK
Keluhan
Frekuesi BAB
Keluhan
|
4-5 x/hari
Tidak ada
1 x/hari
Tidak ada
|
c. Tidur
|
Siang
Malam
Keluhan
|
± 1-2 jam
± 7-8 jam
Tidak ada
|
8. Riwayat KB
Kontrasepsi yang pernah digunakan : belum pernah
Lamanya :
-
Keluhan : -
Rencana KB :
ya
Jenis kontrasepsi : suntik 3
bulan
Kapan :
segera setelah masa nifas
Tanggapan suami : sangat
mendukung
Jumlah anak yang diinginkan : 2 anak
9. Keadaan psiko-sosial
a.
Perasaan menghadapi persalinan : ibu agak takut dengan persalinannya karena merupakan
pengalaman pertama
b.
Dukungan keluarga :
sangat mendukung
c.
Adat menghadapi persalinan :tidak ada
d.
Kebiasaan hidup
-
Merokok dan minuman keras : tidak pernah
-
Minum jamu :
tidak pernah
B. Data Obyektif
1. Tanda-tanda vital
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tensi : 120/80 mmHg
d. Nadi : 84 x/menit
e. Suhu : 36,2 ºC
f. Pernafasan : 24 x/menit
2. Pengukuran tinngi badan dan berat badan
a. Tinggi badan : 160 cm
b. BB sebelum
hamil :55 kg
c. BB
sekarang : 67 kg
3. Kepala dan leher
a. Wajah
: tidak odema, tidak ada kloasma
b. Mata
: konjungtiva tidak anemis, sclera tidah ikterik
c. Telinga
OMA/OMP: tidak OMA/OMP, simetris, bersih
d. Gusi dan
gigi : gusi tidak bengkak,
tidak mudah berdarah, gigi lengkap, tidak berlubang, tidak ada caries dentis
e. Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan parotis
f. Payudara
: bentuk dan besar simetris, tidak ada benjolan, putting menonjol,
hiperpigmentasi pada papilla dan areola, pengeluaran kolostrum
g. Ekstremitas
:
|
-
-
|
-
-
|
|
-
-
|
-
-
|
-
Odema :
-
Kuku jari :
agak pucat
-
Varices
: tidak ada
-
Reflek
patella : +/+
h. Abdomen
-
Luka bekas operasi : tidak ada
-
TFU :
36 cm
-
Gerakan janin :
ada
-
Kontraksi uterus : 4 x 10
menit
Durasi : 35 detik
Intensitas : kuat
-
Palpasi abdomen
Leopold
I : TFU teraba 2 jari di bawah Px,
fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
Leopold
II : kanan teraba keras, memanjang
seperti papan (punggung), kiri teraba kecil-kecil (ekstremitas)
Leopold
III : bagian terbawah teraba bulat, keras, melenting
(kepala)
Leopold
IV : tangan divergen, kepala masuk panggul 3/5 bagian
-
Pemeriksaan Osborn : tidak dilakukan
-
DJJ : teratur,
11-12-12=140 x/menit
i. Genetalia
eksterna
Vagina:
varices : tidak
ada
Infeksi : tidak ada
Cairan : lendir darah
Kelenjar bartolini:
Odema
: tidak ada
Masa/kista : tidak
ada
Cairan
: tidak ada
j. Anus dan
rectum : tidak ada haemoroid
k. Pemeriksaan dalam
(vagina toucher)
-
Vagina
: membuka
-
Portio
: menipis
-
Pembukaan : 7 cm
-
Kulit ketuban : utuh
-
Presentasi :
kepala
-
Penurunan kepala: 3/5
-
Ubun-ubun kecil di jam: jam 11
l. Pemeriksaan
laboratorium
-
Glukosa
urine
: tidak dilakukan
-
Protein
urine
: tidak dilakukan
-
Golongan
darah : B/Rh +
-
Hb
: 12,1 g/dl
-
Lain-lain
: tidak ada
m. Pemeriksaan penunjang lain
-
USG : tidak dilakukan
-
Lain-lain: tidak dil
II.
MERUMUSKAN DIAGNOSA / MASALAH KEBIDANAN
Tanggal: 22 Januari
2011
Jam: 08.25 wib
a. Diagnose
kebidanan
Ny. W umur 22 th G2P0A1, UK 39mgg 4hr hamil aterm, janin
tunggal, hidup, intra uteri, presentasi kepala, puka, kepala sudah masuk paggul
3/5 bagian, dengan kala I fase aktif.
Ø Dasar subyektif :ibu mengatakan bahwa perutnya
kenceng-kenceng sejak jam 23.00 wib serta mengeluarkan lendr darah, ini
merupakan kehamilannya yang ke 2, keguguran 1 x.
Ø Dasar obyektif :palpasi
Leopold I: TFU dua jari di bawah Px, fundus teraba bokong; Leopold II: puka,
kiri ekstremitas janin; Leopold III: teraba kepala; Leopold IV: kepala masuk
panggul 3/5 bagian; DJJ=140x/menit; VT pembukaan 7 cm.
b. Masalah
Tidak ada
c. Mengantisipasi
diagnose
Tidak ada
III.
MENGANTISIPASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
Tidak ada
IV.
MENETAPKAN KEBUTUHAN DAN TINDAKAN SEGERA
Tidak ada
V.
MENYUSUN RENCANA ASUHAN SECARA MENYELURUH
Tanggal/jam : 22 Januari 2011/08.30
wib
1.
Observasi KU ,TTV dan kemajuan persalinan tiap 4
jam/bila ada keluhan
2.
Persiapan diri, alat, tempat, perlengkapan ibu dan
bayi
3.
Ajarkan pada ibu ubtuk menarik nafas panjang jika ada
his
4.
Anjurkan ibu untuk makan atau minum saat tidak ada his
5.
Anjurkan pada ibu untuk tidak meneran saat ada his
ketika pembukaan belum lengkap
6.
Anjurkan ibu untuk miring kiri
VI.
PELAKSANAAN TINDAKAN
Tanggal/jam: 22 Januari 2011/ 08.35
wib
1.
Mengobservasi KU, TTV dan kemajuan persalinan tiap 4
jam/ bila ada keluhan yang meliputi TD, S, N, R, kontraksi, pembukaan, produksi
urine dan DJJ setiap setengah jam.
2.
Mempersiapkan diri, alat, tempat, perlengkapan ibu dan
bayi
-
Diri: clemek plastic, topi, kaca mata, masker,
handscoon, sepatu both
-
Alat:
a.
Partus set: Bak instrument berisi: handscoon steril, 2
klem tali pusat, 1 guntung tali pusat, 1 gunting episiotomy, setengah kocker,
benang tali pusat/klem tali pusat, kasa steril.
b.
Hetting set: bak instrument berisi 1 naldfoeder, 1
gunting benang, 1 jarum otot, 1 jarum kulit, catgut secukupnya, kasa steril.
c.
1 spuit 3 cc, lidocain 1% 2 ampul
d.
Obat-obatan untuk ibu dan bayi
-
Untuk ibu: 1 ampul oksitosin 10 IU, 1 ampul metergine
0,2 mg, cairan infuse RL, 1 infus set
-
Untuk bayi: tetes mata anti biotic, 1 ampul vit K, 1
unit vaksin Hepatitis (uniject)
e.
Perlengkapan lain
Tempat placenta, tempat pakaian kotor, tempat sampah,
bengkok, kapas DTT, kom klorin, timbangan bayi, metlin, pengukur panjang bayi.
f.
Alat resusitasi
Penghisap lender (suction), tabung O2,
balon sungkup, headbox.
Tempat: bersih, aman, tenang, ruangan hangat, penerangan cukup, ada meja yang bersih dan mudah terjangkau tangan penolong, bed.
Tempat: bersih, aman, tenang, ruangan hangat, penerangan cukup, ada meja yang bersih dan mudah terjangkau tangan penolong, bed.
3.
Mengajarkan pada ibu untuk menarik nafas panjang saat
ada his, yaitu menarik nafas panjang dari hidung dan mengeluarkan pelan-pelan
melalui mulut untuk relaksasi dan mengurangi rasa nyeri saat ada his.
4.
Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak ada
his untuk menambah tenaga sat meneran nanti
5.
Menganjurkan pada ibu untuk tidak meneran sat ada his
sebelum pembukaan lengkap karena akan menyebabkan odema jalan ahir sehingga
akan mempersulit kelahiran bayi.
6.
Menganjurkan pada ibu untuk miring kiri untuk
melancarkan sirkulasi darah dan mempercepat penurunan kepala bayi
VII.
EVALUASI
Tanggal/ jam: 22 Januari 2011/10.45
wib
1.
Observasi KU ,TTV dan kemajuan persalinan tiap 4
jam/bila ada keluhan sudah dilakukan
2.
Persiapan diri, alat, tempat, perlengkapan ibu dan
bayi sudah dilakukan
3.
Ibu sudah mengerti dan sudah menarik nafas panjang
jika ada his
4.
Ibu bersedia untuk makan atau minum saat tidak ada his
5.
Ibu bersedia untuk tidak meneran saat ada his ketika
pembukaan belum lengkap
6.
Ibu bersedia untuk miring kiri
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
3.1
Pengkajian Data
Tanggal pengkajian : 20 Maret
2012
Pukul
: 21.00 WIB
1. Data Subyektif
a. Identitas / Biodata
Nama
bayi
: Bayi Ny “Y”
Umur
: 1 hari
Jenis
kelamin
: perempuan
Tanggal/Jam Lahir : 19 Maret 2012
Pukul
: 07.10 WIB
Nama Ibu : Ny
“Y”
Nama Ayah : Tn “K”
Umur
: 27
tahun
Umur
: 29 tahun
Suku/Bangsa :
Jawa/Indonesia
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama
:
Islam
Agama
: Islam
Pendidikan :
SMA
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :
IRT
Pekerjaan : Swasta
Alamat
:
Kalidawir
Alamat :
Kalidawir
b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bayi lahir secara SC di RS KIA Citra Sehat Tulungagung pada
tanggal 19 Maret 2012 pukul 07.10 WIB dengan jenis kelamin bayi perempuan,
berat badan 3000 gr, panjang badan 49 cm.
c. Riwayat Antenatal
G2P0010 UK 42 minggu, teratur memeriksakan kehamilannya di BPS 8x oleh bidan
Imunisasi
TT : tidak dikaji
Kenaikan
BB : tidak dikaji
d. Riwayat Penyakit Kehamilan
1) Perdarahan
: Tidak ada
2) Pre
Eklampsia/Eklampsia
: Tidak ada
3) Penyakit
kelamin
: Ibu tidak pernah
menderita penyakit kelamin
4) Lain-lain
: Tidak ada
e. Kebiasaan Waktu Hamil
a. Makanan
: Selama hamil ibu makan 3x/hari dengan porsi sedang dan menu
bervariasi seperti nasi, sayur, lauk, buah dan lain-lain. Ibu minum + 2
liter/hari.
b. Obat-obatan/jamu : Ibu mengatakan selama hamil
tidak pernah minum jamu tradisional, ibu juga mengkonsumsi obat-obat yang
diberikan bidan setelah periksa.
c. Merokok
: Ibu tidak pernah merokok
d. Lain-lain
: Tidak ada
f. Riwayat
persalinan
Lahir
tanggal
: 19 Maret 2012
Pukul
: 07.10 WIB
Tempat
persalinan : RS KIA Citra
Sehat
Jenis
persalinan
: SC
Ditolong
oleh
: dokter SpOG
A-S
: 7-8
Jenis
kelamin
: perempuan
BB
: 3000 gr
PB
: 49cm
g. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan baik dari keluarga ibu maupun suami tidak ada yang mempunyai
penyakit menular, menurun ataupun menahun seperti jantung, asma, DM,
hipertensi, ginjal dan lain-lain.
h. Pola Kebiasaan Bayi Sehari-hari
Nutrisi
: Bayi
diberikan ASI sering dan semaunya.
Eliminasi
: BAB + 1 – 2 kali/hari konsistensi lunak
BAK +6 – 7 kali/hari, lancar
Istirahat
: Bayi tidur
+ 18 – 20 jam/hari
Kebersihan Diri : Bayi mandi 1x setiap pagi,sibin 1x setiap sore
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Pernafasan
: 45x/mnt
Nadi
: 118x/mnt
Suhu
: 36,70C
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi / Palpasi
Kepala :
Rambut jarang, tidak ada moulage, tidak ada caput succadenum, tidak ada cephal
hematoma
Ubun-ubun : Datar, tidak ada tanda-tanda
dehidrasi ubun-ubun besar dan kecil belum menutup
Muka
: Bersih, simetris, tidak ada oedema, kulit kemerahan, tidak pucat, tidak ada
ikterus.
Mata
: Bersih, simetris, sklera putih (tidak ikterus), conjungtiva merah muda (tidak
anemis), tidak ada blenorhoe.
Hidung :
Bersih, simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada polips.
Mulut
: Bersih, tidak ada stomatitis, lidah tidak kotor, tidak ada kelainan seperti
labyoskisis, palatoskisis, refleks sucking bagus.
Telinga :
Bersih, simetris, tidak ada serumen, daun telinga tidak menempel pada kulit
kepala.
Leher
: Bersih, simetris, tidak ada pembengkakan, tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid, tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak terdapat struma.
Dada
: Bersih, simetris.
Abdomen : Bersih, simetris, tidak
ada pembesaran hepar
Tali pusat : Bersih, masih basah,
tidak ada perdarahan, tidak ada tanda-tanda infeksi.
Punggung : Bersih, simetris,
tidak ada spina bifida
Genitalia : Bersih
Anus
: Bersih, tidak ada atresia ani
Ekstremitas atsa dan bawah : Bersih, simetris, tidak ada kelainan seperti
syndactily dan polidactily.
Kulit
:Warna kemerahan, agak mengelupas, turgor kulit baik.
2) Perkusi
Abdomen : Tidak ada kembung
3) Auskultasi
Dada
: Tidak ada ronchi, tidak ada wheezing, bunyi jantung normal
Abdomen : Bising usus (+)
c. Pemeriksaan Khusus
1) Pemeriksaan Antropometri
Berat badan :
3000 gr
Panjang badan
: 49 cm
Lingkar kepala
: 34 cm
SOB
: 33 cm
MC
: 36 cm
FO
: 34 cm
Lingkar
dada :
30 cm
Lingkar lengan atas
: 12 cm
2) Refleks
Refleks Moro
: Positif
Refleks Rooting
: Positif
Refleks Sucking
: Positif
Graphs / Platar
: Positif
Graphs Walking
: Tidak dikaji
3.2
Interpretasi Data
Tanggal 20 Maret 2011
Pukul 20.05 WIB
|
Dx/Mx/Keb
|
Data Dasar
|
|
Dx: Bayi baru lahir By. Ny “Y” usia 1 hari
Masalah : tidak ada
|
Ds : Ibu mengatakan bayi lahir secara SC di RS KIA Citra Sehat
Tulungagung pada tanggal 19 Maret 2012 pukul 07.10 WIB dengan jenis kelamin
bayi perempuan, berat badan 3000 gr, panjang badan 49 cm.
Do : bayi lahir SC oleh dokter SpOG pada tanggal 19 Maret 2012 pukul
07.10 WIB
A-S
: 7-8
Jenis kelamin: perempuan
BB
: 3000 gr
PB
: 49cm
Keadaan umum : Baik
Pernafasan :
45x/mnt
Nadi
: 118x/mnt
Suhu
: 36,70C
Tidak ada kelainana dan tidak ada tanda-tanda infeksi
|
3.3
Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Ikterus dan infeksi neonatorum
3.4
Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera atau Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter obgyn
3.5
Intervensi
Tanggal 20 Maret 2012
Pukul 20.08 WIB
|
Dx/Mx/Keb
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Dx: Bayi baru lahir By. Ny “Y” usia 1 hari
Mx: -
|
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan tidak terjadi
infeksi neonatorum dan ikterus
Kriteria Hasil
Keadaan umum bayi baik
Tanda-tanda vital normal
Tidak ada tanda infeksi
Intervensi
1.
Jalin komunikasi dengan keluarga pasien
2.
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan pemeriksaan
3.
Pertahankan suhu tubuh bayi
4.
Lakukan perawatan tali pusat
5.
Kaji tanda-tanda bahaya pada bayi
a.
Hipotermi atau Hipertermi
b.
Ikterus
c.
Tanda infeksi
6.
Beri imunisasi HB unijecck
7.
Ajarkan pada keluarga cara perawatan bayi sehari-hari
8.
Berikan penyuluhan untuk ibu tentang pemberian ASI eksklusif
|
1.
Keluarga lebih kooperatif
2.
Pencegahan infeksi
3.
Mencegah hipotermi
4.
Mencegah terjadinya infeksi
5.
Mengetahui sedini mungkin adanya tanda bahaya pada bayi sehingga dapat
segera ditangani
6.
Memberikan kekebalan pada bayi terhadap virus hepatitis
7.
Keluarga dapat merawat bayi secara mandiri dan meningkatkan kesehatan
bayi.
8.
ASI merupakan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi
|
3.6
Implementasi
Tanggal 20 Maret 2012
Pukul 21.10 WIB
|
Dx/Mx/Keb
|
Implemebtasi
|
|
Dx: Bayi baru lahir By. Ny “Y” usia 1 hari
Mx: -
|
1.
Menjalin komunikasi dengan keluarga pasien
2.
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan pemeriksaan
3.
Memperrtahankan suhu tubuh bayi dengan membungkus bayi mennunakan kain
yang bersih dan kering.
4.
Melakukan perawatan tali pusat pada bayi dengan membungkus tali pusat
menggunakan kasa steril.
5.
Mengkaji tanda-tanda bahaya pada bayi
a.
Hipotermi atau Hipertermi
b.
Ikterus
c.
Tanda infeksi
6.
Memberi imunisasi HB unijeck pada bayi dengan menyuntikkan vaksin HB 1/3
paha bagian luar (IM).
7.
Mengajarkan pada keluarga cara perawatan bayi sehari-hari antara lain:
a.
Cara memandikan bayi
b.
Cara merawat tali pusat
c.
Mengganti popok bayi setiap kali basah dengan popok yang bersih dan
kering
8.
Memberikan penyuluhan untuk ibu tentang pemberian ASI eksklusif yaitu
pemberian ASI saja selama 6 bulan tanpa makanan tambahan dengan frekuensi
pemberian sesering mungkin.
|
3.7
Evaluasi
Tanggal 21 Maret 2012
Pukul 21.00 WIB
|
Dx/Mx/Keb
|
Evaluasi
|
|
Dx: Bayi baru lahir By. Ny “Y” usia 1 hari
Mx: -
|
S : ibu mengatakan telah mengerti apa yang disampaikan petugas kesehatan
dan melaksanakan semua anjuran nakes dalam perawatan bayinya
O :
Keadaan umum bayi baik
TTV
Suhu : 36,50C
Nadi : 112x/menit
RR : 45x/menit
Tali pusat : belum lepas, belum kering, tidak ada tanda-tanda infeksi
Bayi sudah minum ASI
Bayi dlam keadaan baik dan tidak ada tanda bahaya.
A : Bayi baru lahir By Ny”Y” usia 2 hari
P :
a.
Pemberian ASI Eksklusif
b.
HE tentang cara perawatan bayi sehari-hari
c.
HE tentang imunisasi dasar pada bayi, seperti : HB, BCG, polio, DPT dan
campak
|
Tanggal : 12 Sept
2008
Pukul : 07.30 WIB
S : Ibu mengatakan telah mengerti
apa yang disampaikan bidan dan melaksanakan semua anjuran bidan dalam perawatan
bayinya.
O : Keadaan umum bayi : baik
TTV Suhu :
36,50C
Nadi : 104x/mnt
RR : 40x/mnt
Tali
pusat : Belum lepas, sudah kering, tidak
ada tanda-tanda infeksi.
Minum ASI
: Baik / kuat
Bayi dalam
keadaan baik dan tidak ada tanda bahaya ataupun kelainan lain.
A : Bayi Ny “B” Neonatus Aterm umur 3
hari dengan keadaan fisiologis.
P : - Lakukan
kunjungan rumah 4 hari lagi
-
Berikan penyuluhan kepada ibu tentang gizi seimbang dan ibu
banyak mengkonsumsi sayur.
-
HE tentang perawatan bayi sehari-hari
-
HE tentang imunisasi dasar pada bayi
BAB III
PENUTUP
Secara umum, dokumentasi merupakan suatu catatan
otentik atau dokumen asli yang dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum.
Sedangkan dokumentasi kebidanan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan
berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap yang dimiliki oleh
bidan dalam melakukan asuhan kebidanan dan berguna untuk kepentingan klien, tim
kesehatan, serta kalangan bidan sendiri.
Dokumentasi kebidanan sangat penting bagi bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan.Hal ini karena asuhan kebidanan yang
diberikan kepada klien membutuhkan pencatatan dan pelaporan yang dapat
digunakan sebagai acuan untuk menuntut tanggung jawab dan tanggung gugat dari
berbagai permasalahan yang mungkin dialami oleh klien berkaitan dengan
pelayanan yang berkaitan.
Selain
sebagai sistem pencatatan dan pelaporan, dokumentasi kebidanan juga digunakan
sebagai informasi tentang status kesehatan pasien pada semua kegiatan asuhan
kebidanan yang dilakukan oleh bidan.
DAFTAR
PUSTAKA
Muslihatun, Wafi Nur, dkk.2009.Dokumentasi
Kebidanan.Yogyakarta:Fitramaya
Muslihatun, Wafi Nur.2010.Asuhan
Neonatus Bayi dan Balita.Yogyakarta:Fitramaya
Komentar
Posting Komentar