KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT
MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
“KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT”
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
:
BORA
DORTY MARINDA MALAU
LOKAL II A
DOSEN PEMBIMBING : LABORA Br. MANULLANG, SKM., M.Kes
AKADEMI
KEBIDANAN PEMKO TEBING TINGG
T.A
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah kesehatan merupakan masalah
yang sangat penting yang di hadapi oleh masyarakat kita saat ini .Semakin maju
teknologi di bidang kedokteran ,semakin banyak pula macam penyakit yang mendera
masyarakat.Hal ini tentu sajadi pengaruhi oleh faktor tingkah laku manusia itu
sendiri.Tapi apakah benar hanya faktor tingkah laku saja yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat?Sebelum membahas tentang masalah kesehatan
masyarakat tentunya lebih baik jika kita memahami konsep dari kesehatan
masyarakat itu terlebih dahulu.
B. Rumusan Masalah
Pada
makalah ini akan di bahas mengenai konsep dari kesehatan masyarakat,yaitu
antara lain:
- Bagaimana sejarah Ilmu kesehatan masyarakat?
- Apa periode periode Ilmu kesehatan masyarakat?
- Bagaimana perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia?
- Apa defenisi Ilmu kesehatan masyarakat?
- Apa faktor faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat?
- Siapa saja sasaran kesehatan masyarakat?
- Bagaimana sejarah Ilmu kesehatan masyarakat?
- Apa periode periode Ilmu kesehatan masyarakat?
- Bagaimana perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia?
- Apa defenisi Ilmu kesehatan masyarakat?
- Apa faktor faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat?
- Siapa saja sasaran kesehatan masyarakat?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.SEJARAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Membicarakan
kesehatan masyarakat tidak terlepas dari 2 tokoh metologi Yunani, yakni
Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius
disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak
disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya tetapi
diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah
berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik.
Higeia,
seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai isterinya juga telah melakukan upaya-upaya
kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan/ penanganan
masalah kesehatan. Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit),
setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang.
Sedangkan
Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan
melalui “hidup seimbang”, menghindari makanan / minuman beracun, makan makanan
yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melakukan olahraga.
Apabila orang yang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik daripada dengan pengobatan / pembedahan.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya muncul 2 aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial.
Apabila orang yang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik daripada dengan pengobatan / pembedahan.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya muncul 2 aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial.
Sedangkan
kelompok kedua, seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan
upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum
terjadinya penyakit. Ke dalam kelompok ini termasuk para petugas kesehatan
masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari
berbagai jenjang. Dalam perkembangan selanjutnya maka seolah-olah timbul garis
pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif
(curative health care) dan pelayanan pencegahan atau preventif (preventive health
care).
Kedua
kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain
sebagai berikut. Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap
sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya
sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya)
dengan pasien atau sasaran cenderung jauh. Sedangkan pendekatan preventif,
sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan) masalah-masalah yang
ditangani pada umumnya juga masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat,
bukan masalah individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat
(sasaran) lebih bersifat kemitraan tidak seperti antara dokter-pasien.
Kedua,
pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada umumnya
hanya menunggu masalah datang. Seperti misalnya dokter yang
menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien
datang, berarti tidak ada masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah
kesehatan adalah adanya penyakit. Sedangkan kelompok preventif lebih
mengutamakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah tetapi
mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu pasien
datang di kantor atau di tempat praktek mereka, tetapi harus turun ke
masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan
melakukan tindakan.
Ketiga,
pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih
kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial,
padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat
antara aspek satu dengan yang lainnya. Sedangkan pendekatan preventif
melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik.
Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem biologi
individual tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan
sosial. Dengan demikian pendekatannya pun tidak individual dan parsial tetapi
harus secara menyeluruh atau holistik.
B. PERIODE-PERIODE PERKEMBANGAN KESEHATAN
MASYARAKAT
Sejarah
panjang perkembangan masyarakat, tidak hanya dimulai pada munculnya ilmu
pengetahuan saja melainkan sudah dimulai sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan
modern. Oleh sebab itu, akan sedikit diuraikan perkembangan kesehatan
masyarakat sebelum perkembangan ilmu pengetahuan (pre-scientific period) dan
sesudah ilmu pengetahuan itu berkembang (scientific period).
Periode
Sebelum Ilmu Pengetahuan :
Dari
kebudayaan yang paling luas yakni Babylonia, Mesir, Yunani dan Roma telah
tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk menanggulangi
masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah ditemukan pula bahwa
pada zaman tersebut tercatat dokumen-dokumen tertulis, bahkan
peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah atau
drainase pemukiman pembangunan kota, pengaturan air minum, dan sebagainya. Pada
zaman ini juga diperoleh catatan bahwa telah dibangun tempat pembuangan kotoran
(latrin) umum, meskipun alasan dibuatnya latrine tersebut bukan karena
kesehatan. Dibangunnya latri umum pada saat itu bukan karena tinja atau kotoran
manusia dapat menularkan penyakit tetapi tinja menimbulkan bau tak enak dan
pandangan yang tidak menyedapkan.
Demikian
juga masyarakat membuat sumur pada waktu itu dengan alasan bahwa minum air kali
yang mengalir sudah kotor itu terasa tidak enak, bukan karena minum air kali
dapat menyebabkan penyakit (Greene, 1984).
Dari
dokumen lain tercatat bahwa pada zaman Romawi kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan masyarakat mencatatkan pembangunan rumah,
melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya, dan binatang-binatang
piaraan yang menimbulkan bau, dan sebagainya. Bahkan pada waktu itu telah ada
keharusan pemerintah kerajaan untuk melakukan supervisi atau peninjauan kepada
tempat-tempat minuman (public bar), warung makan, tempat-tempat prostitusi dan
sebagainya (Hanlon, 1974).
Kemudian
pada permulaan abad pertama sampai kira-kira abad ke-7 kesehatan masyarakat
makin dirasakan kepentingannya karena berbagai macam penyakit menular mulai
menyerang sebagian besar penduduk dan telah menjadi epidemi bahkan di beberapa
tempat telah menjadi endemi.
Penyakit
kolera telah tercatat sejak abad ke-7 menyebar dari Asia khususnya Timur Tengah
dan Asia Selatan ke Afrika. India disebutkan sejak abad ke-7 tersebut telah
menjadi pusat endemi kolera. Disamping itu lepra juga telah menyebar mulai dari
Mesir ke Asia Kecil dan Eropa melalui para emigran. Upaya-upaya
untuk mengatasi epidemi dan endemi penyakit-penyakit tersebut, orang telah
mulai memperhatikan masalah lingkungan, terutama hygiene dan sanitasi
lingkungan. Pembuangan kotoran manusia (latrin), pengusahaan air minum yang
bersih, pembuangan sampah, ventilasi rumah telah tercatat menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat pada waktu itu.
Pada
abad ke-14 mulai terjadi wabah pes yang paling dahsyat, di China dan India.
Pada tahun 1340 tercatat 13.000.000 orang meninggal karena wabah pes, dan di
India, Mesir dan Gaza dilaporkan bahwa 13.000 orang meninggal tiap hari karena
pes. Menurut catatan, jumlah meninggal karena wabah pes di
seluruh dunia waktu itu mencapai lebih dari 60.000.000 orang. Oleh sebab itu
waktu itu disebut “the Black Death”. Keadaan atau wabah penyakit-penyakit
menular ini berlangsung sampai menjelang abad ke-18. Disamping wabah pes, wabah
kolera dan tipus masih berlangsung.
Telah
tercatat bahwa pada tahun 1603 lebih dari 1 diantara 6 orang meninggal, dan
pada tahun 1663 sekitar 1 diantara 5 orang meninggal karena penyakit menular.
Pada tahun 1759, 70.000 orang penduduk kepulauan Cyprus meninggal karena
penyakit menular. Penyakit-penyakit lain yang menjadi wabah pada waktu itu
antara lain difteri, tipus, disentri dan sebagainya. Dari
catatan-catatan tersebut di atas dapat dilihat bahwa masalah kesehatan
masyarakat khususnya penyebaran-penyebaran penyakit menular sudah begitu meluas
dan dahsyat, namun upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat secara
menyeluruh belum dilakukan oleh orang pada zamannya.
Periode
Ilmu Pengetahuan :
Bangkitnya
ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 mempunyai dampak
yang luas terhadap segala aspek kehidupan manusia, termasuk kesehatan. Kalau
pada abad-abad sebelumnya masalah kesehatan khususnya penyakit hanya dilihat
sebagai fenomena biologis dan pendekatan yang dilakukan hanya secara biologis
yang sempit, maka mulai abad ke-19 masalah kesehatan adalah masalah yang
kompleks. Oleh sebab itu pendekatan masalah kesehatan harus dilakukan secara komprehensif,
multisektoral.
Disamping
itu pada abad ilmu pengetahuan ini juga mulai ditemukan berbagai macam penyebab
penyakit dan vaksin sebagai pencegah penyakit. Louis Pasteur telah berhasil
menemukan vaksin untuk mencegah penyakit cacar, Joseph Lister menemukan asam
carbol (carbolic acid) untuk sterilisasi ruang operasi dan William Marton
menemukan ether sebagai anestesi pada waktu operasi. Penyelidikan
dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilakukan pada tahun
1832 di Inggris. Pada waktu itu sebagian besar rakyat Inggris terserang epidemi
(wabah) kolera, terutama terjadi pada masyarakat yang tinggal di perkotaan yang
miskin. Kemudian parlemen Inggris membentuk komisi untuk penyelidikan dan penanganan
masalah wabah kolera ini.
Edwin
Chadwich seorang pakar sosial (social scientist) sebagai ketua komisi ini
akhirnya melaporkan hasil penyelidikannya sebagai berikut :
Masyarakat
hidup di suatu kondisi sanitasi yang jelek, sumur penduduk berdekatan
dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia. Air limbah yang
mengalir terbuka tidak teratur, makanan yang dijual di pasar banyak dirubung
lalat dan kecoa. Disamping itu ditemukan sebagian besar masyarakat miskin,
bekerja rata-rata 14 jam per hari, dengan gaji yang dibawah kebutuhan hidup.
Sehingga sebagian masyarakat tidak mampu membeli makanan yang bergizi.
Laporan Chadwich ini dilengkapi dengan analisis data statistik yang bagus dan sahih. Berdasarkan laporan hasil penyelidikan Chadwich ini, akhirnya parlemen mengeluarkan undang-undang yang isinya mengatur upaya-upaya peningkatan kesehatan penduduk, termasuk sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik dan sebagainya. Pada tahun 1848, John Simon diangkat oleh pemerintah Inggris untuk menangani masalah kesehatan penduduk (masyarakat).
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikembangkan pendidikan untuk tenaga kesehatan yang profesional. Pada tahun 1893 John Hopkins, seorang pedagang wiski dari Baltimore Amerika mempelopori berdirinya universitas dan didalamnya terdapat sekolah (Fakultas) Kedokteran. Mulai tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Canada dan sebagainya. Dari kurikulum sekolah-sekolah kedokteran tersebut terlihat bahwa kesehatan masyarakat sudah diperhatikan. Mulai tahun kedua para mahasiswa sudah mulai melakukan kegiatan penerapan ilmu di masyarakat.
Laporan Chadwich ini dilengkapi dengan analisis data statistik yang bagus dan sahih. Berdasarkan laporan hasil penyelidikan Chadwich ini, akhirnya parlemen mengeluarkan undang-undang yang isinya mengatur upaya-upaya peningkatan kesehatan penduduk, termasuk sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik dan sebagainya. Pada tahun 1848, John Simon diangkat oleh pemerintah Inggris untuk menangani masalah kesehatan penduduk (masyarakat).
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikembangkan pendidikan untuk tenaga kesehatan yang profesional. Pada tahun 1893 John Hopkins, seorang pedagang wiski dari Baltimore Amerika mempelopori berdirinya universitas dan didalamnya terdapat sekolah (Fakultas) Kedokteran. Mulai tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Canada dan sebagainya. Dari kurikulum sekolah-sekolah kedokteran tersebut terlihat bahwa kesehatan masyarakat sudah diperhatikan. Mulai tahun kedua para mahasiswa sudah mulai melakukan kegiatan penerapan ilmu di masyarakat.
Pengembangan
kurikulum sekolah kedokteran sudah didasarkan kepada suatu asumsi bahwa
penyakit dan kesehatan itu merupakan hasil interaksi yang dinamis antara faktor
genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial (termasuk kondisi kerja),
kebiasaan perorangan dan pelayanan kedokteran / kesehatan. Dari
segi pelayanan kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika telah
membentuk Departemen Kesehatan yang pertama kali. Fungsi departemen ini adalah
menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk (public), termasuk perbaikan
dan pengawasan sanitasi lingkungan. Departemen kesehatan ini sebenarnya
merupakan peningkatan departemen kesehatan kota yang telah dibentuk di masing-masing
kota, seperti Baltimor telah terbentuk pada tahun 1798, South Carolina tahun
1813, Philadelphia tahun 1818, dan sebagainya.
Pada
tahun 1872 telah diadakan pertemuan orang-orang yang mempunyai perhatian
kesehatan masyarakat baik dari universitas maupun dari pemerintah di kota New
York. Pertemuan tersebut menghasilkan Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika
(American Public Health Association).
C.PERKEMBANGAN
KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA
Bapak
kesehatan Masyarakat Edwin Chadwich adalah orang yang mula-mula
tertarik kepada kematian yang terjadi di kalangan masyarakat kota kota besar di
Inggris. Dari pengamatannya yang teliti dapat menghimpun data yang
berkaitan dengan penyakit, sehingga angka kematian pada golongn
masyarakat dapat dicatat dengan sangat teliti. Bertitik tolak dari penelitiannya, ia
terjun lebih dalam lagi dalam bidang kesehatan masyarakat.
Generasi-generasi setelah Chadwick adalah Winslow yang menjadi
muridnya yang kemudian dikenal sebagai Pembina kesehatan Masyarakat
Modern (public health modern). Ia menciptakan defenisi untuk
kesehatan masyarakat yang diterima oleh WHO yang kemudian lahirlah berbagai
defenisi sehat, balasan-balasan tentang usaha usaha pokok kesehatan
(basic health service). Pengaruh defenisi kesehatan
masyarakat dari Winshlow kemudian akan membawa pengaruh dalam perkembangan kesehatan
masyarakat di Indonesia.
Barton
membagi 4 tingkatan kesehatan, yaitu:
Tingkat I : Pelaksanaan
kesehatan masyarakat dlakukan melalui cara cara pengobatan di klinik.
Tingkat II : Pelaksanan kesehatan Masyarakat sudah di perluas melalui
cara cara pengobatan di poliklinik , BKIA, maupun RS. Dari
upaya pengobatan kuratif di kembangkan pula pengobatan preventif pada unit unit
tersebut.
Tingkat III : Pelaksanaan kesehatan masyarakat telah dikembangkan berbagai
usaha usaha pokok kesehatan (basic Health Service) secara
bersamaan. Semuanya dikordinasi secara menyeluruh yang di kenal dengan
istilah Pelayanan kesehatan Terintegrasi.
Tingkat IV : Pada tingkat ini kesehatan masyarakatpelaksanaannya sudah
berorintasi secara lintas sektoral dan multidisiplin.
Sejarah
perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan
Belanda pada abad ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu
dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti
masyarakat pada waktu itu.
Kolera masuk di Indonesia tahun 1927 dan tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor di Indonesia. Kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia. Sehingga berawal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Namun demikian di bidang kesehatan masyarakat yang lain pada tahun 1807 pada waktu pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan angka kematian bayi yang tinggi pada waktu itu. Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama karena langkanya tenaga pelatih kebidanan kemudian pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut dilaksanakan lagi.
Kolera masuk di Indonesia tahun 1927 dan tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor di Indonesia. Kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia. Sehingga berawal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Namun demikian di bidang kesehatan masyarakat yang lain pada tahun 1807 pada waktu pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan angka kematian bayi yang tinggi pada waktu itu. Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama karena langkanya tenaga pelatih kebidanan kemudian pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut dilaksanakan lagi.
Pada
tahun 1851 sekolah dokter Jawa didirikan oleh dr. Bosch, kepala pelayanan
kesehatan sipil dan militer dan dr. Bleeker di Indonesia. Kemudian sekolah ini
terkenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten) atau
sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Setelah itu pada tahun 1913 didirikan
sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische
Arsten School).
Pada
tahun 1927, STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak
berdirinya Universitas Indonesia tahun 1947 berubah menjadi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Kedua sekolah tersebut mempunyai andil yang sangat besar
dalam menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan
masyarakat Indonesia. Tidak kalah pentingnya dalam mengembangkan kesehatan
masyarakat di Indonesia adalah berdirinya Pusat Laboratorium Kedokteran di
Bandung pada tahun 1888. Kemudian pada tahun 1938, pusat laboratorium ini
berubah menjadi Lembaga Eykman dan selanjutnya disusul didirikan laboratorium
lain di Medan, Semarang, Makassar, Surabaya dan Yogyakarta. Laboratorium-laboratorium
ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka menunjang pemberantasan
penyakit seperti malaria, lepra, cacar dan sebagainya bahkan untuk bidang
kesehatan masyarakat yang lain seperti gizi dan sanitasi.
Pada
tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun 1933, 1934 dan 1935 terjadi
epidemi di beberapa tempat terutama di pulau Jawa. Kemudian mulai tahun 1935
dilakukan program pemberantasan pes dengan melakukan penyemprotan DDT terhadap
rumah-rumah penduduk dan juga vaksinasi massal. Tercatat pada tahun 1941,
15.000.000 orang telah memperoleh suntikan vaksinasi.
Pada
tahun 1925, Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda melakukan
pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di
Banyumas-Purwokerto pada waktu itu. Dari hasil pengamatan dan analisisnya
tersebut ini menyimpulkan bahwa penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan
ini adalah karena jeleknya kondisi sanitasi lingkungan. Masyarakat
pada waktu itu membuang kotorannya di sembarang tempat, di kebun, selokan, kali
bahkan di pinggir jalan padahal mereka mengambil air minum juga dari kali.
Selanjutnya ia berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi lingkungan ini disebabkan
karena perilaku penduduk. Oleh sebab itu, untuk memulai upaya kesehatan masyarakat,
Hydrich mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda
(pendidikan) penyuluhan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap
sebagai awal kesehatan masyarakat di Indonesia.
Memasuki
zaman kemerdekaan, salah satu tonggak penting perkembangan kesehatan masyarakat
di Indonesia adalah diperkenalkannya Konsep Bandung (Bandung Plan) pada tahun
1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah, yang selanjutnya dikenal dengan
Patah-Leimena. Dalam konsep ini mulai diperkenalkan bahwa dalam pelayanan
kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. Hal
ini berarti dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia kedua
aspek ini tidak boleh dipisahkan, baik di rumah sakit maupun di puskesmas.
Selanjutnya
pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan sebagai bagian dari
upaya pengembangan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1956 ini oleh dr. Y.
Sulianti didirikan Proyek Bekasi (tepatnya Lemah Abang) sebagai proyek
percontohan atau model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat
pedesaan di Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek
ini disamping sebagai model atau konsep keterpaduan antara pelayanan kesehatan
pedesaan dan pelayanan medis, juga menekankan pada pendekatan tim dalam pengelolaan
program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini
terpilih 8 desa wilayah pengembangan masyarakat yaitu Inderapura (Sumatera
Utara), Lampung, Bojong Loa (Jawa Barat), Sleman (Jawa Tengah), Godean
(Yogyakarta), Mojosari (Jawa Timur), Kesiman (Bali) dan Barabai (Kalimantan
Selatan). Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas
sekarang ini.
Pada
bulan November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program
kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat
Indonesia. Pada waktu itu dibahas konsep puskesmas yang dibawakan oleh dr.
Achmad Dipodilogo yang mengacu kepada konsep Bandung dan Proyek Bekasi.
Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya sistem puskesmas yang terdiri dari
tipe A, B, dan C. Dengan menggunakan hasil-hasil seminar tersebut, Departemen
Kesehatan menyiapkan rencana induk pelayanan kesehatan terpadu di Indonesia.
Akhirnya pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa
puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu yang kemudian
dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan
yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan
mudah dijangkau dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan, di
kotamadya atau kabupaten.
Kegiatan
pokok puskesmas mencakup :
1.
Kesehatan ibu dan anak
2.
Keluarga berencana
3.
Gizi
4.
Kesehatan lingkungan
5.
Pencegahan penyakit menular
6.
Penyuluhan kesehatan masyarakat
7.
Pengobatan
8.
Perawatan kesehatan masyarakat
9.
Usaha kesehatan gizi
10.
Usaha kesehatan sekolah
11.
Usaha kesehatan jiwa
12.
Laboratorium
13.
Pencatatan dan pelaporan
Pada
tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati 2 saja, yakni tipe A dan B dimana
tipe A dikelola oleh dokter sedangkan tipe B hanya dikelola oleh paramedis.
Dengan adanya perkembangan tenaga medis maka akhirnya pada tahun 1979 tidak
diadakan perbedaan puskesmas tipe A atau tipe B, hanya ada satu tipe puskesmas
yang dikepalai oleh seorang dokter.
Pada tahun 1979 juga dikembangkan 1 piranti manajerial guna penilaian puskesmas yakni stratifikasi puskesmas sehingga dibedakan adanya :
Pada tahun 1979 juga dikembangkan 1 piranti manajerial guna penilaian puskesmas yakni stratifikasi puskesmas sehingga dibedakan adanya :
1.
Strata 1 : puskesmas dengan prestasi
sangat baik
2.
Strata 2 : puskesmas dengan prestasi
rata-rata atau standar
3.
Strata 3 : puskesmas dengan prestasi
dibawah rata-rata
Selanjutnya
puskesmas juga dilengkapi dengan 2 piranti manajerial yang lain, yakni micro
planning untuk perencanaan dan lokakarya mini (Lokmin) untuk pengorganisasian
kegiatan dan pengembangan kerjasama tim. Akhirnya pada tahun 1984 tanggung
jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket terpadu
kesehatan dan keluarga berencana (Posyandu).
Program
ini mencakup :
1.
Kesehatan ibu dan anak
2.
Keluarga berencana
3.
Gizi
4.
Penanggulangan penyakit diare
5.
Imunisasi
Puskesmas
mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan Posyandu di wilayah
kerjanya masing-masing.
D. DEFENISI
KESEHATAN MASYARAKAT
Sudah
banyak para ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masyarakat ini. Secara
kronologis batasan-batasan kesehatan masyarakat mulai dengan batasan yang
sangat sempit sampai batasan yang luas seperti yang kita anut saat ini dapat
diringkas sebagai berikut.
Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat.
Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat.
Kemudian
pada akhir abad ke-18 dengan diketemukan bakter-bakteri penyebab penyakit dan
beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan
penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan
dan pencegahan penyakit melalui imunisasi.
Pada
awal abad ke-19, kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan baik, kesehatan
masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu
kedokteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi
antara ilmu biologi dan ilmu sosial. Dalam perkembangan selanjutnya,
kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara
sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam mencegah penyakit yang melanda
penduduk atau masyarakat. Oleh karena masyarakat sebagai objek penerapan ilmu
kedokteran dan sanitasi mempunyai aspek sosial ekonomi dan budaya yang sangat
kompleks. Akhirnya kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi keterpaduan
antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang
terjadi di masyarakat. Dari pengalaman-pengalaman praktek kesehatan masyarakat yang
telah berjalan sampai pada awal abad ke-20, Winslow (1920) akhirnya membuat
batasan kesehatan masyarakat yang disempurnakan oleh WHO sebagai
berikut.
Ilmu
Kesehatan Masyarakat adalah suatu ilmu dan seni yang bertujuan untuk :
1.
Mencegah timbulnya penyakit
2.
Memperpanjang umur
3.
Meningkatkan nilai kesehatan fisik
dan mental melalui usaha usaha kesehatan masyarakat yang terorganisasi untuk :
a.
Memperbaiki kesehatan lingkungan
b.
Pemberantasan penyakit penyakit
infeksipada masyarakat
c.
Mendidik masyarakatdalamprinsip
prinsipkesehatan perorangan
d.
Mengkordinasi tenaga tenaga
kesehatan agar mereka dapat melakukan perawatan dan pengobatan dengan
sebaik-baiknya.
e.
Mengembangkan usaha usaha masyarakat
agar dapat mencapai tingkat hidupyang setinggi tingginya sehingga dapat
memperbaiki dan memelihara kesehatannya.
Batasan
lain disampaikan oleh Ikatan Dokter Amerika (1948). Kesehatan masyarakat adalah
ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Batasan ini mencakup pula
usaha-usaha masyarakat dalam pengadaan pelayanan kesehatan, pencegahan dan
pemberantasan penyakit. Dari perkembangan batasan kesehatan masyarakat seperti
tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari
hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu
kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial dan itulah cakupan ilmu
kesehatan masyarakat.
Tujuan
kesehatan masyarakat baik dalam bidang promotif , preventif, kuratif, dan
rehabilitatif, adalah agar warga masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi tingginya baik fisik, mental, sosial, serta
di harapkan berumur panjang. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut
Winslow menetapkan suatu syarat yang sangat penting yaitu: ”Harus
selalu ada pengertian ,bantuan dan partisipasi dari masyarakat secara
teratur dan terus menerus.
E.
RUANG LINGKUP
KESEHATAN MASYARAKAT
Sesuai
dengan perkembangan ilmu, maka disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan
masyarakat pun berkembang. Sehingga sampai pada saat ini disiplin ilmu yang
mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain,mencakup ilmu biologi, ilmu
kedokteran, ilmu kimia, ilmu fisika,ilmu lingkungan,sosiologi, antropologi,
psikologi,ilmu pendidikan dan sebagainya. Oleh sebab itu, ilmu kesehatan
masyarakat adalah merupakan ilmu yang multidisiplin. Secara
garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat atau sering
disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarkat antara lain :
1.
Epidemiologi
Epidemilogi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu (Epi=pada, Demos=penduduk, logos = ilmu),
dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang
berkaitan dengan masyarakat.
Banyak
definisi tentang Epidemiologi yang diungkapkan para ahli, beberapa diantaranya
yaitu :
a.
W.H. Welch
Epidemiologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan
penyakit, terutama penyakit infeksi menular. Dalam perkembangannya, masalah
yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga
penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan
lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena batasan epidemiologi menjadi lebih
berkembang.
b.
Mausner dan Kramer
Epidemiologi
merupakan studi tentang distribusi dan determinan dari penyakit dan kecelakaan
pada populasi manusia.
c.
Last
Epidemiologi
adalah studi tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau kejadian
yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu dan aplikasi studi untuk
menanggulangi masalah kesehatan.
d.
Mac Mahon dan Pugh
Epidemiologi
adalah sebagai cabang ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan
faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia.
e.
Omran
Epidemiologi
adalah suatu studi mengenai terjadinya distribusi keadaan kesehatan, penyakit
dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya dan akibat-akibat yang
terjadi pada kelompok penduduk.
f.
W.H. Frost
Epidemiologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, distribusi, dan jenis penyakit
pada manusia menurut waktu dan tempat.
g.
Azrul Azwar
Epidemiologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan
pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3 komponen penting yang ada dalam epidemiologi, sebagai berikut :
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3 komponen penting yang ada dalam epidemiologi, sebagai berikut :
1.
Frekuensi masalah kesehatan
2.
Penyebaran masalah kesehatan
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya masalah kesehatan.
Dari
kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab
masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan, maka epidemiologi
diharapkan mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat berupa :
a.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang
berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan dalam masyarakat.
b.
Menyediakan data yang diperlukan
untuk perencanaan kesehatan dan mengambil keputusan.
c.
Membantu melakukan evaluasi terhadap
program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan.
d.
Mengembangkan metodologi untuk
menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau
menanggulanginya.
e.
Mengarahkan intervensi yang
diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu dipecahkan.
Hal
yang perlu kita perhatikan sebagai tenaga kesehatan khususnya yang memiliki
basic di bidang epidemiologi yang mengetahui apa saja ruang lingkup atau
jangkauan epidemiologi karena ruang lingkup epidemiologi semakin berkembang
seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat. Perkembangan
tersebut secara kasat mata dapa kita lihat dalam lingkup kesehatan sekarang ini.
Sebagai
gambaran perkembangan ruang lingkup epidemiologi dapat di lihat sebagai berikut
:
·
Masalah kesehatan sebagai subjek dan objek epidemiologi
Mula-mula
epidemiologi hanya mempelajari penyakit yang dapat menimbulkan wabah melalui
temuan-temuan tentang jenis penyakit wabah, cara penularan dan penyebab serta
bagaimana penanggulangan penaykait wabah tersebut. Kemudia tahap berikutnya
berkembang lagi menyangkut penyakit yang infeksi non-wabah. Berlanjut lagi
dengan mempelajari penyakit non infeksi seperti jantung, karsinoma, hipertensi,
dll. Perkemnbang selanjutnya mulai meluas ke hal-hal yang bukan penyakit
seperti fertilitas, menopouse, kecelakkaan, kenakalan remaja, penyalahgunaan
obat-obat terlarang, merokok, hingga masalah kesehatan yang sangat luas
ditemukan di masyarakat. Diantaranya masalah keluarga berencana, masalah
kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan, pengadaan sarana kesehatan
dan sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek epidemiologi berkaitan dengan
masalah kesehatan secara keseluruhan.
·
Masalah kesehatan pada sekelompok manusia
Pekerjaan
epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan memanfaatkan data dari
hasil pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah itu menyangkut masalah
penyakit, keluarga berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis dan
diketahui penyebabnya dilakukan upaya-upaya penanggulangan sebagai tindak
lanjutnya.
·
Pemanfaatan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah
kesehatan
Dalam merumuskan penyebab timbulnya
suatu masalah kesehatan.
Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat dirumuskan penyebab timbulnya masalah kesehatan.
Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat dirumuskan penyebab timbulnya masalah kesehatan.
Di
era modern dan perkembangan teknologi seperti sekarang ini memicu jangkauan
epidemiolgi semakin meluas. Secara garis besarnya jangkauan atau ruang lingkup
epidemiologi antara lain:
1.
Epidemiologi Penyakit Menular
2.
Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
3.
Epidemiologi Kesehatan Reproduksi
4.
Epidemiologi Kesehatan Lingkungan
5.
Epidemiologi Kesehatan Kerja
6.
Epidemiologi Kesehatan Darurat
7.
Epidemiologi Kesehatan Jiwa
8.
Epidemiologi Perencanaan
9.
Epidemiologi Prilaku
10.
Epidemiologi Genetik
11.
Epidemiologi Gizi
12.
Epidemiologi Remaja
13.
Epidemiologi Demografi
14.
Epidemiologi Klinik
15.
Epidemiologi Kausalitas
16.
Epidemiologi Pelayanan Kesehatan
Perkembangan
epidemiologi sedemikian pesatnya merupakan tantang bagi tenaga kesehatan yang
harus lebih cermat dalam mengambil tindakan-tindakan yang tidak melenceng dari
jangkauan tersebut. Adapun yang menjadi pemicu perkembangan pesat tersebut
adalah perkembangan pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih yang
menununtut peningkatan kebutuhan masyarakat utamanya dalam bidang kesehatan
sehingga kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Selain itu, metode
epidemiologi yang digunakan untuk penyakit menular dapat juga digunakan untuk
penyakit non-infeksi. Apalagi dengan munculnya berbagai macam fenomena
kesehatan seperti penyakit baru dan lama (prevalensi) mendorong penelitian juga
semakin meningakat. Demikian juga ilmu epidemiologi digunakan dalam mempelajari
asosiasi-asosiasi sebab- akibat fenomena masalah kesehatan dan penduduk.
·
Biostatistik /Statistik Kesehatan
Statistik
dipakai dalam masalah-masalah kesehatan, baik dalam rencana, aplikasi,
evaluasi, maupun monitoring. Statistik menjadi penting karena setiap pencatatan
permasalahan kesehatan diperlukan untuk melakukan perbaikan.
Ruang
Lingkup statistika kesehatan :
•
Statistika perikehidupan, berupa kelahiran, kematian, dan perkawinan
•
Mortalitas
•
Fertilitas
•
Morbiditas
•
Pelayanan Kesehatan
•
Demografi
•
Lingkungan
•
Gizi
Guna
statistik kesehatan, antara lain :
1.
Mengukur derajat kesehatan
masyarakat
2.
Memonitor kemajuan status kesehatan
di suatu daerah
3.
Mengevaluasi program kesehatan
4.
Membandingkan status kesehatan di
berbagai daerah
5.
Memotivasi tenaga kesehatan dan
policy maker (pembuat kebijakan) untuk
menyelesaikan masalah kesehatan
menyelesaikan masalah kesehatan
6.
Menentukan prioritas masalah
kesehatan
Dalam
biostatistik/statistik kesehatan, terdapat beberapa barometer yakni :
Indikator
adalah variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur status kesehatan
dikenal. Guna Indikator adalah untuk mengukur, memonitor, dan alat bantu
evaluasi. Adapun
indikator terbagi 2 :
indikator terbagi 2 :
~
Indikator langsung : artinya
dapat dilihat
~
Indikator tidak langsung : yakni
tidak dapat dilihat tetapi bagaimana ia memberikan hasil.
Contoh
Indikator :
~
Indikator langsung = berapa banyak anak
yang telah diimunisasi BCG.
~
Indikator tidak langsung = berapa
banyak penurunan prevalensi TBC pada anak yang diimunisasi BCG.
~
Indikator langsung = jumlah anak
yang diberi PMT
~
Indikator tidak langsung = perubahan
status gizi anak tersebut
Adapun indikator dikatakan baik apabila VRSS
-
Valid = mengukur yang seharusnya
-
Reliable = hasil sama pada waktu dan
keadaan berbeda
-
Spesific = ada perubahan hanya pada
fenomena bersangkutan
-
Sensitive = peka terhadap perubahan.
Nilai
absolut adalah jumlah orang / frekuensi.
Guna nilai absolut : merencanakan perbaikan.
Contoh
nilai absolut :
Data
PUS (Pasangan Usia Subur) untuk menentukan target akseptor KB.
Kelemahan nilai absolute : Tidak dapat digunakana untuk membandingkan status
kesehatan antar satu wilayah dengan wilayah lain.
RASIO
adalah perbandingan secara relative (a/b).
Kriteria : a
dan b tidak harus sama, a bukan bagian dari b.
Kelebihan : lebih
mudah karena tidak perlu “population at risk”.
Kelemahan :
tidak dapat digunakan untuk
memonitor status kesehatan dan tidak dapat menentukan nilai yang lebih besar.
Proporsi
: untuk data yang tidak memperhatikan waktu.
Rrate : untuk data yang memperhatikan
waktu.
Proporsi
dan rate dipakai untuk menentukan : Incidence Mortality Rate, Incidence Rate, Prevelance
Rate, dan lain-lain.
·
Kesehatan Lingkungan
Untuk
menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan
lingkungan sehat telah dipilih empat indikator, yaitu :
Penggunaan
Air Bersih
Rumah
Sehat
Keluarga
dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar
Tempat
Umum dan Pengolahan Makanan ( TUPM )
·
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Prilaku
·
Administrasi Kesehatan Masyarakat
Administrasi
kesehatan masyarakat yaitu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk
mencapai tujuan pelayanan kesehatan sebaik-baiknya sehingga tercapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Secara umum, fungsi adaministrasi
dibedakan atas 4 macam yakni :
1.
Perencanaan, termasuk perencanaan pembiayan
2. Pengorganisasian,
yang didalamnya termasuk penyusunan staff.
3.
Pelaksanaan, yang didalamnya termasuk pengerahan, pengkoordinasian
4. Penilaian,
yakni dalam rangka melihat apakah rencana yang telah disusun dapat dicapai atau
tidak.
Dalam
pencapaian tujuan administrasi kesehatan ini melibatkan banyak pihak,
diantaranya pemerintah, rumah sakit, asuransi dan apotik. Namun dalam
administrasi kesehatan ini tidak hanya pelayanan pengobatan tetapi juga bersifat
preventif (pencegahan).
6.
Gizi Masyarakat
Ilmu
gizi adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji makanan yang dikaitkan dengan
kesehatan. Adapun ilmu gizi yakni mencakup mulai dari pengadaan,pemilihan,
pengolahan dan penyajian. Gizi masyarakat berurusan dengan gangguan gizi pada
masyrakat dimana masyarkay mempunyai aspekyang luas,sehingga harus ditangani
secara multisektoral.
7.
Kesehatan Kerja
Kesehatan
kerja dalam lingkup kesehatan masyarkat sering dikaitkan dengan keselamatan
kerja.Untuk itu, dikenal dengan K3 ( Keselamatan dan Kesehatan Kerja ). K3
merupakan adalah suatu kondisi yang terjadipada seseorang dalam hubungannya
dengan dunia atau tempat dimana ia kerja. Misalnya, terjadi gangguan kerja
akibat suasana tempat kerja yang bising, cedera otot tulang, bahaya
kebakaran, dsb. Ruang lingkup kegiatan kesehatan masyarakat meliputi
usaha-usaha.
1.
Promotif ( peningkatan kesehatan )
Merupakan
usaha yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan yang meliputi usaha-usaha,
peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perseorangan, pemeliharaan
kesehatan lingkungan, olahraga secara teratur, istirahat yang cukup dan rekreasi
sehingga seseorang dapat mencapai tingkat kesehatan yang opptimal.
2.
Preventif ( pencegahan penyakit )
Adalah
usaha yang ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit melalui usaha-usaha
pemberian imunisasi pada bayi dan anak, ibu hamil, pemeriksaan kesehatan secara
berkala untuk mendeteksi penyakit secara dini.
3.
Kuratif ( pengobatan )
Adalah
usaha yang ditujukan terhadap orang yang sakit untuk dapat diobati secara tepat
dan adekuat sehingga dalam waktu singkat dapat dipulihkan kesehatannya.
4.
Rehabilitatif ( pemulihan kesehatan )
Meupakan
usaha yang ditujukan terhadap penderita yang baru pulih dari penyakit yang
dideritanya. Usaha pemulihan ini ditujukan untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan fisik,mentaldan social pasien sebagai akibat dari penyakit
yang dideritanya melalui latihan-latihan yang telah terprogram dan dapat
puladilakukan melalui latihan fisioterapi.
Secara
garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau
penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut :
a.
Pemberantasan penyakit,baik menular
maupun tidak menular.
b.
Perbaiki sanitasilingkungan
c.
Pernaikan lingkungan pemukiman
d.
Pemberantasan vector
e.
Pendidikan ( penyuluhan )
f.
Pelayanan kesehatan ibu dan anak
g.
Pembinaan gizi masyarakat
h.
Pengawasan sanitasitempat-tempat
umum
i.
Pengawasan obat dan minuman
j.
Pembinaan peran serta
masyarakat,dsb.
Untuk menatalaksanakan suatu usaha ksehatan masyarakat perlu
memperhatikan beberapa prinsip pokok sebagai berikut :
~
Usaha kesehatan masyarakat lebih
mengutamakan usaha promotif dan preventif daripada kuratif.
Dalam melaksanakan usaha promotif
dan preventif selalu mempergunakanbiaya yang serendah-rendahnya dan mengharapakan
hasilyang sebaik-baiknya.
~
Usaha kesehatan masyarakat
berlandaskan pada kegiatan-kegiatan
Masyarakat sebagai pelaku (subjek) maupun
sebagai sasaran (objek), dengan kata lain, usaha
kesehatan masyarakat dari masyarakat, untuk masyarakat dan oleh
masyarakat.
Dalam usaha kesehatan masyarakat selalu melibatkan masyarakat sebagai pelaku melalui kegiatan masyarakat secara terorganisasi. Usaha-usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan harus diangkat dari masalah-masalah kesehatan yang ada di masyarakat, jika masalah tersebut tidak berhasil ditanggulangi maka akan dapat mengancam kesehatan dan keselamatan masyarkat itu sendiri.
Dalam usaha kesehatan masyarakat selalu melibatkan masyarakat sebagai pelaku melalui kegiatan masyarakat secara terorganisasi. Usaha-usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan harus diangkat dari masalah-masalah kesehatan yang ada di masyarakat, jika masalah tersebut tidak berhasil ditanggulangi maka akan dapat mengancam kesehatan dan keselamatan masyarkat itu sendiri.
F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
MASYARAKAT
“Health
is not everything but without health everything is nothing”. Slogan di atas sangatlah tepat untuk menjadi cerminan
perilaku kita sehari-hari, karena betapa ruginya kita semua jika dalam keadaan
sakit. Waktu produktif kita menjadi berkurang, belum lagi biaya berobat yang
semakin mahal menjadi beban bagi keluarga dan sanak saudara kita.
Menurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan.
Menurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan.
a. Faktor
Genetik
Faktor
ini paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan atau masyarakat
dibandingkan dengan faktor yang lain. Pengaruhnya pada status kesehatan
perorangan terjadi secara evolutif dan paling sukar di deteksi . Untuk
itu perlu dilakukan konseling genetic untuk kepentingan kesehatan
masyarakat atau keluarga , faktor genetic perlu
mendapat perhatian dibidang pencegahan penyakit.
Misalnya
: seorang anak yang lahir dari orangtua penderita
diabetas melitus akan mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan anak yang
lahir dari orang tua bukan penderita DM. Untuk upaya pencegahan , anak
yang lahir dari penderita DM harus diberi tahu dan selalu mewaspadai faktor genetik yang diwariskan orangtuanya . Oleh karenanya ia
harus mengatur dietnya, teratur berolahraga dan upaya pencegahan lainnya sehingga
tidak ada peluang faktor genetiknya berkembang menjadi faktor resiko terjadinya
DM pada dirinya. Jadi dapat di umpamakan, genetik
adalah peluru (bullet) tubuh manusia adalah pistol (senjata), dan
lingkungan/prilaku manusia adalah pelatuknya (trigger). Semakin
besar penduduk yang memiliki resiko penyakit bawaan akan semakin sulit upaya
meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu adanya konseling perkawinan
yang baik untuk menghindari penyakit bawaan yang sebenarnya dapat dicegah
munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan kedokteran semakin maju.
Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus diarahkan untuk meningkatkan upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
b. Faktor
Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan
pelayanan kesehatan ,dan pelayanan kesehatan yang berkualitas akan berpengaruh
terhadap derajat kesehatan masyarakat .Pengetahuan dan keterampilan petugas
kesehatan yang diimbangi dengan kelengkapan sarana /prasarana ,dan dana akan
menjamin kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan seperti ini akan mampu
mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan yang berkembang di suatu wilayah
atau kelompok masyarakat. Misalnya jadwal imunisasi yang teratur dan penyediaan vaksin yang cukup sesuai dengan kebutuhan , serta
informasi tentang pelayanan imunisasi yang memadai kepada masyarakat
akan meningkatkan cakupan imunisasi. Cakupan imunisasi yang
tinggi akan menekan angka kesakitan akibat penyakit yang bisa dicegah dengan
imunisasi. Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang
sangat terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi
ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Pustu,
Bidan Desa, Pos Obat Desa, dan jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga
ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit-rumah sakit baru di setiap kab/kota
c. Faktor
Perilaku Masyarakat
Faktor
ini terutama di negara berkembang paling besar pengaruhnya terhadap munculnya
gangguan kesehatan atau masalah kesehatan di
masyarakat. Tersedianya jasa pelayanan kesehatan (health service) tanpa
disertai perubahan tingkah laku (peran serta) masyarakat akan mengakibatkan
masalah kesehatan tetap potensial berkembang di masyarakat. Misalnya:
Penyediaan fasilitas dan imunisasi tidak akan banyak manfaatnya apabila ibu-ibu tidak datang ke pos-pos imunisasi. Perilaku
ibu-ibu yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang sudah
tersedia adalah akibat kurangnya pengetahuan ibu-ibu
tentang manfaat imunisasi dan efek sampingnya. Pengetahuan
ibu-ibu akan meningkat karena adanya penyuluhan kesehatan
tentang imunisasi yang di berikan oleh petugas kesehatan. Perilaku
individu atau kelompok masyarakat yang kurang sehat juga akan berpengaruh pada
faktor lingkungan yang memudahkan timbulnya suatu penyakit.
Perilaku
yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat
dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan
yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya
penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan
lain-lain. Perilaku/kebiasaan memcuci tangan sebelum makan juga dapat
menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna seperti mencret-mencret lainnya.
d.Faktor
Lingkungan
Lingkungan
yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam meningkatkan derajat
kesehatan. Dalam kehidupan di sekitar kita dapat kita rasakan, daerah yang
kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak penduduknya yang mengidap penyakit
seperti: gatal-gatal, infeksi saluran pernafasan, dan infeksi saluran
pencernaan. Penyakit demam berdarah juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak bersih, banyaknya
tempat penampungan air yang tidak pernah dibersihkan memyebabkan perkembangan
nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah meningkat. Hal ini menyebabkan
penduduk si sekitar memiliki resiko tergigit nyamuk dan tertular demam
berdarah. Untuk menganalisis program kesehatan dilapangan, paradigma
H.L.Blum dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan masalah
sesuai dengan faktor faktor yang berpengaruh pada status kesehatan masyarakat . Analisis
ke – 4 faktor tersebut perlu dilakukan secara cermat sehingga masalah
kesmas dan masalah program dapat di rumuskan dengan jelas . Analisis
ke -4 faktor ini adalah bagian dari analisis situasi (bagian dari fungsi perencanaan) untuk pengembangan program kesehatan di suatu wilayah
tertentu.
e. Sasaran Kesehatan masyarakat
·
Individu
Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan
,yang dapat dilakukan di Rumah Sakit ,klinik ,puskesmas,rumah
bersalin,posyandu,kelurga binaan dan masyarakat binaan.
· Keluarga
Keluarga
binaan yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan yang tergolong dalam
keluarga resiko resiko tinggi ,diantaranya adalah:
1.
Anggota keluarga yang menderita
penyakit menular
2.
Keluarga keluarga denga kondisi
sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah
3.
Keluarga keluarga dengan masalah sanitasi
lingkungan yang buruk
4.
Keluarga keluarga dengan keadaan
gizi buruk
5.
Keluarga keluarga dengan jumlah
keluarga yang banyak di luar kemampuan kapasitas keluarga
·
Kelompok
Kelompok
kelompok khusus yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan masyarakat
adalah:
1.
Kelompok ibu hamil
2.
Kelompok ibu ibu yang memiliki anak
balita
3.
Kelompok PUS dengan resiko tinggi
kebidanan.
4.
Kelompok kelompok masyarakat yang
rawan terhadap masalah kesehatan diantaranya adalah :
a.
Kelompok usia lanjut
b.
Kelompokwanita tuna susila
c.
Kelompok anak remaja yang terlibat
dalam penyalahgunan narkotika
5. Kelompok
kelompok masyarakat yang ada diberbagai institusi pelayanan kesehatan seperti :
a.
Masyarakat sekolah
b.
Pekerja pekerja dalam perusahaan.
Masyarakat
Masyarakat yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan
adalah :
1.
Masyarakat binaan Puskesmas
2.
Masyarakat Nelayan
3.
Masyarakat Pedesaaan
4.
Masyarakat yang datang ke institusi
pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, posyandu
yang diberikan penyuluhan kesehatan secara massal.
5.
Masyarakat yang luas yang terkena
masalah kesehatan seperti wabah DHF, muntah berak, dsb.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ü
Asclepius, dokter
pertama yang dapat mengobati penyakit dan melakukan pembedahan dengan cara
tertentu. Higiena, asisten/isri Asclepius, mengajarkan pada pengikutnya melalui
pendekatan Hidup seimbang, menghindari makanan/minuman beracun, makan makan
yang bergizi, cukup istirahat dan olah raga. Dari cerita mitos Yunani tersebut,
muncul dua pendekatan dalam penangan kesehatan, aliran pertama lebih menekankan
pengobatan (kuratif), aliran kedua lebih menekankan pencegahan (preventif) dan
peningkatan (promosi) kesehatan.
ü
Periode ilmu kesehatan masyarakat
terbagiatas 2 yatu sebelum ilmu pengetahuan dan sesudahnya.
ü
Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah
suatu ilmu dan seni yang bertujuan untuk :
~
Mencegah timbulnya penyakit
~
Memperpanjang umur
~
meningkatkan nilai kesehatan fisik
dan mental melalui usaha usaha kesehatan masyarakat yang terorganisasi
ü Secara garis besar, pilar utama ilmu kesehatan masyarakat
sebagai berikut: Epidemiologi ,Biostatistik / Statistik kesehatan, Kesehatan lingkungan, Pendidikan kesehatan dan ilmu
perilaku, Administrasi kesehatan masyarakat, Gizi
masyarakat, Kesehatan kerja.
ü Menurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4 faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu : factor perilaku, lingkungan, keturunan
dan pelayanan kesehatan.
ü Sasaran Kesehatan masyarakat yaitu: individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
B. Kritik
dan saran
Hendaknya para mahasiswa giat belajar agar bisa menanggulangi
permasalahan kesehatan masyarakat yang sangat banyak saat ini.
DAFTAR
PUSTAKMAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
“KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT”
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
:
BORA
DORTY MARINDA MALAU
LOKAL II A
DOSEN PEMBIMBING : LABORA Br. MANULLANG, SKM., M.Kes
AKADEMI
KEBIDANAN PEMKO TEBING TINGG
T.A
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah kesehatan merupakan masalah
yang sangat penting yang di hadapi oleh masyarakat kita saat ini .Semakin maju
teknologi di bidang kedokteran ,semakin banyak pula macam penyakit yang mendera
masyarakat.Hal ini tentu sajadi pengaruhi oleh faktor tingkah laku manusia itu
sendiri.Tapi apakah benar hanya faktor tingkah laku saja yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat?Sebelum membahas tentang masalah kesehatan
masyarakat tentunya lebih baik jika kita memahami konsep dari kesehatan
masyarakat itu terlebih dahulu.
B. Rumusan Masalah
Pada
makalah ini akan di bahas mengenai konsep dari kesehatan masyarakat,yaitu
antara lain:
- Bagaimana sejarah Ilmu kesehatan masyarakat?
- Apa periode periode Ilmu kesehatan masyarakat?
- Bagaimana perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia?
- Apa defenisi Ilmu kesehatan masyarakat?
- Apa faktor faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat?
- Siapa saja sasaran kesehatan masyarakat?
- Bagaimana sejarah Ilmu kesehatan masyarakat?
- Apa periode periode Ilmu kesehatan masyarakat?
- Bagaimana perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia?
- Apa defenisi Ilmu kesehatan masyarakat?
- Apa faktor faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat?
- Siapa saja sasaran kesehatan masyarakat?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.SEJARAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Membicarakan
kesehatan masyarakat tidak terlepas dari 2 tokoh metologi Yunani, yakni
Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius
disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak
disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya tetapi
diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah
berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik.
Higeia,
seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai isterinya juga telah melakukan upaya-upaya
kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan/ penanganan
masalah kesehatan. Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit),
setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang.
Sedangkan
Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan
melalui “hidup seimbang”, menghindari makanan / minuman beracun, makan makanan
yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melakukan olahraga.
Apabila orang yang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik daripada dengan pengobatan / pembedahan.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya muncul 2 aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial.
Apabila orang yang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik daripada dengan pengobatan / pembedahan.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya muncul 2 aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial.
Sedangkan
kelompok kedua, seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan
upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum
terjadinya penyakit. Ke dalam kelompok ini termasuk para petugas kesehatan
masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari
berbagai jenjang. Dalam perkembangan selanjutnya maka seolah-olah timbul garis
pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif
(curative health care) dan pelayanan pencegahan atau preventif (preventive health
care).
Kedua
kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain
sebagai berikut. Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap
sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya
sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya)
dengan pasien atau sasaran cenderung jauh. Sedangkan pendekatan preventif,
sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan) masalah-masalah yang
ditangani pada umumnya juga masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat,
bukan masalah individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat
(sasaran) lebih bersifat kemitraan tidak seperti antara dokter-pasien.
Kedua,
pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada umumnya
hanya menunggu masalah datang. Seperti misalnya dokter yang
menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien
datang, berarti tidak ada masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah
kesehatan adalah adanya penyakit. Sedangkan kelompok preventif lebih
mengutamakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah tetapi
mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu pasien
datang di kantor atau di tempat praktek mereka, tetapi harus turun ke
masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan
melakukan tindakan.
Ketiga,
pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih
kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial,
padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat
antara aspek satu dengan yang lainnya. Sedangkan pendekatan preventif
melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik.
Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem biologi
individual tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan
sosial. Dengan demikian pendekatannya pun tidak individual dan parsial tetapi
harus secara menyeluruh atau holistik.
B. PERIODE-PERIODE PERKEMBANGAN KESEHATAN
MASYARAKAT
Sejarah
panjang perkembangan masyarakat, tidak hanya dimulai pada munculnya ilmu
pengetahuan saja melainkan sudah dimulai sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan
modern. Oleh sebab itu, akan sedikit diuraikan perkembangan kesehatan
masyarakat sebelum perkembangan ilmu pengetahuan (pre-scientific period) dan
sesudah ilmu pengetahuan itu berkembang (scientific period).
Periode
Sebelum Ilmu Pengetahuan :
Dari
kebudayaan yang paling luas yakni Babylonia, Mesir, Yunani dan Roma telah
tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk menanggulangi
masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah ditemukan pula bahwa
pada zaman tersebut tercatat dokumen-dokumen tertulis, bahkan
peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah atau
drainase pemukiman pembangunan kota, pengaturan air minum, dan sebagainya. Pada
zaman ini juga diperoleh catatan bahwa telah dibangun tempat pembuangan kotoran
(latrin) umum, meskipun alasan dibuatnya latrine tersebut bukan karena
kesehatan. Dibangunnya latri umum pada saat itu bukan karena tinja atau kotoran
manusia dapat menularkan penyakit tetapi tinja menimbulkan bau tak enak dan
pandangan yang tidak menyedapkan.
Demikian
juga masyarakat membuat sumur pada waktu itu dengan alasan bahwa minum air kali
yang mengalir sudah kotor itu terasa tidak enak, bukan karena minum air kali
dapat menyebabkan penyakit (Greene, 1984).
Dari
dokumen lain tercatat bahwa pada zaman Romawi kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan masyarakat mencatatkan pembangunan rumah,
melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya, dan binatang-binatang
piaraan yang menimbulkan bau, dan sebagainya. Bahkan pada waktu itu telah ada
keharusan pemerintah kerajaan untuk melakukan supervisi atau peninjauan kepada
tempat-tempat minuman (public bar), warung makan, tempat-tempat prostitusi dan
sebagainya (Hanlon, 1974).
Kemudian
pada permulaan abad pertama sampai kira-kira abad ke-7 kesehatan masyarakat
makin dirasakan kepentingannya karena berbagai macam penyakit menular mulai
menyerang sebagian besar penduduk dan telah menjadi epidemi bahkan di beberapa
tempat telah menjadi endemi.
Penyakit
kolera telah tercatat sejak abad ke-7 menyebar dari Asia khususnya Timur Tengah
dan Asia Selatan ke Afrika. India disebutkan sejak abad ke-7 tersebut telah
menjadi pusat endemi kolera. Disamping itu lepra juga telah menyebar mulai dari
Mesir ke Asia Kecil dan Eropa melalui para emigran. Upaya-upaya
untuk mengatasi epidemi dan endemi penyakit-penyakit tersebut, orang telah
mulai memperhatikan masalah lingkungan, terutama hygiene dan sanitasi
lingkungan. Pembuangan kotoran manusia (latrin), pengusahaan air minum yang
bersih, pembuangan sampah, ventilasi rumah telah tercatat menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat pada waktu itu.
Pada
abad ke-14 mulai terjadi wabah pes yang paling dahsyat, di China dan India.
Pada tahun 1340 tercatat 13.000.000 orang meninggal karena wabah pes, dan di
India, Mesir dan Gaza dilaporkan bahwa 13.000 orang meninggal tiap hari karena
pes. Menurut catatan, jumlah meninggal karena wabah pes di
seluruh dunia waktu itu mencapai lebih dari 60.000.000 orang. Oleh sebab itu
waktu itu disebut “the Black Death”. Keadaan atau wabah penyakit-penyakit
menular ini berlangsung sampai menjelang abad ke-18. Disamping wabah pes, wabah
kolera dan tipus masih berlangsung.
Telah
tercatat bahwa pada tahun 1603 lebih dari 1 diantara 6 orang meninggal, dan
pada tahun 1663 sekitar 1 diantara 5 orang meninggal karena penyakit menular.
Pada tahun 1759, 70.000 orang penduduk kepulauan Cyprus meninggal karena
penyakit menular. Penyakit-penyakit lain yang menjadi wabah pada waktu itu
antara lain difteri, tipus, disentri dan sebagainya. Dari
catatan-catatan tersebut di atas dapat dilihat bahwa masalah kesehatan
masyarakat khususnya penyebaran-penyebaran penyakit menular sudah begitu meluas
dan dahsyat, namun upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat secara
menyeluruh belum dilakukan oleh orang pada zamannya.
Periode
Ilmu Pengetahuan :
Bangkitnya
ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 mempunyai dampak
yang luas terhadap segala aspek kehidupan manusia, termasuk kesehatan. Kalau
pada abad-abad sebelumnya masalah kesehatan khususnya penyakit hanya dilihat
sebagai fenomena biologis dan pendekatan yang dilakukan hanya secara biologis
yang sempit, maka mulai abad ke-19 masalah kesehatan adalah masalah yang
kompleks. Oleh sebab itu pendekatan masalah kesehatan harus dilakukan secara komprehensif,
multisektoral.
Disamping
itu pada abad ilmu pengetahuan ini juga mulai ditemukan berbagai macam penyebab
penyakit dan vaksin sebagai pencegah penyakit. Louis Pasteur telah berhasil
menemukan vaksin untuk mencegah penyakit cacar, Joseph Lister menemukan asam
carbol (carbolic acid) untuk sterilisasi ruang operasi dan William Marton
menemukan ether sebagai anestesi pada waktu operasi. Penyelidikan
dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilakukan pada tahun
1832 di Inggris. Pada waktu itu sebagian besar rakyat Inggris terserang epidemi
(wabah) kolera, terutama terjadi pada masyarakat yang tinggal di perkotaan yang
miskin. Kemudian parlemen Inggris membentuk komisi untuk penyelidikan dan penanganan
masalah wabah kolera ini.
Edwin
Chadwich seorang pakar sosial (social scientist) sebagai ketua komisi ini
akhirnya melaporkan hasil penyelidikannya sebagai berikut :
Masyarakat
hidup di suatu kondisi sanitasi yang jelek, sumur penduduk berdekatan
dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia. Air limbah yang
mengalir terbuka tidak teratur, makanan yang dijual di pasar banyak dirubung
lalat dan kecoa. Disamping itu ditemukan sebagian besar masyarakat miskin,
bekerja rata-rata 14 jam per hari, dengan gaji yang dibawah kebutuhan hidup.
Sehingga sebagian masyarakat tidak mampu membeli makanan yang bergizi.
Laporan Chadwich ini dilengkapi dengan analisis data statistik yang bagus dan sahih. Berdasarkan laporan hasil penyelidikan Chadwich ini, akhirnya parlemen mengeluarkan undang-undang yang isinya mengatur upaya-upaya peningkatan kesehatan penduduk, termasuk sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik dan sebagainya. Pada tahun 1848, John Simon diangkat oleh pemerintah Inggris untuk menangani masalah kesehatan penduduk (masyarakat).
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikembangkan pendidikan untuk tenaga kesehatan yang profesional. Pada tahun 1893 John Hopkins, seorang pedagang wiski dari Baltimore Amerika mempelopori berdirinya universitas dan didalamnya terdapat sekolah (Fakultas) Kedokteran. Mulai tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Canada dan sebagainya. Dari kurikulum sekolah-sekolah kedokteran tersebut terlihat bahwa kesehatan masyarakat sudah diperhatikan. Mulai tahun kedua para mahasiswa sudah mulai melakukan kegiatan penerapan ilmu di masyarakat.
Laporan Chadwich ini dilengkapi dengan analisis data statistik yang bagus dan sahih. Berdasarkan laporan hasil penyelidikan Chadwich ini, akhirnya parlemen mengeluarkan undang-undang yang isinya mengatur upaya-upaya peningkatan kesehatan penduduk, termasuk sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik dan sebagainya. Pada tahun 1848, John Simon diangkat oleh pemerintah Inggris untuk menangani masalah kesehatan penduduk (masyarakat).
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikembangkan pendidikan untuk tenaga kesehatan yang profesional. Pada tahun 1893 John Hopkins, seorang pedagang wiski dari Baltimore Amerika mempelopori berdirinya universitas dan didalamnya terdapat sekolah (Fakultas) Kedokteran. Mulai tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Canada dan sebagainya. Dari kurikulum sekolah-sekolah kedokteran tersebut terlihat bahwa kesehatan masyarakat sudah diperhatikan. Mulai tahun kedua para mahasiswa sudah mulai melakukan kegiatan penerapan ilmu di masyarakat.
Pengembangan
kurikulum sekolah kedokteran sudah didasarkan kepada suatu asumsi bahwa
penyakit dan kesehatan itu merupakan hasil interaksi yang dinamis antara faktor
genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial (termasuk kondisi kerja),
kebiasaan perorangan dan pelayanan kedokteran / kesehatan. Dari
segi pelayanan kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika telah
membentuk Departemen Kesehatan yang pertama kali. Fungsi departemen ini adalah
menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk (public), termasuk perbaikan
dan pengawasan sanitasi lingkungan. Departemen kesehatan ini sebenarnya
merupakan peningkatan departemen kesehatan kota yang telah dibentuk di masing-masing
kota, seperti Baltimor telah terbentuk pada tahun 1798, South Carolina tahun
1813, Philadelphia tahun 1818, dan sebagainya.
Pada
tahun 1872 telah diadakan pertemuan orang-orang yang mempunyai perhatian
kesehatan masyarakat baik dari universitas maupun dari pemerintah di kota New
York. Pertemuan tersebut menghasilkan Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika
(American Public Health Association).
C.PERKEMBANGAN
KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA
Bapak
kesehatan Masyarakat Edwin Chadwich adalah orang yang mula-mula
tertarik kepada kematian yang terjadi di kalangan masyarakat kota kota besar di
Inggris. Dari pengamatannya yang teliti dapat menghimpun data yang
berkaitan dengan penyakit, sehingga angka kematian pada golongn
masyarakat dapat dicatat dengan sangat teliti. Bertitik tolak dari penelitiannya, ia
terjun lebih dalam lagi dalam bidang kesehatan masyarakat.
Generasi-generasi setelah Chadwick adalah Winslow yang menjadi
muridnya yang kemudian dikenal sebagai Pembina kesehatan Masyarakat
Modern (public health modern). Ia menciptakan defenisi untuk
kesehatan masyarakat yang diterima oleh WHO yang kemudian lahirlah berbagai
defenisi sehat, balasan-balasan tentang usaha usaha pokok kesehatan
(basic health service). Pengaruh defenisi kesehatan
masyarakat dari Winshlow kemudian akan membawa pengaruh dalam perkembangan kesehatan
masyarakat di Indonesia.
Barton
membagi 4 tingkatan kesehatan, yaitu:
Tingkat I : Pelaksanaan
kesehatan masyarakat dlakukan melalui cara cara pengobatan di klinik.
Tingkat II : Pelaksanan kesehatan Masyarakat sudah di perluas melalui
cara cara pengobatan di poliklinik , BKIA, maupun RS. Dari
upaya pengobatan kuratif di kembangkan pula pengobatan preventif pada unit unit
tersebut.
Tingkat III : Pelaksanaan kesehatan masyarakat telah dikembangkan berbagai
usaha usaha pokok kesehatan (basic Health Service) secara
bersamaan. Semuanya dikordinasi secara menyeluruh yang di kenal dengan
istilah Pelayanan kesehatan Terintegrasi.
Tingkat IV : Pada tingkat ini kesehatan masyarakatpelaksanaannya sudah
berorintasi secara lintas sektoral dan multidisiplin.
Sejarah
perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan
Belanda pada abad ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu
dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti
masyarakat pada waktu itu.
Kolera masuk di Indonesia tahun 1927 dan tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor di Indonesia. Kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia. Sehingga berawal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Namun demikian di bidang kesehatan masyarakat yang lain pada tahun 1807 pada waktu pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan angka kematian bayi yang tinggi pada waktu itu. Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama karena langkanya tenaga pelatih kebidanan kemudian pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut dilaksanakan lagi.
Kolera masuk di Indonesia tahun 1927 dan tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor di Indonesia. Kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia. Sehingga berawal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Namun demikian di bidang kesehatan masyarakat yang lain pada tahun 1807 pada waktu pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan angka kematian bayi yang tinggi pada waktu itu. Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama karena langkanya tenaga pelatih kebidanan kemudian pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut dilaksanakan lagi.
Pada
tahun 1851 sekolah dokter Jawa didirikan oleh dr. Bosch, kepala pelayanan
kesehatan sipil dan militer dan dr. Bleeker di Indonesia. Kemudian sekolah ini
terkenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten) atau
sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Setelah itu pada tahun 1913 didirikan
sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische
Arsten School).
Pada
tahun 1927, STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak
berdirinya Universitas Indonesia tahun 1947 berubah menjadi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Kedua sekolah tersebut mempunyai andil yang sangat besar
dalam menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan
masyarakat Indonesia. Tidak kalah pentingnya dalam mengembangkan kesehatan
masyarakat di Indonesia adalah berdirinya Pusat Laboratorium Kedokteran di
Bandung pada tahun 1888. Kemudian pada tahun 1938, pusat laboratorium ini
berubah menjadi Lembaga Eykman dan selanjutnya disusul didirikan laboratorium
lain di Medan, Semarang, Makassar, Surabaya dan Yogyakarta. Laboratorium-laboratorium
ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka menunjang pemberantasan
penyakit seperti malaria, lepra, cacar dan sebagainya bahkan untuk bidang
kesehatan masyarakat yang lain seperti gizi dan sanitasi.
Pada
tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun 1933, 1934 dan 1935 terjadi
epidemi di beberapa tempat terutama di pulau Jawa. Kemudian mulai tahun 1935
dilakukan program pemberantasan pes dengan melakukan penyemprotan DDT terhadap
rumah-rumah penduduk dan juga vaksinasi massal. Tercatat pada tahun 1941,
15.000.000 orang telah memperoleh suntikan vaksinasi.
Pada
tahun 1925, Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda melakukan
pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di
Banyumas-Purwokerto pada waktu itu. Dari hasil pengamatan dan analisisnya
tersebut ini menyimpulkan bahwa penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan
ini adalah karena jeleknya kondisi sanitasi lingkungan. Masyarakat
pada waktu itu membuang kotorannya di sembarang tempat, di kebun, selokan, kali
bahkan di pinggir jalan padahal mereka mengambil air minum juga dari kali.
Selanjutnya ia berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi lingkungan ini disebabkan
karena perilaku penduduk. Oleh sebab itu, untuk memulai upaya kesehatan masyarakat,
Hydrich mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda
(pendidikan) penyuluhan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap
sebagai awal kesehatan masyarakat di Indonesia.
Memasuki
zaman kemerdekaan, salah satu tonggak penting perkembangan kesehatan masyarakat
di Indonesia adalah diperkenalkannya Konsep Bandung (Bandung Plan) pada tahun
1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah, yang selanjutnya dikenal dengan
Patah-Leimena. Dalam konsep ini mulai diperkenalkan bahwa dalam pelayanan
kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. Hal
ini berarti dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia kedua
aspek ini tidak boleh dipisahkan, baik di rumah sakit maupun di puskesmas.
Selanjutnya
pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan sebagai bagian dari
upaya pengembangan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1956 ini oleh dr. Y.
Sulianti didirikan Proyek Bekasi (tepatnya Lemah Abang) sebagai proyek
percontohan atau model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat
pedesaan di Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek
ini disamping sebagai model atau konsep keterpaduan antara pelayanan kesehatan
pedesaan dan pelayanan medis, juga menekankan pada pendekatan tim dalam pengelolaan
program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini
terpilih 8 desa wilayah pengembangan masyarakat yaitu Inderapura (Sumatera
Utara), Lampung, Bojong Loa (Jawa Barat), Sleman (Jawa Tengah), Godean
(Yogyakarta), Mojosari (Jawa Timur), Kesiman (Bali) dan Barabai (Kalimantan
Selatan). Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas
sekarang ini.
Pada
bulan November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program
kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat
Indonesia. Pada waktu itu dibahas konsep puskesmas yang dibawakan oleh dr.
Achmad Dipodilogo yang mengacu kepada konsep Bandung dan Proyek Bekasi.
Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya sistem puskesmas yang terdiri dari
tipe A, B, dan C. Dengan menggunakan hasil-hasil seminar tersebut, Departemen
Kesehatan menyiapkan rencana induk pelayanan kesehatan terpadu di Indonesia.
Akhirnya pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa
puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu yang kemudian
dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan
yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan
mudah dijangkau dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan, di
kotamadya atau kabupaten.
Kegiatan
pokok puskesmas mencakup :
1.
Kesehatan ibu dan anak
2.
Keluarga berencana
3.
Gizi
4.
Kesehatan lingkungan
5.
Pencegahan penyakit menular
6.
Penyuluhan kesehatan masyarakat
7.
Pengobatan
8.
Perawatan kesehatan masyarakat
9.
Usaha kesehatan gizi
10.
Usaha kesehatan sekolah
11.
Usaha kesehatan jiwa
12.
Laboratorium
13.
Pencatatan dan pelaporan
Pada
tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati 2 saja, yakni tipe A dan B dimana
tipe A dikelola oleh dokter sedangkan tipe B hanya dikelola oleh paramedis.
Dengan adanya perkembangan tenaga medis maka akhirnya pada tahun 1979 tidak
diadakan perbedaan puskesmas tipe A atau tipe B, hanya ada satu tipe puskesmas
yang dikepalai oleh seorang dokter.
Pada tahun 1979 juga dikembangkan 1 piranti manajerial guna penilaian puskesmas yakni stratifikasi puskesmas sehingga dibedakan adanya :
Pada tahun 1979 juga dikembangkan 1 piranti manajerial guna penilaian puskesmas yakni stratifikasi puskesmas sehingga dibedakan adanya :
1.
Strata 1 : puskesmas dengan prestasi
sangat baik
2.
Strata 2 : puskesmas dengan prestasi
rata-rata atau standar
3.
Strata 3 : puskesmas dengan prestasi
dibawah rata-rata
Selanjutnya
puskesmas juga dilengkapi dengan 2 piranti manajerial yang lain, yakni micro
planning untuk perencanaan dan lokakarya mini (Lokmin) untuk pengorganisasian
kegiatan dan pengembangan kerjasama tim. Akhirnya pada tahun 1984 tanggung
jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket terpadu
kesehatan dan keluarga berencana (Posyandu).
Program
ini mencakup :
1.
Kesehatan ibu dan anak
2.
Keluarga berencana
3.
Gizi
4.
Penanggulangan penyakit diare
5.
Imunisasi
Puskesmas
mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan Posyandu di wilayah
kerjanya masing-masing.
D. DEFENISI
KESEHATAN MASYARAKAT
Sudah
banyak para ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masyarakat ini. Secara
kronologis batasan-batasan kesehatan masyarakat mulai dengan batasan yang
sangat sempit sampai batasan yang luas seperti yang kita anut saat ini dapat
diringkas sebagai berikut.
Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat.
Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat.
Kemudian
pada akhir abad ke-18 dengan diketemukan bakter-bakteri penyebab penyakit dan
beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan
penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan
dan pencegahan penyakit melalui imunisasi.
Pada
awal abad ke-19, kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan baik, kesehatan
masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu
kedokteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi
antara ilmu biologi dan ilmu sosial. Dalam perkembangan selanjutnya,
kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara
sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam mencegah penyakit yang melanda
penduduk atau masyarakat. Oleh karena masyarakat sebagai objek penerapan ilmu
kedokteran dan sanitasi mempunyai aspek sosial ekonomi dan budaya yang sangat
kompleks. Akhirnya kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi keterpaduan
antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang
terjadi di masyarakat. Dari pengalaman-pengalaman praktek kesehatan masyarakat yang
telah berjalan sampai pada awal abad ke-20, Winslow (1920) akhirnya membuat
batasan kesehatan masyarakat yang disempurnakan oleh WHO sebagai
berikut.
Ilmu
Kesehatan Masyarakat adalah suatu ilmu dan seni yang bertujuan untuk :
1.
Mencegah timbulnya penyakit
2.
Memperpanjang umur
3.
Meningkatkan nilai kesehatan fisik
dan mental melalui usaha usaha kesehatan masyarakat yang terorganisasi untuk :
a.
Memperbaiki kesehatan lingkungan
b.
Pemberantasan penyakit penyakit
infeksipada masyarakat
c.
Mendidik masyarakatdalamprinsip
prinsipkesehatan perorangan
d.
Mengkordinasi tenaga tenaga
kesehatan agar mereka dapat melakukan perawatan dan pengobatan dengan
sebaik-baiknya.
e.
Mengembangkan usaha usaha masyarakat
agar dapat mencapai tingkat hidupyang setinggi tingginya sehingga dapat
memperbaiki dan memelihara kesehatannya.
Batasan
lain disampaikan oleh Ikatan Dokter Amerika (1948). Kesehatan masyarakat adalah
ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Batasan ini mencakup pula
usaha-usaha masyarakat dalam pengadaan pelayanan kesehatan, pencegahan dan
pemberantasan penyakit. Dari perkembangan batasan kesehatan masyarakat seperti
tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari
hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu
kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial dan itulah cakupan ilmu
kesehatan masyarakat.
Tujuan
kesehatan masyarakat baik dalam bidang promotif , preventif, kuratif, dan
rehabilitatif, adalah agar warga masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi tingginya baik fisik, mental, sosial, serta
di harapkan berumur panjang. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut
Winslow menetapkan suatu syarat yang sangat penting yaitu: ”Harus
selalu ada pengertian ,bantuan dan partisipasi dari masyarakat secara
teratur dan terus menerus.
E.
RUANG LINGKUP
KESEHATAN MASYARAKAT
Sesuai
dengan perkembangan ilmu, maka disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan
masyarakat pun berkembang. Sehingga sampai pada saat ini disiplin ilmu yang
mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain,mencakup ilmu biologi, ilmu
kedokteran, ilmu kimia, ilmu fisika,ilmu lingkungan,sosiologi, antropologi,
psikologi,ilmu pendidikan dan sebagainya. Oleh sebab itu, ilmu kesehatan
masyarakat adalah merupakan ilmu yang multidisiplin. Secara
garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat atau sering
disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarkat antara lain :
1.
Epidemiologi
Epidemilogi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu (Epi=pada, Demos=penduduk, logos = ilmu),
dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang
berkaitan dengan masyarakat.
Banyak
definisi tentang Epidemiologi yang diungkapkan para ahli, beberapa diantaranya
yaitu :
a.
W.H. Welch
Epidemiologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan
penyakit, terutama penyakit infeksi menular. Dalam perkembangannya, masalah
yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga
penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan
lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena batasan epidemiologi menjadi lebih
berkembang.
b.
Mausner dan Kramer
Epidemiologi
merupakan studi tentang distribusi dan determinan dari penyakit dan kecelakaan
pada populasi manusia.
c.
Last
Epidemiologi
adalah studi tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau kejadian
yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu dan aplikasi studi untuk
menanggulangi masalah kesehatan.
d.
Mac Mahon dan Pugh
Epidemiologi
adalah sebagai cabang ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan
faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia.
e.
Omran
Epidemiologi
adalah suatu studi mengenai terjadinya distribusi keadaan kesehatan, penyakit
dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya dan akibat-akibat yang
terjadi pada kelompok penduduk.
f.
W.H. Frost
Epidemiologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, distribusi, dan jenis penyakit
pada manusia menurut waktu dan tempat.
g.
Azrul Azwar
Epidemiologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan
pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3 komponen penting yang ada dalam epidemiologi, sebagai berikut :
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3 komponen penting yang ada dalam epidemiologi, sebagai berikut :
1.
Frekuensi masalah kesehatan
2.
Penyebaran masalah kesehatan
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya masalah kesehatan.
Dari
kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab
masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan, maka epidemiologi
diharapkan mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat berupa :
a.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang
berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan dalam masyarakat.
b.
Menyediakan data yang diperlukan
untuk perencanaan kesehatan dan mengambil keputusan.
c.
Membantu melakukan evaluasi terhadap
program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan.
d.
Mengembangkan metodologi untuk
menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau
menanggulanginya.
e.
Mengarahkan intervensi yang
diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu dipecahkan.
Hal
yang perlu kita perhatikan sebagai tenaga kesehatan khususnya yang memiliki
basic di bidang epidemiologi yang mengetahui apa saja ruang lingkup atau
jangkauan epidemiologi karena ruang lingkup epidemiologi semakin berkembang
seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat. Perkembangan
tersebut secara kasat mata dapa kita lihat dalam lingkup kesehatan sekarang ini.
Sebagai
gambaran perkembangan ruang lingkup epidemiologi dapat di lihat sebagai berikut
:
·
Masalah kesehatan sebagai subjek dan objek epidemiologi
Mula-mula
epidemiologi hanya mempelajari penyakit yang dapat menimbulkan wabah melalui
temuan-temuan tentang jenis penyakit wabah, cara penularan dan penyebab serta
bagaimana penanggulangan penaykait wabah tersebut. Kemudia tahap berikutnya
berkembang lagi menyangkut penyakit yang infeksi non-wabah. Berlanjut lagi
dengan mempelajari penyakit non infeksi seperti jantung, karsinoma, hipertensi,
dll. Perkemnbang selanjutnya mulai meluas ke hal-hal yang bukan penyakit
seperti fertilitas, menopouse, kecelakkaan, kenakalan remaja, penyalahgunaan
obat-obat terlarang, merokok, hingga masalah kesehatan yang sangat luas
ditemukan di masyarakat. Diantaranya masalah keluarga berencana, masalah
kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan, pengadaan sarana kesehatan
dan sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek epidemiologi berkaitan dengan
masalah kesehatan secara keseluruhan.
·
Masalah kesehatan pada sekelompok manusia
Pekerjaan
epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan memanfaatkan data dari
hasil pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah itu menyangkut masalah
penyakit, keluarga berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis dan
diketahui penyebabnya dilakukan upaya-upaya penanggulangan sebagai tindak
lanjutnya.
·
Pemanfaatan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah
kesehatan
Dalam merumuskan penyebab timbulnya
suatu masalah kesehatan.
Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat dirumuskan penyebab timbulnya masalah kesehatan.
Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat dirumuskan penyebab timbulnya masalah kesehatan.
Di
era modern dan perkembangan teknologi seperti sekarang ini memicu jangkauan
epidemiolgi semakin meluas. Secara garis besarnya jangkauan atau ruang lingkup
epidemiologi antara lain:
1.
Epidemiologi Penyakit Menular
2.
Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
3.
Epidemiologi Kesehatan Reproduksi
4.
Epidemiologi Kesehatan Lingkungan
5.
Epidemiologi Kesehatan Kerja
6.
Epidemiologi Kesehatan Darurat
7.
Epidemiologi Kesehatan Jiwa
8.
Epidemiologi Perencanaan
9.
Epidemiologi Prilaku
10.
Epidemiologi Genetik
11.
Epidemiologi Gizi
12.
Epidemiologi Remaja
13.
Epidemiologi Demografi
14.
Epidemiologi Klinik
15.
Epidemiologi Kausalitas
16.
Epidemiologi Pelayanan Kesehatan
Perkembangan
epidemiologi sedemikian pesatnya merupakan tantang bagi tenaga kesehatan yang
harus lebih cermat dalam mengambil tindakan-tindakan yang tidak melenceng dari
jangkauan tersebut. Adapun yang menjadi pemicu perkembangan pesat tersebut
adalah perkembangan pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih yang
menununtut peningkatan kebutuhan masyarakat utamanya dalam bidang kesehatan
sehingga kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Selain itu, metode
epidemiologi yang digunakan untuk penyakit menular dapat juga digunakan untuk
penyakit non-infeksi. Apalagi dengan munculnya berbagai macam fenomena
kesehatan seperti penyakit baru dan lama (prevalensi) mendorong penelitian juga
semakin meningakat. Demikian juga ilmu epidemiologi digunakan dalam mempelajari
asosiasi-asosiasi sebab- akibat fenomena masalah kesehatan dan penduduk.
·
Biostatistik /Statistik Kesehatan
Statistik
dipakai dalam masalah-masalah kesehatan, baik dalam rencana, aplikasi,
evaluasi, maupun monitoring. Statistik menjadi penting karena setiap pencatatan
permasalahan kesehatan diperlukan untuk melakukan perbaikan.
Ruang
Lingkup statistika kesehatan :
•
Statistika perikehidupan, berupa kelahiran, kematian, dan perkawinan
•
Mortalitas
•
Fertilitas
•
Morbiditas
•
Pelayanan Kesehatan
•
Demografi
•
Lingkungan
•
Gizi
Guna
statistik kesehatan, antara lain :
1.
Mengukur derajat kesehatan
masyarakat
2.
Memonitor kemajuan status kesehatan
di suatu daerah
3.
Mengevaluasi program kesehatan
4.
Membandingkan status kesehatan di
berbagai daerah
5.
Memotivasi tenaga kesehatan dan
policy maker (pembuat kebijakan) untuk
menyelesaikan masalah kesehatan
menyelesaikan masalah kesehatan
6.
Menentukan prioritas masalah
kesehatan
Dalam
biostatistik/statistik kesehatan, terdapat beberapa barometer yakni :
Indikator
adalah variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur status kesehatan
dikenal. Guna Indikator adalah untuk mengukur, memonitor, dan alat bantu
evaluasi. Adapun
indikator terbagi 2 :
indikator terbagi 2 :
~
Indikator langsung : artinya
dapat dilihat
~
Indikator tidak langsung : yakni
tidak dapat dilihat tetapi bagaimana ia memberikan hasil.
Contoh
Indikator :
~
Indikator langsung = berapa banyak anak
yang telah diimunisasi BCG.
~
Indikator tidak langsung = berapa
banyak penurunan prevalensi TBC pada anak yang diimunisasi BCG.
~
Indikator langsung = jumlah anak
yang diberi PMT
~
Indikator tidak langsung = perubahan
status gizi anak tersebut
Adapun indikator dikatakan baik apabila VRSS
-
Valid = mengukur yang seharusnya
-
Reliable = hasil sama pada waktu dan
keadaan berbeda
-
Spesific = ada perubahan hanya pada
fenomena bersangkutan
-
Sensitive = peka terhadap perubahan.
Nilai
absolut adalah jumlah orang / frekuensi.
Guna nilai absolut : merencanakan perbaikan.
Contoh
nilai absolut :
Data
PUS (Pasangan Usia Subur) untuk menentukan target akseptor KB.
Kelemahan nilai absolute : Tidak dapat digunakana untuk membandingkan status
kesehatan antar satu wilayah dengan wilayah lain.
RASIO
adalah perbandingan secara relative (a/b).
Kriteria : a
dan b tidak harus sama, a bukan bagian dari b.
Kelebihan : lebih
mudah karena tidak perlu “population at risk”.
Kelemahan :
tidak dapat digunakan untuk
memonitor status kesehatan dan tidak dapat menentukan nilai yang lebih besar.
Proporsi
: untuk data yang tidak memperhatikan waktu.
Rrate : untuk data yang memperhatikan
waktu.
Proporsi
dan rate dipakai untuk menentukan : Incidence Mortality Rate, Incidence Rate, Prevelance
Rate, dan lain-lain.
·
Kesehatan Lingkungan
Untuk
menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan
lingkungan sehat telah dipilih empat indikator, yaitu :
Penggunaan
Air Bersih
Rumah
Sehat
Keluarga
dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar
Tempat
Umum dan Pengolahan Makanan ( TUPM )
·
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Prilaku
·
Administrasi Kesehatan Masyarakat
Administrasi
kesehatan masyarakat yaitu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk
mencapai tujuan pelayanan kesehatan sebaik-baiknya sehingga tercapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Secara umum, fungsi adaministrasi
dibedakan atas 4 macam yakni :
1.
Perencanaan, termasuk perencanaan pembiayan
2. Pengorganisasian,
yang didalamnya termasuk penyusunan staff.
3.
Pelaksanaan, yang didalamnya termasuk pengerahan, pengkoordinasian
4. Penilaian,
yakni dalam rangka melihat apakah rencana yang telah disusun dapat dicapai atau
tidak.
Dalam
pencapaian tujuan administrasi kesehatan ini melibatkan banyak pihak,
diantaranya pemerintah, rumah sakit, asuransi dan apotik. Namun dalam
administrasi kesehatan ini tidak hanya pelayanan pengobatan tetapi juga bersifat
preventif (pencegahan).
6.
Gizi Masyarakat
Ilmu
gizi adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji makanan yang dikaitkan dengan
kesehatan. Adapun ilmu gizi yakni mencakup mulai dari pengadaan,pemilihan,
pengolahan dan penyajian. Gizi masyarakat berurusan dengan gangguan gizi pada
masyrakat dimana masyarkay mempunyai aspekyang luas,sehingga harus ditangani
secara multisektoral.
7.
Kesehatan Kerja
Kesehatan
kerja dalam lingkup kesehatan masyarkat sering dikaitkan dengan keselamatan
kerja.Untuk itu, dikenal dengan K3 ( Keselamatan dan Kesehatan Kerja ). K3
merupakan adalah suatu kondisi yang terjadipada seseorang dalam hubungannya
dengan dunia atau tempat dimana ia kerja. Misalnya, terjadi gangguan kerja
akibat suasana tempat kerja yang bising, cedera otot tulang, bahaya
kebakaran, dsb. Ruang lingkup kegiatan kesehatan masyarakat meliputi
usaha-usaha.
1.
Promotif ( peningkatan kesehatan )
Merupakan
usaha yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan yang meliputi usaha-usaha,
peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perseorangan, pemeliharaan
kesehatan lingkungan, olahraga secara teratur, istirahat yang cukup dan rekreasi
sehingga seseorang dapat mencapai tingkat kesehatan yang opptimal.
2.
Preventif ( pencegahan penyakit )
Adalah
usaha yang ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit melalui usaha-usaha
pemberian imunisasi pada bayi dan anak, ibu hamil, pemeriksaan kesehatan secara
berkala untuk mendeteksi penyakit secara dini.
3.
Kuratif ( pengobatan )
Adalah
usaha yang ditujukan terhadap orang yang sakit untuk dapat diobati secara tepat
dan adekuat sehingga dalam waktu singkat dapat dipulihkan kesehatannya.
4.
Rehabilitatif ( pemulihan kesehatan )
Meupakan
usaha yang ditujukan terhadap penderita yang baru pulih dari penyakit yang
dideritanya. Usaha pemulihan ini ditujukan untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan fisik,mentaldan social pasien sebagai akibat dari penyakit
yang dideritanya melalui latihan-latihan yang telah terprogram dan dapat
puladilakukan melalui latihan fisioterapi.
Secara
garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau
penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut :
a.
Pemberantasan penyakit,baik menular
maupun tidak menular.
b.
Perbaiki sanitasilingkungan
c.
Pernaikan lingkungan pemukiman
d.
Pemberantasan vector
e.
Pendidikan ( penyuluhan )
f.
Pelayanan kesehatan ibu dan anak
g.
Pembinaan gizi masyarakat
h.
Pengawasan sanitasitempat-tempat
umum
i.
Pengawasan obat dan minuman
j.
Pembinaan peran serta
masyarakat,dsb.
Untuk menatalaksanakan suatu usaha ksehatan masyarakat perlu
memperhatikan beberapa prinsip pokok sebagai berikut :
~
Usaha kesehatan masyarakat lebih
mengutamakan usaha promotif dan preventif daripada kuratif.
Dalam melaksanakan usaha promotif
dan preventif selalu mempergunakanbiaya yang serendah-rendahnya dan mengharapakan
hasilyang sebaik-baiknya.
~
Usaha kesehatan masyarakat
berlandaskan pada kegiatan-kegiatan
Masyarakat sebagai pelaku (subjek) maupun
sebagai sasaran (objek), dengan kata lain, usaha
kesehatan masyarakat dari masyarakat, untuk masyarakat dan oleh
masyarakat.
Dalam usaha kesehatan masyarakat selalu melibatkan masyarakat sebagai pelaku melalui kegiatan masyarakat secara terorganisasi. Usaha-usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan harus diangkat dari masalah-masalah kesehatan yang ada di masyarakat, jika masalah tersebut tidak berhasil ditanggulangi maka akan dapat mengancam kesehatan dan keselamatan masyarkat itu sendiri.
Dalam usaha kesehatan masyarakat selalu melibatkan masyarakat sebagai pelaku melalui kegiatan masyarakat secara terorganisasi. Usaha-usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan harus diangkat dari masalah-masalah kesehatan yang ada di masyarakat, jika masalah tersebut tidak berhasil ditanggulangi maka akan dapat mengancam kesehatan dan keselamatan masyarkat itu sendiri.
F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
MASYARAKAT
“Health
is not everything but without health everything is nothing”. Slogan di atas sangatlah tepat untuk menjadi cerminan
perilaku kita sehari-hari, karena betapa ruginya kita semua jika dalam keadaan
sakit. Waktu produktif kita menjadi berkurang, belum lagi biaya berobat yang
semakin mahal menjadi beban bagi keluarga dan sanak saudara kita.
Menurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan.
Menurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan.
a. Faktor
Genetik
Faktor
ini paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan atau masyarakat
dibandingkan dengan faktor yang lain. Pengaruhnya pada status kesehatan
perorangan terjadi secara evolutif dan paling sukar di deteksi . Untuk
itu perlu dilakukan konseling genetic untuk kepentingan kesehatan
masyarakat atau keluarga , faktor genetic perlu
mendapat perhatian dibidang pencegahan penyakit.
Misalnya
: seorang anak yang lahir dari orangtua penderita
diabetas melitus akan mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan anak yang
lahir dari orang tua bukan penderita DM. Untuk upaya pencegahan , anak
yang lahir dari penderita DM harus diberi tahu dan selalu mewaspadai faktor genetik yang diwariskan orangtuanya . Oleh karenanya ia
harus mengatur dietnya, teratur berolahraga dan upaya pencegahan lainnya sehingga
tidak ada peluang faktor genetiknya berkembang menjadi faktor resiko terjadinya
DM pada dirinya. Jadi dapat di umpamakan, genetik
adalah peluru (bullet) tubuh manusia adalah pistol (senjata), dan
lingkungan/prilaku manusia adalah pelatuknya (trigger). Semakin
besar penduduk yang memiliki resiko penyakit bawaan akan semakin sulit upaya
meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu adanya konseling perkawinan
yang baik untuk menghindari penyakit bawaan yang sebenarnya dapat dicegah
munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan kedokteran semakin maju.
Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus diarahkan untuk meningkatkan upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
b. Faktor
Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan
pelayanan kesehatan ,dan pelayanan kesehatan yang berkualitas akan berpengaruh
terhadap derajat kesehatan masyarakat .Pengetahuan dan keterampilan petugas
kesehatan yang diimbangi dengan kelengkapan sarana /prasarana ,dan dana akan
menjamin kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan seperti ini akan mampu
mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan yang berkembang di suatu wilayah
atau kelompok masyarakat. Misalnya jadwal imunisasi yang teratur dan penyediaan vaksin yang cukup sesuai dengan kebutuhan , serta
informasi tentang pelayanan imunisasi yang memadai kepada masyarakat
akan meningkatkan cakupan imunisasi. Cakupan imunisasi yang
tinggi akan menekan angka kesakitan akibat penyakit yang bisa dicegah dengan
imunisasi. Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang
sangat terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi
ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Pustu,
Bidan Desa, Pos Obat Desa, dan jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga
ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit-rumah sakit baru di setiap kab/kota
c. Faktor
Perilaku Masyarakat
Faktor
ini terutama di negara berkembang paling besar pengaruhnya terhadap munculnya
gangguan kesehatan atau masalah kesehatan di
masyarakat. Tersedianya jasa pelayanan kesehatan (health service) tanpa
disertai perubahan tingkah laku (peran serta) masyarakat akan mengakibatkan
masalah kesehatan tetap potensial berkembang di masyarakat. Misalnya:
Penyediaan fasilitas dan imunisasi tidak akan banyak manfaatnya apabila ibu-ibu tidak datang ke pos-pos imunisasi. Perilaku
ibu-ibu yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang sudah
tersedia adalah akibat kurangnya pengetahuan ibu-ibu
tentang manfaat imunisasi dan efek sampingnya. Pengetahuan
ibu-ibu akan meningkat karena adanya penyuluhan kesehatan
tentang imunisasi yang di berikan oleh petugas kesehatan. Perilaku
individu atau kelompok masyarakat yang kurang sehat juga akan berpengaruh pada
faktor lingkungan yang memudahkan timbulnya suatu penyakit.
Perilaku
yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat
dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan
yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya
penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan
lain-lain. Perilaku/kebiasaan memcuci tangan sebelum makan juga dapat
menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna seperti mencret-mencret lainnya.
d.Faktor
Lingkungan
Lingkungan
yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam meningkatkan derajat
kesehatan. Dalam kehidupan di sekitar kita dapat kita rasakan, daerah yang
kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak penduduknya yang mengidap penyakit
seperti: gatal-gatal, infeksi saluran pernafasan, dan infeksi saluran
pencernaan. Penyakit demam berdarah juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak bersih, banyaknya
tempat penampungan air yang tidak pernah dibersihkan memyebabkan perkembangan
nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah meningkat. Hal ini menyebabkan
penduduk si sekitar memiliki resiko tergigit nyamuk dan tertular demam
berdarah. Untuk menganalisis program kesehatan dilapangan, paradigma
H.L.Blum dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan masalah
sesuai dengan faktor faktor yang berpengaruh pada status kesehatan masyarakat . Analisis
ke – 4 faktor tersebut perlu dilakukan secara cermat sehingga masalah
kesmas dan masalah program dapat di rumuskan dengan jelas . Analisis
ke -4 faktor ini adalah bagian dari analisis situasi (bagian dari fungsi perencanaan) untuk pengembangan program kesehatan di suatu wilayah
tertentu.
e. Sasaran Kesehatan masyarakat
·
Individu
Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan
,yang dapat dilakukan di Rumah Sakit ,klinik ,puskesmas,rumah
bersalin,posyandu,kelurga binaan dan masyarakat binaan.
· Keluarga
Keluarga
binaan yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan yang tergolong dalam
keluarga resiko resiko tinggi ,diantaranya adalah:
1.
Anggota keluarga yang menderita
penyakit menular
2.
Keluarga keluarga denga kondisi
sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah
3.
Keluarga keluarga dengan masalah sanitasi
lingkungan yang buruk
4.
Keluarga keluarga dengan keadaan
gizi buruk
5.
Keluarga keluarga dengan jumlah
keluarga yang banyak di luar kemampuan kapasitas keluarga
·
Kelompok
Kelompok
kelompok khusus yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan masyarakat
adalah:
1.
Kelompok ibu hamil
2.
Kelompok ibu ibu yang memiliki anak
balita
3.
Kelompok PUS dengan resiko tinggi
kebidanan.
4.
Kelompok kelompok masyarakat yang
rawan terhadap masalah kesehatan diantaranya adalah :
a.
Kelompok usia lanjut
b.
Kelompokwanita tuna susila
c.
Kelompok anak remaja yang terlibat
dalam penyalahgunan narkotika
5. Kelompok
kelompok masyarakat yang ada diberbagai institusi pelayanan kesehatan seperti :
a.
Masyarakat sekolah
b.
Pekerja pekerja dalam perusahaan.
Masyarakat
Masyarakat yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan
adalah :
1.
Masyarakat binaan Puskesmas
2.
Masyarakat Nelayan
3.
Masyarakat Pedesaaan
4.
Masyarakat yang datang ke institusi
pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, posyandu
yang diberikan penyuluhan kesehatan secara massal.
5.
Masyarakat yang luas yang terkena
masalah kesehatan seperti wabah DHF, muntah berak, dsb.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ü
Asclepius, dokter
pertama yang dapat mengobati penyakit dan melakukan pembedahan dengan cara
tertentu. Higiena, asisten/isri Asclepius, mengajarkan pada pengikutnya melalui
pendekatan Hidup seimbang, menghindari makanan/minuman beracun, makan makan
yang bergizi, cukup istirahat dan olah raga. Dari cerita mitos Yunani tersebut,
muncul dua pendekatan dalam penangan kesehatan, aliran pertama lebih menekankan
pengobatan (kuratif), aliran kedua lebih menekankan pencegahan (preventif) dan
peningkatan (promosi) kesehatan.
ü
Periode ilmu kesehatan masyarakat
terbagiatas 2 yatu sebelum ilmu pengetahuan dan sesudahnya.
ü
Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah
suatu ilmu dan seni yang bertujuan untuk :
~
Mencegah timbulnya penyakit
~
Memperpanjang umur
~
meningkatkan nilai kesehatan fisik
dan mental melalui usaha usaha kesehatan masyarakat yang terorganisasi
ü Secara garis besar, pilar utama ilmu kesehatan masyarakat
sebagai berikut: Epidemiologi ,Biostatistik / Statistik kesehatan, Kesehatan lingkungan, Pendidikan kesehatan dan ilmu
perilaku, Administrasi kesehatan masyarakat, Gizi
masyarakat, Kesehatan kerja.
ü Menurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4 faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu : factor perilaku, lingkungan, keturunan
dan pelayanan kesehatan.
ü Sasaran Kesehatan masyarakat yaitu: individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
B. Kritik
dan saran
Hendaknya para mahasiswa giat belajar agar bisa menanggulangi
permasalahan kesehatan masyarakat yang sangat banyak saat ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Entjang, Indan, 2000, Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Bandung: Citra Aditya Bakti
Kumpulan Materi Kesmas Bahan Bacaan
Jurusan Kebidanan Politeknik Makassar.
Soekidjo Notoatmojo.2003.
Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.Ed.2. Jakarta : Rineka Cipta
Soekidjo Notoatmojo, 2007. Kesehatan
Masyarakat, Ilmu dan Seni, Jakarta: Rineka Cipta.
http://indonesianpublichealth.blogspot.com/2009/08/sejarah-kesehatan-masyarakat.html
diakses
tanggal 20maret 2010
tanggal 20maret 2010
http://soepritjahjono.wordpress.com/2009/11/22/perkembangan-kesehatan-masyarakat-di indonesia/
diakses tanggal 20 maret 2010
http://www.iklandisiniaja.com/582/Faktor_faktor_yang_mempengaruhi_derajat_kesehatan.html
diakses tanggal 20maret 2010
A
Entjang, Indan, 2000, Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Bandung: Citra Aditya Bakti
Kumpulan Materi Kesmas Bahan Bacaan
Jurusan Kebidanan Politeknik Makassar.
Soekidjo Notoatmojo.2003.
Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.Ed.2. Jakarta : Rineka Cipta
Soekidjo Notoatmojo, 2007. Kesehatan
Masyarakat, Ilmu dan Seni, Jakarta: Rineka Cipta.
http://indonesianpublichealth.blogspot.com/2009/08/sejarah-kesehatan-masyarakat.html
diakses
tanggal 20maret 2010
tanggal 20maret 2010
http://soepritjahjono.wordpress.com/2009/11/22/perkembangan-kesehatan-masyarakat-di indonesia/
diakses tanggal 20 maret 2010
http://www.iklandisiniaja.com/582/Faktor_faktor_yang_mempengaruhi_derajat_kesehatan.html
diakses tanggal 20maret 2010
Komentar
Posting Komentar